Viona sedang berada di bandara bersama Intan untuk bertemu dengan Arka. Dia baru mendapat kabar bahwa lelaki itu akan pindah ke luar kota bersama keluarganya.
Mereka berjalan tergesa-gesa tak ingin terlambat menemui sahabatnya yang akan segera berangkat.
"Hosh, hosh..." Intan berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.
"Ayo, Tan, nanti keburu telat..." Viona kembali berlari meninggalkan Intan sendiri. Dia mencari kesana kemari lelaki yang akan segera meninggalkannya, Viona mengedarkan pandangannya mencari pemuda itu hingga matanya menangkap keberadaan seseorang yang dicarinya tengah duduk bersama kedua orang tuanya.
"Arka..." Viona berlari ke arah seseorang yang dicarinya.
"Viona," gumam Arka. Ia sedikit kaget melihat keberadaan Viona.
"Kamu kok mau pindah gak bilang-bilang sih?" Viona berbicara sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan karena berlari.
"Kamu... Mmp, maaf yaa Vhie..." lirih Arka.
Orang tua Arka memperhatikan tingkah laku putranya yang terlihat murung dan sedang menyembunyikan kesedihannya.
"Om, Tante..." Viona menyapa orang tua Arka sambil mencium tangan keduanya secara bergantian.
"Ka, kalau kamu mau tinggal disini juga gak apa-apa kok, Nak..." ucap Ardi papanya Arka sambil menepuk pundak putranya.
"Gak kok Pah,, Arka akan ikut kalian," ucap Arka menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Maafin aku ya, Ka... Kamu marah sama aku ya?" Viona merasa bersalah kepada Arka atas kejadian seminggu yang lalu.
"Ini gak ada kaitannya dengan kejadian kemarin... Aku memang mau ikut bersama mereka," Arka berucap seraya menyunggingkan senyum dibibirnya. Arka menatap Viona dalam.
"Arka...Viona..."
Arka dan Viona pun melihat kearah sumber suara yang memanggil nama mereka.
"Akhirnya... Aku bisa nemuin kalian..." seru Intan yang tengah berjalan menghampiri Viona dan Arka.
"Kamu serius mau pindah?" tanya Intan setelah Ia berada didekat Arka dan Viona.
"Iya, Tan..." ucap Arka yakin.
"Kalian jaga diri baik-baik yaa, walau pun jauh kita masih tetap sahabat kan." Arka melanjutkan bicaranya sambil tersenyum kepada kedua sahabatnya.
Viona spontan memeluk Arka dengan erat sambil menangis terisak.
"Jangan tinggalin aku Arka, kita kan udah lama sahabatan. Aku gak bisa jauh dari kamu," Viona bicara dengan masih memeluk Arka. Arka tersenyum, setidaknya dia merasa sangat berarti bagi Viona walau hanya sebagai sahabat. Beberapa saat kemudian Arka melepaskan pelukan Viona.
"Sudah jangan nangis, aku pergi gak jauh kok. Nanti kalau hari libur, aku pasti kesini lagi menemui kalian..." Arka berucap seraya kedua tangannya menyentuh pipi Viona dan mengusap air matanya.
"Ya sudah aku pergi dulu ya, Vhie, Tan..." pamit Arka kepada kedua sahabatnya.
"Kami pergi dulu ya, Nak..." pamit kedua orangtua Arka. Kemudian mereka berlalu pergi menuju tempat penerbangan.
#Viona Prov
Sepulang dari Bandara aku dan Intan mampir dulu ke sebuah Cafe.
Kami sudah memesan makanan dan minuman.
"Vhie, kamu gak nyesel nolak Arka?" Tanya Intan
"Ya lebih baik aku tolak kan, dari pada aku kasih harapan palsu. Justru itu bakal bikin Arka semakin terluka..."
"Iya juga sih..." ucap Intan,
Suasana hening beberapa saat tak ada obrolan diantara kami.
"Terus gimana hubungan kamu sama si Fajar?" aku bertanya pada Intan memecah keheningan diantara kami.
"Gak tahu..." ucapnya,
"Loh kok gitu, Tan?"
"Bahkan dia gak mau nemenin aku pergi hari ini, dia bilang ada urusan..." ucap Intan lirih, aku bisa melihat matanya berkaca-kaca.
"Mmp,, Astagfirullah!!! Aku lupa sore ini aku ada janji sama seseorang..." aku panik, aku benar-benar lupa kalau sore ini aku sudah janji menemui seseorang. Aku meraih ponsel yang ku simpan dalam tas dan ternyata ponselku lowbet.
"Duhh... Ponsel aku lowbet lagi. Ini sudah jam berapa, Tan?" Perasaanku mulai tidak tenang saat ini.
"Ini sudah jam 6:15 sore..." Jawab Intan setelah melihat jam diponselnya.
"Kamu janjian sama siapa?" Tanya Intan, karena terburu-buru aku tidak sempat menjawab pertanyaan Intan. Aku segera berlari keluar area Cafe meninggalkan Intan sendiri disana.
Pikiranku tidak tenang, seharusnya aku tidak melupakan hari ini, hari yang sudah aku tunggu sejak lebih dari enam bulan sejak aku mengenalnya.
Aku menghentikan sebuah taxy yang melewat didepanku. Aku segera memberi tahu tujuanku kepada sopir taxy. Sepanjang jalan aku merasa tak tenang. "semoga kamu masih menunggu ku disana,"
Setelah perjalanan yang menurutku terasa sangat lama akhirnya aku sampai di tempat tujuanku.
Sebuah Cafe tempat yang sudah kami sepakati untuk bertemu. Aku berlari masuk kedalam Cafe tersebut dengan perasaan yang tak tenang, aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan, tapi tak ada seorang lelaki yang ciri-cirinya seperti yang telah dia sebutkan sebelum kami bertemu, lelaki yang memakai Kemeja berwarna merah marun.
Kemudian aku coba bertanya kepada salah satu pelayan Cafe tersebut.
"Mbak, apa tadi ada seorang pria yang memakai kemeja warna merah marun kemari?" tanyaku,
Pelayan tersebut diam sejenak, sepertinya Ia sedang mengingat-ingat tamu yang berkunjung ke Cafe sore ini.
"Mmmp, kira-kira dia datang sendiri sekitar pukul 5 sore tadi" sambungku kepada pelayan tersebut, berharap pelayan itu mengetahui sesuatu.
"Oh, tadi ada kak,, dia sudah duduk disana cukup lama, dan saya lihat dia baru saja keluar dari sini. Ya sekitar 15 menit yang lalu..." jawab pelayan tersebut sambil menunjuk kearah meja kosong.
"Oh, gitu ya... Makasih ya mbak,"
pelayan pun pergi melanjutkan pekerjaannya.
Aku begitu lemas, hari yang ku tunggu-tunggu hancur karena kecerobohanku yang pelupa. Aku berjalan gontai menuju meja kosong yang ditunjukkan pelayan tadi padaku.
Saat tiba dimeja tersebut dan akan mendudukan tubuhku tak sengaja mataku melihat kearah bawah meja ada sebuah benda berkilau yang menarik perhatianku. Tanpa ragu aku ambil benda tersebut dan ternyata itu adalah sebuah kalung. Kalung yang sangat cantik dengan liontin bertuliskan "VhieDjar".
"VhieDjar"
"apa Jangan-jangan ini kejutan yang dia maksud?" gumamku.
Aku menggenggam erat kalung tersebut, dadaku terasa begitu sesak, mataku mulai terasa perih. Tak terasa air mataku mengalir deras dipipiku.
***
Fajar terburu-buru pergi hingga dia tak menyadari bahwa kalung miliknya terjatuh di bawah meja. Dia keluar dari Cafe dan langsung pergi dengan mengendarai motornya.
Fajar memarkirkan motornya di tempat parkir sebuah Klinik, kemudian berjalan masuk ke dalam klinik.
"Suster, di mana pasien yang bernama Intan?" Fajar bertanya kepada seorang suster mencari tahu keberadaan Intan.
"Oh, di sana mas. Mari saya antar." jawab suster tersebut. Fajar berjalan mengikuti seorang suster menuju ruangan tempat Intan dirawat. Kemudian dia masuk ke sebuah ruangan dan melihat sahabatnya Intan sedang terbaring lemah.
"Intan..."
Intan pun melihat ke arah suara yang memanggil namanya, Ia tersenyum karena lelaki yang di tunggunya mau datang menjenguknya.
"Kamu kok bisa kaya gini?" Tanya Fajar, dia mendudukan tubuhnya dikursi disamping Intan.
"Gak apa-apa kok, mungkin karena aku kecapek-an aja. Tadi aku habis lari-larian di Bandara." Jawab Intan
"Ngapain?"
"Aku dan Viona tadi pergi ke Bandara, karena takut telat jadi kami berlari. Arka, dia pindah ke Jogja"
"Arka pindah?"
“iya, dia pindah"
Saat Intan dan Fajar sedang ngobrol, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu reflek mereka langsung melihat ke arah pintu melihat siapa orang yang datang.
"Kamu gak apa-apa, Tan?" tanya seorang gadis sambil memeluk Intan. Ia terlihat kacau dengan mata yang sebab seperti habis menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Gina Savitri
pake kalungnya vhie biar djar tau siapa kamu 😉
2021-09-20
2
Heny Ekawati
kok bisa sih kayakx tdi intan gk knp2 deh
2020-09-28
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
isa ae dh Thor ngulur pertemuan mereka
2020-09-13
1