Viona tiba di sekolahnya, Ia berjalan menuju kelasnya. Viona melihat kearah tempat duduk sahabatnya tapi belum ada tanda-tanda keberadaan Intan disana.
Viona berjalan perlahan masuk kedalam kelas, lalu mendudukkan tubuhnya pada tempat duduknya.
"Hai, Vhi... Sorangan wae yeuh... Si Intan kamana?" ucap Nita saat melihat Viona tengah duduk sendiri tanpa ditemani Intan.
"Masih dijalan mereun si Intan mah..." Nita mengangguk-anggukkan kepalanya dibalas senyum ramah Viona.
Viona membuka bukunya dan membaca ulang pelajaran yang kemarin. Walau tidak ada ulangan Viona tetap rajin membaca dan belajar, itu sebabnya dia jadi Juara kelas secara terus menerus dari kelas X, XI, sampai sekarang. Viona ingin lulus dengan nilai terbaik agar bisa melanjutkan pendidikannya ke universitas pilihannya.
"Vio..."
"Mmmp, Intan gak masuk hari ini?" Suara Fajar menghentikan aktivitas membaca Viona, gadis itu mengangkat kepalanya menatap pemuda yang entah sejak kapan berada dihadapannya.
"Gak tahu... Harusnya sih sekolah. Tadi saat di rumahku dia sudah siap sekolah kok..." ucap Viona santai.
"Intan ke rumah kamu?" ucap Fajar kemudian mendudukkan tubuhnya disamping Viona. Teman yang duduk bersama Viona belum datang saat ini.
"Iya, semalam dia kerumah dan nginep di rumahku," ucap Viona, Ia masih sibuk dengan buku yang dibacanya.
Fajar menatap Viona dari samping dengan tatapan yang sulit diartikan. Lagi-lagi Fajar merasakan perasaan yang aneh berdesir di jantungnya, saat Ia berada didekat Viona. Perasaan yang hanya Fajar rasakan saat berbalas chat dengan Lovhie-nya.
Viona merasa dirinya sedang diperhatikan, Ia menutup bukunya lalu membalikan kepalanya menatap Fajar. Dan benar saja, pemuda tersebut sedang menatapnya tanpa berkedip. Membuat jantung Viona berdebar hebat seperti ingin loncat keluar dari tempatnya.
Seperti yang dirasakan Fajar, Viona pun merasakan perasaan aneh saat beradu pandang dengan Fajar. Jantung nya berdetak lebih kencang, Viona merasakan seperti dirinya pernah bertemu dan pernah dekat dengan Fajar. "Kenapa ini, kenapa aku merasa pernah mengenalnya dimasa lalu. Tapi siapa dia sebenar nya? Dan Jantung ku, mengapa berdetak lebih kencang saat didekatnya?" gumam Viona dalam hati.
"Vio..."
"Viona..."
Suara Fajar membuyarkan lamunan Viona.
"A-ada apa?“ ucap Viona gugup,
Fajar terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu gak denger bel masuk sudah berbunyi?" tanya Fajar sambil tersenyum. Sedangkan Viona masih menetralkan perasaannya dihadapan Fajar.
"Makanya jangan melamun terus," Fajar reflek menyentuh kepala Viona mengacak rambutnya.
Viona tak bergeming mendapat perlakuan Fajar baru saja. Viona sering mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arka, namun entah mengapa kali ini perasaannya berbeda.
Fajar tersenyum mengingat perbuatannya pada Viona baru saja. "Mengapa perasaan ini sama seperti saat bersamanya? Mungkinkah mereka orang yang sama?" gumam Fajar dalam hati.
***
"Ke kantin?" ucap Fajar saat melihat Viona beranjak dari tempat duduknya. Viona berbalik menatap Fajar seraya menganggukkan kepala mengiyakan.
"Yuk bareng, udah lama kan kita gak ke kantin barang-bareng," Fajar berucap seraya melangkahkan kakinya berjalan mendahului Viona. Langkahnya langsung disusul Viona, mereka pun berjalan beriringan menuju kantin.
"Vio..."
"Fajar..."
mereka berucap bersamaan. Keduanya terdiam sesaat, hingga kemudian Viona memulai pembicaraan terlebih dulu.
"Gimana hubungan kamu sama Intan?" tanya Viona
"Baik," ucap Fajar datar.
"Jadi kalian mau melanjutkan perjodohannya?" Fajar menatap Viona sesaat dengan tatapan sulit diartikan.
"Aku sudah memilih seseorang..." ucap Fajar datar
"Terus Intan gimana?" ucap Viona seraya mengernyitkan dahinya.
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya pada Intan," ucap Fajar masih dengan ekspresi datarnya.
Viona hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan Fajar.
"Vio..."
Viona menatap Fajar dengan tatapan seolah bertanya "Ada apa?"
"Kamu pernah pacaran?" Viona mengernyitkan alisnya sesaat kemudian menggelengkan kepalanya.
Fajar membulatkan kedua bola matanya merasa tak percaya bahwa gadis dihadapannya sama sekali belum pernah berpacaran.
"Pernah jatuh cinta?" Fajar berucap dengan tatapan yang tak lepas dari wajah Viona.
"Pernah, kenapa bertanya dan menatapku seperti itu?" Viona merasa aneh dengan pertanyaan yang ditanyakan Fajar padanya.
Fajar terkekeh pelan, Ia masih sangat penasaran dengan gadis ini.
***
Fajar tidak fokus pada pelajaran hari ini, entah mengapa hati dan pikirannya dipenuhi oleh gadis itu. Senyumnya, tatapan matanya, berputar-putar dalam ingatan Fajar. Pemuda itu mengingat kata-kata yang diucapkan Viona saat di kantin.
"Pernah! Jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah kita temui sebelumnya,"
"Mungkin terdengar aneh, tapi ya begitulah yang ku alami saat ini."
Ucapan Viona selalu terngiang dipendengarannya.
"Apa dia gadis yang sama dengan yang aku cari selama ini?"
"Sikap dan gaya bicaranya memang sangat mirip. Dan rasa nyaman yang aku rasakan tak pernah aku rasakan dengan orang lain kecuali saat aku berselancar berbalas chat dengannya itu sama dengan saat aku berada didekat Viona." gumam Fajar.
Pemuda itu baru saja tiba dirumahnya, Ia melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi baginya terparkir rapi di halaman rumahnya.
Fajar melihat mamanya sedang berbincang dengan seorang gadis. Gadis yang baru-baru ini memaksa untuk masuk kedalam kehidupannya. Gadis itu ialah Intan.
"Sayang, kamu sudah pulang?" ucap Siska mamanya Fajar saat Ia menyadari kedatangan putranya. Fajar mengangguk pelan seraya tersenyum ramah pada mamanya.
"Kamu di sini?" ucap Fajar saat matanya bertubrukan dengan gadis yang berada disamping mamanya.
"Iya, Intan sudah nunggu kamu dari tadi, kamu kok pulangnya telat?" ucap mamanya Fajar, sementara Intan tak bergeming menatap Fajar.
"Tadi mampir ke Cafe dulu, Mah... Ya sudah Fajar ke kamar dulu ya, Mah." Fajar membalikan badannya hendak pergi ke kamarnya, namun langkahnya terhenti saat Intan mengatakan sesuatu.
"Fajar, aku mau bicara sesuatu sama kamu," ucap Intan masih tak bergeming menatap punggung Fajar.
Pemuda itu membalikan tubuhnya melihat Intan sejenak menganggukkan kepalanya. Kemudian berlalu meninggalkan Intan dan mamanya.
***
Saat ini Fajar dan Intan tengah berada disebuah Cafe. Tidak ada yang memulai pembicaraan saat ini, mereka sibuk dengan pikiran-pikiran mereka sambil memainkan gelas yang ada dihadapan mereka.
"Jar..."
"Aku minta maaf..." Intan memulai percakapan setelah beberapa saat suasana hening.
"Untuk?" setelah sekian lama terdiam, hanya satu kata yang berhasil lolos dari mulutnya. Intan sebenarnya merasa kesal dengan sikap yang ditunjukan Fajar padanya, namun sebisa mungkin Intan tetap terlihat tenang.
"Karena aku sudah maksa kamu untuk suka sama aku..." ucap Intan lirih, Fajar menatap gadis itu sesaat kemudian menghela nafas panjang.
"Gak apa-apa, yang penting sekarang kamu sudah mengerti." ucap Fajar tenang, Intan merasa dadanya sesak mendengar perkataan Fajar. Bagaimana pun, Ia masih belum menyerah untuk mendapatkan Fajar seutuhnya.
Fajar menyeruput minumannya, hatinya sedikit lega karena berpikir bahwa Intan sudah mengerti dengan perasaannya saat ini.
Intan membuka tasnya, Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Namun sesuatu benda tak sengaja terjatuh dari tasnya.
Fajar melihat benda tersebut kemudian hendak mengambilkannya untuk Intan, namun pandangannya terpaku pada benda yang kini berada ditangannya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan benda yang dilihatnya.
"Kamu dapat kalung ini dari mana?" ucap Fajar setelah memastikan sebuah kalung yang terjatuh dari tasnya Intan.
Intan tak bergeming mendengar perkataan Fajar, Ia tak menyangka reaksinya akan seperti ini saat pemuda itu melihat kalung yang ada ditangannya saat ini.
"Itu pemberian dari seseorang," ucap Intan lirih,
"Siapa yang memberikan kalung ini sama kamu?" ucap Fajar penasaran, Ia ingin mendengar penjelasan Intan tentang kalung VhieDjar miliknya yang berada pada gadis dihadapannya.
"Seseorang telah memberikannya khusus untukku..." ucap Intan menyunggingkan sebuah senyuman dibibirnya, Ia mengambil kalung tersebut dari tangan Fajar kemudian menyimpannya kembali kedalam tasnya.
Deg
Fajar tak bergeming, pandangannya lurus menatap gadis dihadapannya. Hati dan pikirannya tak sejalan, Ia masih belum sepenuhnya percaya dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya. Pikirannya ingin mempercayainya, namun hatinya malah meragu dengan kenyataan ini.
Fajar masih menatap Intan dengan tatapan yang sulit diartikan. Fajar merutuki hati dan perasaannya sendiri. Mengapa Ia bisa merasakan perasaan yang aneh saat bersama Viona, bukan dengan Intan yang jelas-jelas Intan lah gadis yang ingin Ia temui selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Happys
intan kok JD jahat sih
2021-06-09
0
Nimaz Ayu Puji Hapsari
kenapa ga coba dites aja tuh si intannya. chat lovhie didepannya intan ato tanya intan dapet kalungnya itu gimana carane. kan lovhie udah cerita dia nemuin kalung itu dibawah meja. ada banyak cara kalik buat mastiin itu gadis yang kamu cari ato bukan, Jar.
2021-05-17
0
Ernaningsih
yaaaa jadi malas bacanya ah
2020-10-30
1