#Intan Pov
Suasana hening beberapa saat, kami menikmati jamuan makan malam tanpa berbicara. Setelah makan selesai barulah orang tua ku dan orang tua Fajar kembali melanjutkan perbincangan mereka.
Entahlah aku tidak terlalu faham dengan pembicaraan mereka, karena saat ini yang sedang mereka bicarakan seputar tentang bisnis.
Aku hanya menyimak perbincangan orang tuaku saja, sesekali aku ikut tertawa bila bahasan dari mereka ada yang lucu.
Kuberanikan diri untuk melihat kearahnya tepat seorang pria duduk dihadapanku, dia tak banyak bicara malam ini, ekspresinya sangat dingin dan datar.
Sedari tadi aku perhatikan dia begitu sibuk dengan ponselnya. Ku lihat sudut bibirnya terangkat sedikit keatas mengulas sebuah senyum, entah apa yang lihatnya, hingga dia lebih memilih tersenyum dengan ponselnya daripada melihat dan berbicara denganku.
"huffft, dia begitu sibuk dengan ponselnya. Apa benar-benar tak ada tempat buat aku dihatinya? Lihat saja, aku pasti akan mendapatkan kamu Fajar. Tak peduli bagaimana pun caranya, walau kamu tak mencintaiku, walau hanya aku yang mencintaimu, tak akan ku biarkan kamu jadi milik orang lain termasuk sahabatku." lirih ku, tentu saja tak didengar siapa pun karena aku berbicara seperti itu dalam hati.
"Fajar..."
Ku beranikan untuk membuka percakapan dengannya, setelah hampir satu jam lebih dia sibuk dengan ponselnya akhirnya sekarang dia memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.
Mata indah itu yang selalu aku rindukan, akhirnya dia melihat kearahku. Ekspresinya jauh lebih baik dari pada tadi, ya walaupun masih tetap dingin seperti es.
"Mau bicara apa?" tanyanya, pemuda itu menatapku datar.
"Kenapa tadi gak masuk sekolah?" ucapku sekedar basa basi untuk mencairkan rasa gugup yang kurasakan.
"Tadi Om sama tante yang suruh dia untuk gak masuk sekolah, karena ada sesuatu hal yang harus kami selesaikan." Jawaban itu bukan berasal dari Fajar, pemuda itu terlihat tidak tertarik dengan obrolanku. Hingga Ia sama sekali tidak mengucapkan sepatan katapun, dan yang menjawab pertanyaanku baru saja adalah Mama Siska.
"Oh, pantas saja," ucapku berusaha bersikap setenang mungkin.
Dia melihatku dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi aku tak peduli, bagiku bagaimana pun sikapnya selama ini padaku, aku tetap mencintainya, aku harus mendapatkannya.
Mungkin sedikit lebih egois, tapi mau bagaimana lagi, aku terlanjur mencintainya. Dan bagiku, cinta itu harus dimiliki.
Tak banyak yang kami bicarakan malam ini, karena dia lebih banyak diam. Dan aku kehabisan kata-kata untuk terus memulai percakapan dengannya. Hingga acara pertemuan dan makan malam pun berakhir dan kami memutuskan untuk langsung pulang.
***
Di tempat lain, Viona merasakan hatinya sedang tertimpa ribuan bunga-bunga.
Bibirnya yang tipis tak berhenti tersenyum saat mendapat chat dari seseorang.
"My Lovhie..." ~Djar
"Apa?"~ Lovhie
"Kamu marah ya sama aku, karena aku yang telat datang waktu itu ? ~Lovhie
"Gak kok, gak marah. Sedikit kecewa 😂" ~Djar
"Maaf" ~Lovhie
"Aku nemuin kalung ini di bawah meja tempat kamu nunggu aku waktu itu (Viona mengirim kan sebuah foto kalung)"~Lovhie
"Jadi kalung itu ada di kamu?"~Djar
"Syukurlah, aku udah khawatir karena gak nemuin kalung itu. Udah aku cari kemana-mana tetep gak ketemu bahkan aku sampai balik lagi ke Cafe waktu itu." ~Djar
"Benarkah?" ~Lovhie
"Iya Vhie, aku bersyukur walau takdir belum bisa mempertemukan kita, tapi setidaknya kalung itu sudah berada ditangan pemiliknya"~ Djar
"Aku pesan secara khusus kalung itu, jadi walau mungkin akan ada yang sama persis seperti itu tapi aku bisa bedain mana kalung milik orang lain dan mana kalung milik kamu, Vhie." ~Djar
"Sebegitu spesialnya kah?" ~Lovhie
"Tentu, karena itu khusus untuk seseorang yang sangat spesial, yaitu kamu" ~Djar
Viona tak langsung membalas chat terakhir dari Djar, dia membaca ulang chat tersebut hingga beberapa kali. Kemudian dia tersenyum bahagia. Bisa bayangkan kan gimana bahagianya Viona, dia tersenyum sambil memeluk dan menutup wajahnya dengan bantal lalu berguling-guling dikasur kesayangannya 😂😂
"Kamu jaga baik-baik kalung itu yaa, biar aku bisa nemuin kamu dimana pun kamu berada 😊" ~Djar
"Pasti. Makasih ya 😊" ~Lovhie
"Ya sudah, tidur gih dah malem." ~Djar
"Siap kapten 😉" ~Lovhie
"Good night my Lovhie" ~Djar
Viona masih menikmati kebahagiaannya malam ini. Dia menyimpan ponselnya kemudian melihat kalung VhieDjar itu kembali. Viona menatapnya dengan mata berbinar, Ia memeluk sesaat kalung tersebut, kemudian menyimpannya kembali diatas nakas. Beberapa menit kemudian, Viona terlelap dalam tidurnya.
Pagi hari Viona berangkat sekolah dengan hati yang berbunga-bunga. Dia melihat kembali kalung yang menjadi kesayangannya mulai saat ini.
Gadis itu melewati gerbang sekolah, menyusuri koridor hingga sampai didepan kelasnya. Viona langsung disambut hangat oleh sahabatnya Intan.
"Vhi... Akhirnya kamu datang," Intan yang melihat kedatangan Viona langsung memeluk sahabatnya dengan erat. Viona yang mendapat pelukan secara tiba-tiba merasa kaget dengan tingkah sahabatnya pagi ini.
"Ada apa? Kamu kelihatan lagi bahagia pagi ini?" tanya Viona, Intan tak langsung menjawab pertanyaan dari Viona. Ia menarik pergelangan tangan Viona membawanya masuk kedalam kelas.
"Vhi, tau gak?"
"Gak tau, kan kamu belum bilang," Viona memotong perkataan Intan sambil terkekeh.
"Ish, makanya dengerin dulu..." ucap Intan mengkrucutkan bibirnya.
"Jadi lanjut gak ceritanya ?" Tanya Viona,
"Vhi, aku di jodohin sama orang tua aku" ucap Intan dengan suara yang agak berbisik ditelinga Viona.
Viona membulatkan kedua bola matanya tak percaya.
"Apa? Terus kamu mau?" ucap Viona penasaran.
"Ya mau lah..." jawab Intan, kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Hah... Gak salah, Tan, kamu langsung mau? Emang kamu udah ketemu dengan lelaki yang akan dijodohin sama kamu?" Viona semakin penasaran karena mendengar dan melihat ekspresi bahagia dari sahabatnya.
"Aku dijodohin sama Fajar," Intan berucap seraya memeluk Viona.
Deg
Viona terpaku sesaat mendengar perkataan Intan. Entah mengapa jantungnya terasa berdenyut ngilu mendengar kabar tersebut, harusnya Ia bahagia mendengarnya.
"Kamu dijodohin sama Fajar?" Viona ingin memastikan bahwa yang didengarnya itu benar. Intan menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Viona.
"Vhi, kamu tau kan aku suka sama dia. Dan pas orang tuaku bilang mau menjodohkan aku dengan anak dari rekan bisnisnya aku sempat menolak, tapi pas tau kalau yang di jodohin sama aku itu adalah Fajar, aku langsung dengan senang hati menerimanya." jelas Intan panjang lebar terlihat sekali bahwa gadis itu sangat bahagia.
Viona terdiam sesaat menatap dalam wajah sahabatnya yang sedang bahagia, kemudian Viona memperlihatkan senyum dibibirnya. Dalam hatinya, Viona tengah menepis jauh-jauh perasaan aneh yang menerpa hatinya.
Seorang dengan ekspresi datar masuk ke kelas melewati Intan dan Viona. Pria ini terlihat tak bersemangat, dia mendudukkan tubuhnya di tempat duduknya tepat dibelakang Viona.
Intan yang melihat pujaan hatinya datang langsung menyambutnya dengan senyum terbaiknya.
Tanpa sungkan dengan teman-teman sekelas yang melihatnya, Intan bergelayut manja kepada Fajar. Intan bahkan meminta menukar tempat duduk dengan temannya agar bisa duduk disamping Fajar.
Dalam diam Viona terus memperhatikan Fajar dan Intan, bahkan Ia tak bisa berucap apapun saat Intan dengan mudahnya meminta bertukar tempat duduknya dengan yang lain.
"Sayang, kamu kok kaya lagi bete gitu sih?" ucap Intan, tapi yang ditanya tak menyahuti pertanyaan dari Intan.
"Pulang sekolah antar aku jalan-jalan ya, yang..." ucap Intan lagi, masih menggelayut manja disamping Fajar.
Fajar memutar bola matanya malas, Ia tak suka situasi seperti ini.
"Pergi sendiri kan bisa," ucap Fajar datar.
"Gak mau sendiri, pokoknya kamu harus nemenin aku..." Intan mengkerutkan bibirnya, Ia kesal akan sikap Fajar.
Viona tak bergeming menatap sikap yang ditunjukkan Intan, entah mengapa menurutnya sikap Intan terlalu berlebihan. Viona mengalihkan pandangannya kearah lain, namun matanya tak sengaja melihat sekilas mata Fajar yang entah sejak kapan pemuda itu menatapnya dengan tatapan dalam.
Pandangan mereka terkunci beberapa saat, setelah itu Viona memutuskan tatapannya dari Fajar, membenarkan posisi duduknya membelakangi Fajar dan Intan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
gw sebel sama.fajar...ga tegas🙄
2020-10-23
1
Heny Ekawati
terlalu bosan bacax klu mmng ingin bertemu djar dan lovhie knp gk tanya alamat sekolahx aj ya kok diem2 aj secara kan djar udah bilang klu pindah dan sekolah di bandung jdi kayak gmn gitu
2020-09-28
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
viona aja mw berkorban buat sahabatnya intan..tp intan egois ga mw kalah sm Viona
2020-09-13
2