#Viona Pov
Satu bulan berlalu, masih tak ku dapatkan kabar darinya, chat yang ku kirim satu pun tak ada yang dibalasnya. Bahkan satu-satunya benda yang mungkin bisa menjadi petunjuk agar aku bisa menemukannya pun ikut hilang bersamaan dengan hilangnya kabar darinya.
Aku tak mengerti dengan diriku sendiri, aku tak mengerti dengan perasaanku. Seharusnya aku sudah memikirkan dan mempersiapkan tentang hal ini sebelumnya, bahwa suatu hari dia akan menghilang begitu saja dari kehidupanku yang nyata.
Mungkin saja dia hanya menganggap hubungan ini sebagai angin lalu, sehingga dia bisa berlalu pergi begitu saja.
Tapi sayangnya, aku justru malah menganggap hubungan ini nyata. Walau aku belum pernah bertemu dengannya.
Entah mengapa hati ini terlalu yakin untuk selalu menunggunya, menunggu kabar darinya, menunggu kedatangannya.
Aku belum pernah merasakan cinta, tapi sekalinya jatuh cinta mengapa harus kepada dia yang semu. Yang hanya aku kenal lewat dunia maya, yang hanya bisa bertegur sapa lewat sebuah pesan singkat saja.
Bahkan aku dengan sadar menolak kehadiran mereka yang ingin masuk dalam kehidupanku, mengatas namakan cinta.
***
Ujian sekolah yang begitu menegangkan bagi semua siswa kelas XII di SMAN 8 BANDUNG telah usai, kini hanya tinggal menunggu hasil kelulusan. Aku bisa sedikit mengistirahatkan otakku setelah hari-hari menegangkan yang ku lalui di sekolah.
Karena setelah pembagian kelulusan mungkin aku akan disibukan kembali dengan mempersiapkan berkas-berkas untuk melanjutkan pendidikanku ke universitas.
Pagi ini seperti biasa aku melaksanakan rutinitas pagiku untuk mandi. Sebenarnya tidak bisa dibilang pagi, mungkin menjelang siang karena waktu menunjukan pukul 09.00 WIB. Berhubung hari ini libur, jadi aku sengaja bermalas-malasan diatas tempat tidur sambil memainkan ponsel.
"Bu, aku keluar dulu ya..." pamitku pada ibu,
Ibu yang melihatku sudah rapi langsung menghampiriku.
"Loh, kamu mau pergi kemana?" tanya Ibu.
"Mau jalan-jalan aja, Bu... Yah hitung-hitung refreshing gitu." ucapku memperlihatkan senyum manis membujuk, agar Ibu mengizinkan aku pergi.
"Nah gitu dong... Dari pada di kamar terus, melototin layar laptop dan ponsel terus. Mending jalan-jalan, sekali-kali menghirup udara luar biar gak mumet otakmu itu." ucap Ibu disambut pelukan dariku.
"Ya udah, Bu, Vio pamit ya... Assalamualaikum" aku mencium tangan Ibu kemudian pergi keluar rumah. Aku menaiki taxy yang sudah ku pesan sebelumnya.
Sebenarnya aku bisa saja naik mobil milikku, tapi karena aku malas menyetir sendiri jadilah naik taxy Online saja.
"Mau diantar kemana nih, Teh?" ucap supir taxy padaku,
"Mmp, tolong antar saya ke Mall xxx ya, Pak!" ucapku, pria paruh baya Itu pun mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
***
Fiona mulai berjalan berkeliling melihat bermacam-macam barang yang dijual di mall xxx (hanya melihat-lihat saja ya, gak bermaksud membeli... Hitung-hitung cuci mata. Hehehee)
Setelah asyik melihat-lihat dari toko satu ke toko lainnya, Viona pun berhenti didepan toko buku.
"Beli buku aja deh, siapa tau ada Novel terbaru yang bagus untuk dibaca..." gumam Viona
Viona pun masuk ke dalam toko buku, Ia berjalan perlahan mengitari setiap lorong, Menelusuri setiap buku yang tertata rapi pada tempatnya. Viona masih bingung mau mencari buku apa yang bagus untuk dibacanya.
Sepuluh menit berlalu, Viona masih belum menemukan buku yang menurutnya menarik. Gadis itu melanjutkan langkahnya menyusuri rak buku yang lainnya hingga matanya berhenti tertuju pada sebuah buku berwarna merah marun.
"Nah, sepertinya buku yang itu bagus deh." Viona berjalan mendekati buku yang akan diambilnya. Tapi saat tangannya menggapai buku tersebut, ada tangan lainnya yang terlebih dulu mengambil buku berwarna merah marun itu.
Refleks Viona menurunkan tangannya menjauh dari buku tersebut dan membiarkan orang itu mengambilnya. Viona berbalik hendak melangkahkan kakinya untuk mencari buku yang lain, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang yang dikenalnya.
"Kamu mau ambil buku ini juga?"
Viona pun berbalik untuk melihat seseorang yang berbicara padanya, seorang pemuda berhidung mancung, bulu mata yang lentik, dan lensa mata berwarna coklat berdiri tegap sambil menatapnya.
"Loh, Viona... Kamu di sini?" ucap Fajar saat menyadari gadis itu adalah Viona.
"Hehe iya, kamu disini juga? Sama Intan?" Viona tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh isi toko mencari keberadaan Intan.
"Aku sendiri... Nih, kamu mau ambil buku ini, kan?" Fajar menyodorkan buku berwarna merah marun ditangannya pada Viona.
"Gak apa-apa kamu ambil saja, aku mau cari buku yang lain..." Viona menolak menerima buku itu dari Fajar.
"Sudah nih buat kamu saja, biar aku cari yang lain..." Fajar mengambil tangan Viona dan memberikan buku tadi padanya.
"Beneran nih gak apa-apa?" Viona merasa tidak enak menerima buku tersebut dari Fajar karena pemuda itu sudah lebih dulu mengambilnya.
"Iya... Aku mau ambil yang ini saja..." Fajar mengambil sebuah buku lain dan memperlihatkannya pada Viona.
"Kamu masih mau cari buku yang lain?" tanyanya lagi.
"Nggak, udah yang ini saja..." ucap Viona tersenyum canggung.
"Ya sudah yuk sekalian biar aku yang bayar bukunya." Fajar berjalan menuju meja kasir dan diikuti Viona dari belakang.
"Mbak, buku ini dua ya, jadi berapa?" Fajar menyodorkan bukunya dan buku milik Viona kepada penjaga kasir.
"Ngga usah Jar, punyaku biar aku saja yang bayar..." ucap Viona tak enak hati pada Fajar.
"Semuanya jadi xxxx Kak," penjaga kasir menyebutkan nominal yang harus dibayar dan memasukkan bukunya kedalam sebuah paperbag.
Fajar pun membayar semuanya termasuk juga membayar buku Viona.
"Nih, buku kamu..." Fajar memberikan paperbagnya pada Viona setelah Ia mengambil buku miliknya terlebih dulu.
"Makasih ya, udah dibayarin... Jadi gak enak aku tuh..." ucap Viona masih merasa tak enak hati.
"Gak apa, santai aja."
"Habis ini kamu mau ke mana?“ tanyanya,
"Mmp, gak tahu... Mungkin langsung pulang," Viona memang gak tahu akan pergi kemana lagi, jadi mungkin lebih baik dirinya untuk pulang saja.
"Gimana kalau kita ke Cafe dulu, aku traktir lagi deh..."
Gadis itu diam sesaat memikirkan tawaran Fajar yang mengajaknya mampir ke Cafe.
"Gak ngerepotin nih?" tanya Viona,
"Gak lah... Kan aku yang ngajak," ucap Fajar sambil terkekeh pelan.
Viona dan Fajar tiba di sebuah cafe ternama dikalangan anak muda, mereka memilih tempat duduk didekat kaca jendela sebelah pojok agak jauh dari keramaian.
"Kamu kok gak bareng Intan?" ucap Viona setelah beberapa saat tidak ada percakapan diantara mereka.
"Intan lagi ada urusan keluarga, jadi aku pergi sendiri..." ucap Fajar, Viona hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mencari topik pembicaraan lainnya.
"Aku penasaran deh, kenapa tiba-tiba kamu berubah fikiran. Bukankah sebelumnya kamu cerita hanya anggap Intan sebagai sahabat, ya?" sebenarnya pertanyaan ini ingin Viona tanyakan sejak kemarin-kemarin dan baru sempat Ia tanyakan saat ini.
Fajar menatap Viona dengan tatapan sulit diartikan. Tatapan tersebut berhasil membuat jantung Viona berdegup kencang, perasaan aneh itu Viona rasakan kembali. "Kenapa lagi sih ini jantungku, setiap ditatapnya pasti kaya gini..." gumam Viona dalam hati.
"Jangan menatapku kaya gitu dong, aku jadi gak nyaman nih..." Fajar tersadar dari pikirannya, Ia terkekeh pelan mendengar ucapan Viona.
"Aku juga gak tahu..."
"Aku sempat berharap pada gadis lain, tapi ternyata aku salah..." ucap Fajar.
"Maksudnya?" Viona masih belum faham maksud dari perkataan Fajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Jima Yudima
ah thoor jgn pisakan viona dg pajar kd ngak asik nih..
2021-05-19
0
Nimaz Ayu Puji Hapsari
oke, huruhara akan segera realis
2021-05-18
0
Heny Ekawati
klu emang jodoh pasti ada jalanx dan bertemu juga
2020-09-28
2