Haruno Hiyuki, seorang yang akan langsung mengatakan pendapatnya tentang suatu hal, tanpa memikirkan akan seperti apa nantinya pandangan orang lain terhadapnya.
Hiroime Yui, seorang yang mampu menerima kritikan pedas dari orang lain dengan cara yang sama sekali tak pernah kuduga.
Setidaknya itulah sikap yang mereka perlihatkan hari ini.
Aku mulai berfikir, mungkin…
Mereka berdua, sebentar lagi… akan menyadari kenyataan dunia ini, dan menjadi penyendiri sepertiku.
Tapi, masih terlalu cepat 100 tahun bagi mereka berdua untuk menjadi penyendiri berlevel tinggi seperti diriku…
Itulah yang kupikirkan…
…
Yui pun lanjut membuat kue keduanya dengan mengikuti cara Hiyuki membuat kue tersebut.
Lalu setelah proses pembuatan kue yang cukup panjang berakhir…
"Benar-benar berbeda…" ucap lemas Yui yang melihat kue yang dibuatnya benar-benar tidak mirip dengan kue buatan Hiyuki.
Dari pengamatanku… perbedaan yang paling mencolok dari kedua kue itu adalah dari segi warna….
"Bagaimana cara mengajarinya dengan benar," keluh Hiyuki yang sudah terbaring lemas dimeja dapur aluminium putih didepannya.
Aku mengambil potongan kue yang dibuat oleh Yui…
"Anusa'… Kenapa kalian sangat ingin membuat kue yang enak?" ucapku bertanya.
"Ha!" ucap Yui
"Apa maksudmu?" tambah Hiyuki.
Aku membesihkan tanganku dengan menepuk-nepuk keduanya lalu menaruh tanganku dipinggang…
"Beri aku waktu 10 menit, akan kutunjukkan pada kalian kue buatan sendiri yang sesungguhnya," ucapku dengan wajah dan nada membanggakan diriku.
…Sekarang giliranku untuk beraksi!
…
10 menit kemudian…
Mereka berdua secara bersamaan mencicipi kue yang sudah kujanjikan, ekspresi mereka berdua benar-banar sudah menjelaskan rasa dari kue itu.
"Jadi ini yang kau maksud dengan kue buatan sendiri yang sesungguhnya?" ucap Hiyuki.
"Rasanya tidak begitu enak!!" ucap Yui.
"Jadi begitu… maaf, kuenya aku buang saja," ucapku lalu mengambil piring tempat kue tersebut.
"Tu-tunggu! bukannya kau juga harus membuangnya, rasanya sebenarnya tidak terlalu buruk menurutku," ucap Yui sambil menghabiskan kue ditangannya dengan wajah yang tersenyum terpaksa.
Aku berbalik menatapnya.
"Ya… sebenarnya, ini kue yang barusan kau buat," ucapku.
"Ha?" ucap Yui.
"Apa maksudmu," ucap Hiyuki.
Dengan wajah bangga akupun menjelaskan…
"Cerita ini berasa dari temannya temanku…"
"…Ada gadis yang selalu ingin bicara padanya setiap ada kesempatan, Dia pasti menyukaiku!, kupi- eh bukan, dia pikir. Lalu, dia memberanikan diri untuk bertanya…
"A-apa ada seseorang yang kau suka? inisal depannya pun tak papa," ucapnya.
"Heh…!! eh… T," ucap gadis itu.
"T? maksudmu… aku?
"Eh? apa maksudmu? dasar menjijikkan, bisa kau hentikan!"
Dengan wajah penuh curiga Hiyuki tiba-tiba memotong,
"Tunggu! dari cerita itu, kurasa dia adalah…"
"Sudah kubilang! dia temannya temanku," ucapku segera memotong tebakannya.
"Jadi, apa hubungan ceritamu ceritamu itu dengan kue?"
Hiyuki memalingkan wajahnya seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.
Aku memegang tengkuk kepalaku lalu menjawab pertanyaan Hiyuki,
"Singkatnya, pria itu adalah mahluk yang sederhana, mereka sangat mudah salah sangka dengan perilaku seorang gadis padanya. Kurasa mereka akan sangat senang jika mendapat kue buatan tangan dari seorang gadis. Jadi tidak masalah kalau rasanya tidak enak."
"Tidak enak…?" ucap Yui dengan wajah yang terlihat sedikit kesal.
"…Berisik!!"
Yui melempar barang apapun yang ada didekat tangannya kearahku.
Sambil menghindari setiap barang yang dilemparnya akupun mengatakan…
"Ya… selama kau berusaha keras membuatnya, hati seorang pria akan tergerak… kurasa."
"Jadi begitu…" ucap Hiyuki.
Setelah mendengar perkataanku, Yui berhenti melempar barang-barang kearhku.…
"Apa kau juga begitu, Tsukki?"
"Hmm… ya. Tentu saja… tunggu dulu! bisa kau berhenti memanggilku Tsukki!"
Yui hanya membalas dengan sebuah senyum kecil diwajahnya.
"Jadi bagaimana, Hiroime-san?" tanya Hiyuki.
Yui berbalik kearah Hiyuki… "Eee… aku akan mencobanya lagi dengan caraku sendiri.… Terima kasih ya, Haruno-san.
Setelah mengatakan itu, Yui memasang senyum hangat kepada Hiyuki.
Seminggu kemudian, diruang klub relawan tedapat Aku dan Hiyuki yang sedang duduk…
"Apa itu sudah hal yang benar? Masalah Hiroime-san minggu lalu…"
"Kenapa, tiba-tiba…"
"Kupikir seseorang harus menerima tantangan jika ingin berkembang… yang pada akhirnya, itu akan membuat Hiroime-san jadi lebih baik."
"Usaha keras tidak akan mengkhianatimu, tapi bisa mengkhianati mimpimu."
"Eh?"
Hiyuki berbalik menatap kearahku seakan menuntut penjelasan.
"Maksudku… meskipun kau sudah berusaha keras, hal itu tidak akan bisa menjamin impianmu akan terwujud, kesuksesan atau impian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja… bukankah itu sering terjadi…?"
"…Tapi, dengan berusaha keras, itu akan membuatmu merasa sedikit terhibur karena berpikir impianmu akan terwujud."
Hmm… sekarang aku benar-benar berpikir bahwa tadi aku terlihat keren saat mengatakan hal itu.
"Itu hanyalah kepuasan diri sendiri… kau sangat naif, dasar menjijikan," balas Hiyuki.
…
"Tuk… tuk…" bunyi suara ketukan dari luar pintu.
"Ya-halo!" ucap Yui langsung masuk keruangan.
"…ada apa?" tanya kecut Hiyuki.
"Eh? sepertinya aku merasa tidak diterima disini… Haruno-san, apa kau membenciku?"
"Bukannya aku membencimu, hanya…"
"Hanya…?"
"…aku hanya sulit untuk menghadapi tingkahmu."
"Kalau dalam artian gadis, hal itu sama saja dengan benci, kan!?" sahut kesal Yui.
"Jadi, ada urusan apa?" tanya Hiyuki mengabaikan kekesalan Yui.
"Ah… sebagai rasa terima kasihku hari itu, aku membuatkan kue untukmu," ucap gembira Yui.
Yui lalu berjalan menuju tempatnya yang biasa… didekat Hiyuki.
"Aku sebenarnya tidak terlalu nafsu makan…" ucap Hiyuki.
"Kalau terus dicoba, memasak ternyata sangat menyenangkan ya? lain kali mungkin aku coba buat bekal… …Atesa Hiyukin, ayo kita makan siang bersama di sini," ucap gembira Yui dengan suara keras.
"Tidak, aku lebih suka makan sendirian, jadi… Cotto. Dan jangan panggil aku Hiyaukin, itu menjijikan."
"Atesa Hiyukin, sepulang sekolah aku tidak ada urusan…
"Dengarkan aku-"
"…Jadi aku bisa bantu-bantu di klub ini, itu juga sebagai
"Hiroime-san?"
"…Rasa terima kasihku."
Melihat tingkah mereka berdua yang akrab, sangat tidak cocok dengan aku yang seorang penyendiri ini, dengan cepat kuputuskan berjalan keluar dari ruang klub meninggalkan mereka berdua didalam.
"Tsukki!"
"Hmm?" aku berbalik melihat kearah suara itu.
Terlihat Yui yang melempar sebungkus kue butanannya kepadaku…
Dan dengan susah payah, akhirnya aku berhasil menangkapnya.
"I-itu rasa terima kasihku padamu, lagipula Tsukki juga ikut membantu," ucap Yui terlihat malu-malu lalu berjalan masuk kembali keruang klub.
…
Saat aku sudah berada dihalaman sekolah, aku membuka bungkusan kue itu.
"Mengerikan sekali kue ini, oi…" ucapku setelah melihat kue yang berukuran cukup besar berbentuk hati yang berwarna hitam kecoklatan.
Meski begitu, kalau ini hanya rasa terima kasihnya, aku terima dan berterima kasih padanya.
"Happ… egg…! egg!!"
Ternyata rasa kue itu benar-benar buruk, seburuk penampilannya…
…Dan juga, dia tetap memanggilku Tsukki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
꧁ᶜʰⁱᵗᵃⁿᵈᵃ»«ᴇʀᴜ꧂ʜɪᴀᴛᴜs
Setelah gw analisis nih novel ceritanya hampir sama kayak anime oregairu, bener gak thor?
2021-02-03
1
Adel
like...
2021-02-03
0
nina niawati
iya lah pasti enak buatan sendiri
apalagi seblak buatan gue thoor
2021-02-01
0