VhieDjar 20

“Hanya terdengar suara rintik hujan di luar yang hanya menemani malamku.

Bersama air hujan yang turun malam ni, ku jatuhkan pada sebuah perasaan yang menjelma menjadi air mata.” Trisha Viona Lovhie

Hujan turun membasahi bumi kota Bandung malam ini, seolah ikut merasakan kesedihan yang tengah di rasakan Viona.

Viona berdiri menatap jendela menyaksikan derasnya air hujan yang jatuh dari langit. Dia teringat kembali akan kejadian tadi siang. Viona menghembuskan nafas beratnya, air mata nya lolos menetes membasahi wajahnya.

"Vhi..." Amara masuk kedalam kamar putrinya. Dia menghampiri Viona yang tak bergeming dari lamunannya.

Viona kaget saat tangan Amara memegang bahunya.

"Ibu...sejak kapan ibu di sini?" Tanya Viona membalikan badan nya ke hadapan Amara.

"Ibu sudah memanggil kamu dari tadi, tapi kamu gak dengar." jawab Amara menatap wajah putrinya yang sembab akibat menangis.

"Maaf ya, Bu... Vhi gak dengar tadi," Viona merasa bersalah dan meminta maaf kepada ibunya. Amara hanya tersenyum dan kemudian merengkuh putrinya kedalam pelukannya.

"Ada apa? Cerita sama Ibu, apa yang sudah terjadi tadi siang hingga kamu pulang dalam keadaan seperti sekarang ini?" Tanya Amara kepada putrinya yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Viona mengeratkan pelukannya, seketika air matanya tumpah dengan derasnya meleleh diwajahnya. Amara membiarkan putrinya menangis dalam pelukannya. Amara berharap putrinya akan merasa lebih baik setelah menangis.

Setelah Viona sudah cukup tenang, Amara merenggangkan pelukannya. Tangannya memegang wajah putrinya dan mengusapnya lembut.

"Katakan pada Ibu, apa yang telah terjadi sama kamu sayang. Ibu khawatir melihat keadaan kamu seperti ini," bujuk Amara agar putrinya mau menceritakan masalah yang sedang dialaminya.

"Aku sudah bertemu dengan dia, Bu..." jawab Viona lirih, air matanya yang sudah kering kini merembes kembali keluar dari matanya.

"Dia sahabat mayamu itu?" Tanya Amara dengan hati-hati. Viona menganggukkan kepalanya.

"bukannya seharusnya kamu bahagia karena sudah bertemu dengannya. Kamu sudah menantikan saat-saat seperti ini tiba, kan? Lalu apa yang membuat kamu bersedih?" Tanya Amara. Viona memeluk Ibunya kembali masih menangis. Viona menceritakan semuanya kepada Amara tentang apa saja yang sudah terjadi. Mulai dari kejadian yang tak disengaja ia menemukan sebuah kalung, Viona menceritakan bahwa orang yang ditunggunya selama ini ternyata adalah Fajar, dan tentang perasaan aneh yang dia rasakan kepada Fajar sebelum Viona mengetahui bahwa dia adalah orang yang Viona cari. Hingga perbuatan nekat dari sahabatnya yang sudah mengakui bahwa kalung itu miliknya, dan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Viona menangis sesegukan dalam pelukan ibunya. Amara yang mendengarkan cerita putrinya, seolah ikut merasakan sakit yang dirasakan putrinya. Amara mengusap kepala dan punggung putrinya agar ia merasa lebih tenang.

"Ibu mengerti perasaanmu saat ini, sayang. Sudah jangan menangis lagi." Amara merenggangkan pelukannya dan menghapus sisa-sisa air mata diwajah Viona.

"Nak, bila dia memiliki perasaan yang kuat seperti yang kamu rasakan untuknya. Seharusnya dia bisa mencari tau kebenarannya. Kamu ambil saja pengajarannya dari kejadian ini, ya... Anggap saja dia bukan jodohmu." Amara mencoba menjelaskan dan menenangkan perasaan putrinya. Viona menganggukan kepalanya setelah mendengarkan kata-kata dari ibunya.

"Bu... Aku mau lanjutin kuliah ku di luar kota. Boleh?" Tanya Viona dengan hati-hati pada ibu nya. Viona takut keputusannya tidak mendapat dukungan dari Amara.

"Kenapa harus di luar kota sayang?" Amara tak menjawab pertanyaan putrinya, ia malah balik bertanya pada Viona. Baginya ini terlalu tiba-tiba. Amara tak ingin jauh dari putri semata wayang nya.

"Boleh ya, Bu... Aku kepengen dapat banyak pengalaman yang luas aja bu. Gak hanya seputar Bandung saja." bujuk Viona pada ibunya.

Setelah beradu argumen dan berusaha menjelaskan serta meyakinkan ibunya. Akhirnya Viona mendapatkan izin dari sang ibu untuk melanjutkan kuliahnya di luar kota.

***

Sementara tempat lain, seorang pemuda berada di balkon yang ada di kamarnya, ia sedang merasakan dinginnya udara malam saat hujan turun dengan lebatnya.

Fajar teringat saat pertemuan tadi siang dengan seorang gadis yang selalu memenuhi pikirannya selama dua bulan ini.

"Gadis itu jarang sekali berbicara, tapi saat bicara dia mampu menggoyahkan hatiku. Bila dia tersenyum akan memperlihatkan lesung pipit yang menghiasi wajahnya cantiknya. Aku sangat suka melihatnya tersenyum." gumam Fajar

"Senyum siapa yang kamu suka?" suara seorang lelaki paruh baya mengejutkan Fajar dari lamunannya.

"Eh,, Papa, mengagetkan saja!" Fajar mengelus dadanya karena merasa kaget mendapati papanya yang sudah berada di belakangnya.

Arifin terkekeh melihat ekspresi wajah putranya saat sedang kaget.

"Jadi senyum siapa yang kamu sukai itu?" Arifin mengulang pertanyaan pada putranya. Dia mensejajarkan tubuhnya berdiri di samping putra kesayangannya.

"Eh itu, bukan siapa-siapa ko, Pah..." Fajar menghindari tatapan papanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Arifin menyadari bahwa putranya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Gimana hubungan kamu sama Intan? Seminggu lagi kalian akan bertunangan." Arifin menanyakan hubungan putranya dengan putri dari sahabatnya.

"Cukup baik..." cakap Fajar datar. Matanya menatap langit yang gelap dipenuhi air hujan.

Fajar memikirkan tentang hubungannya dengan Intan, ada keraguan yang Fajar rasakan di hatinya. Fajar tak bisa membohongi hatinya, bahwa ada gadis lain yang saat ini selalu mengganggu pikirannya.

Arifin memperhatikan putranya, dia tahu bahwa putranya sedang merahasiakan sesuatu darinya. Arifin akan segera mencari jawaban dari kegundahan yang di rasakan putranya.

"Papa perhatikan kamu seperti tak bahagia dengan Intan? Bukannya ini keputusanmu, dia adalah gadis yang kamu cari bukan?! Seharusnya kamu bahagia." ucap Arifin pada putranya. Fajar membalikan tubuhnya dan berjalan mendekati kursi yang ada di balkon kamarnya kemudian mendudukan tubuhnya. Arifin yang melihatnya pun ikut duduk bersama putranya.

Fajar masih bungkam, dia menarik nafasnya dan menghembuskannya lewat mulutnya.

"Entah kenapa aku merasa ragu dengan keputusanku..." lirih Fajar sambil menundukkan kepalanya. Fajar takut Papanya akan kecewa padanya.

"Apa yang membuat kamu ragu?" Tanya Arifin. Sementara Fajar masih diam tak tahu harus bercerita apa kepada Papanya.

"Kamu mencintai gadis lain?" pertanyaan Arifin membuat Fajar membulatkan matanya kaget.

"Mmp, aku gak tahu..." jawab Fajar datar,

"Aku merasa Jantungku berdebar kencang saat berada didekatnya, aku suka dengan sikapnya yang tenang, aku suka melihat senyumnya..." Fajar menjada percakapannya sejenak. "Aku merasa nyaman saat berbicara dengannya, senyaman saat aku berkomunikasi dengan Intan via Chat dulu." Fajar mulai menceritakan yang dia rasakan kepada papanya.

"Lalu bagaimana dengan perasaan kamu sama Intan saat ini?" Arifin ingin memastikan apa yang sedang di rasakan oleh putranya.

"Biasa saja. Bahkan saat berbalas chat dengan Intan saat ini rasanya berbeda. Aku seperti tidak pernah mengenalnya." ucap Fajar berkata jujur tentang yang dia rasakan pada Intan saat ini.

"Apa yang membuat kamu yakin bahwa Intan adalah gadis yang kamu cari itu?" Tanya Arifin lagi

"Dia memiliki kalung yang pernah akan aku berikan kepadanya sebelum kami bertemu waktu itu." jawab Fajar

"Kalung? Bukannya kalian belum pernah bertemu?" Tanya Arifin semakin penasaran dengan cerita putranya.

"Ya, kami belum pernah bertemu sebelumnya. Waktu itu kami berencana untuk bertemu, tapi setelah lama menunggu Intan gak datang. Saat itu aku tak sengaja menjatuhkan kalung yang akan aku berikan padanya, dan beruntung Intan yang menemukannya." cakap Fajar menjelaskan pada Papanya.

Arifin mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda dia faham dengan yang diceritakan putranya. Arifin tersenyum pada putranya, tangannya di angkat dan di taruh di pundak putranya.

"Ikuti kata hatimu. Papa akan mendukung apa pun yang menjadi keputusanmu..." Arifin menepuk-nepukan tangannya pada pundak putranya. Fajar yang mendengar dukungan dari Papanya menganggukan kepalanya.

"Ya sudah, Papa balik ke kamar dulu. Mamamu pasti sudah menunggu..." ucap Arifin seraya pergi meninggalkan Fajar yang masih termenung memikirkan masalah percintaannya.

Terpopuler

Comments

sylvia sani73

sylvia sani73

sepertinya mirip jalan cerita percintaan ku

2021-09-05

1

Bunda'e Azzahra

Bunda'e Azzahra

sesek 😭😭😭😭😭😭😭😭

2020-10-05

1

Heny Ekawati

Heny Ekawati

udahlah vhi cari lelaki lain

2020-09-28

1

lihat semua
Episodes
1 VhieDjar 01
2 VhieDjar 02
3 VhieDjar 03
4 VhieDjar 04
5 VhieDjar 05
6 VhieDjar 06
7 VhieDjar 07
8 VhieDjar 08
9 VhieDjar 09
10 VhieDjar 10
11 VhieDjar 11
12 VhieDjar 12
13 VhieDjar 13
14 VhieDjar 14
15 VhieDjar 15
16 VhieDjar 16
17 VhieDjar 17
18 VhieDjar 18
19 VhieDjar 19
20 VhieDjar 20
21 VhieDjar 21
22 VhieDjar 22
23 VhieDjar 23
24 VhieDjar 24
25 VhieDjar 25
26 VhieDjar 26
27 VhieDjar 27
28 VhieDjar 28
29 VhieDjar 29
30 VhieDjar 30
31 VhieDjar 31
32 VhieDjar 32
33 VhieDjar 33
34 VhieDjar 34
35 VhieDjar 35
36 VhieDjar 36
37 VhieDjar 37
38 VhieDjar 38
39 VhieDjar 39
40 VhieDjar 40
41 VhieDjar 41
42 VhieDjar 42
43 VhieDjar 43
44 VhieDjar 44
45 VhieDjar 45
46 VhieDjar 46
47 VhieDjar 47
48 VhieDjar 48
49 VhieDjar 49
50 VhieDjar 50
51 VhieDjar 51
52 VhieDjar 52
53 VhieDjar 53
54 VhieDjar 54
55 VhieDjar 55
56 VhieDjar 56
57 VhieDjar 57
58 VhieDjar 58
59 VhieDjar 59
60 VhieDjar 60
61 VhieDjar 61
62 VhieDjar 62
63 VhieDjar 63
64 VhieDjar 64
65 PENGUMUMAN
66 VhieDjar 65
67 VhieDjar 66
68 VhieDjar 67
69 VhieDjar 68
70 Info Baru
71 VhieDjar 69
72 VhieDjar 70
73 VhieDjar 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Extra part 1
82 Extra part 2
83 Extra part 3
84 Ekstra Part 4
85 Ayah Untuk Anakku
86 Promo lagi
Episodes

Updated 86 Episodes

1
VhieDjar 01
2
VhieDjar 02
3
VhieDjar 03
4
VhieDjar 04
5
VhieDjar 05
6
VhieDjar 06
7
VhieDjar 07
8
VhieDjar 08
9
VhieDjar 09
10
VhieDjar 10
11
VhieDjar 11
12
VhieDjar 12
13
VhieDjar 13
14
VhieDjar 14
15
VhieDjar 15
16
VhieDjar 16
17
VhieDjar 17
18
VhieDjar 18
19
VhieDjar 19
20
VhieDjar 20
21
VhieDjar 21
22
VhieDjar 22
23
VhieDjar 23
24
VhieDjar 24
25
VhieDjar 25
26
VhieDjar 26
27
VhieDjar 27
28
VhieDjar 28
29
VhieDjar 29
30
VhieDjar 30
31
VhieDjar 31
32
VhieDjar 32
33
VhieDjar 33
34
VhieDjar 34
35
VhieDjar 35
36
VhieDjar 36
37
VhieDjar 37
38
VhieDjar 38
39
VhieDjar 39
40
VhieDjar 40
41
VhieDjar 41
42
VhieDjar 42
43
VhieDjar 43
44
VhieDjar 44
45
VhieDjar 45
46
VhieDjar 46
47
VhieDjar 47
48
VhieDjar 48
49
VhieDjar 49
50
VhieDjar 50
51
VhieDjar 51
52
VhieDjar 52
53
VhieDjar 53
54
VhieDjar 54
55
VhieDjar 55
56
VhieDjar 56
57
VhieDjar 57
58
VhieDjar 58
59
VhieDjar 59
60
VhieDjar 60
61
VhieDjar 61
62
VhieDjar 62
63
VhieDjar 63
64
VhieDjar 64
65
PENGUMUMAN
66
VhieDjar 65
67
VhieDjar 66
68
VhieDjar 67
69
VhieDjar 68
70
Info Baru
71
VhieDjar 69
72
VhieDjar 70
73
VhieDjar 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Extra part 1
82
Extra part 2
83
Extra part 3
84
Ekstra Part 4
85
Ayah Untuk Anakku
86
Promo lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!