Keesokan harinya di Rosement...
"Hatsyim! Sruuk! ukh, napa demam sih!" kata Erlan yang ada di kasurnya.
Erlan mengambil termometer, "39 derajat?! yang bener aja! aku pengen ke kantor! buat banyakin modal nikah!!"
"Gaya banyakin modal! ngeyel gak karuan ente! dikasih tahu jangan begadang! kakak tuh gak kuat begadang!" kata Ersya yang disitu.
Erlan kesal, "Apaan sih, Sya?! kan kakak panggilnya Randi, kenapa malah kamu?!"
Ersya bilang, "Pak Randi ada pasien! jadi gak bisa! emangnya mau Nona Nera?! biar dibedah sekalian tuh penyakit!"
"Iih! Amit-amit ama Nera! bisa-bisa ginjalku diambil! dah lah! aku mau tidur!" kata Erlan sambil selimutan.
"Ya, bagus tuh. Aku mau ke lobby apartemen dulu ya. Kayaknya pesananku dah datang" Kata Ersya.
"Hm!" kata Erlan.
Ersya bertanya, "Btw kak. Kakak udah bilang perasaan kakak ke Putri Aliana?"
Erlan berbalik dari tempat tidur, "Maksudnya gimana?! aku sama Amanda kan tunangan!"
Ersya menghela nafas, "Aku tahu kakak sama Putri Aliana tunangan! Hanya saja, kata Kak Elena, Putri Aliana punya trauma akan rasa. Jadi jika kakak nyatain perasaan, mungkin aja hatinya akan cerah lagi"
Erlan sebal, "Huh, gw udah gombalin ampir tiap hari kok! lagian Amanda buatku hatinya udah cerah kok!"
"Serah lu! pokoknya lu harus bilang!" kata Ersya.
"Hm!"
Di lantai masuk apartemen...
Amanda dan Ersya papasan saat Ersya akan kembali untuk mengambil pesanannya, "Eh?"
"Kamu... adiknya Erlan?" tanya Amanda.
Ersya menundukkan tubuhnya, "Se-selamat pagi, Tuan Putri Aliana!"
"Tidak perlu terlalu formal, panggil saja aku kak Ana itu sudah cukup untukku. Karena Insha Allah kamu akan jadi adik iparku kan?" tanya Amanda sambil tersenyum.
Ersya terdiam melihat Ana, "Rupanya kakak tidak salah pilih istri, calon istri kayak Putri Aliana harus dipertahankan sampai akhir!" batin Ersya.
"Ya udah, Ersya kan? Ersya mau ngapain?" tanya Amanda.
Ersya akan berkata kalau Erlan sakit, tapi rupanya ia punya ide, "K-kak Ana! bisa aku minta tolong?!"
"Ya?" tanya Amanda.
Ersya akhirnya menjelaskan dan Amanda memutuskan untuk ke lantai 5 menggunakan lift, Ersya tersenyum karena dengan begini rencana mak comblangnya berhasil.
Di Kamar Erlan...
Amanda di kamar Erlan sedang memasak sup karena melihat Erlan masih tidur, ia tidak tega membangunkan.
Erlan tiba-tiba terbangun dan muntah, tapi langsung lari ke kamar mandi, "H-Hoeek!!"
Amanda langsung merinding mendengar Erlan muntah.
CEKLEK! Pintu kamar mandi dibuka.
Erlan melihat ada Amanda di dapur dan menjadi kaget, "A-Amanda?! kok kamu...?!"
Amanda menjelaskan, "Anu itu, tadi Ersya minta tolong aku untuk sesekali ngecek keadaannya Erlan"
"A-Aku gak ngimpi kan?!" batin Erlan.
Amanda bilang, "Aku baru aja masak sup makaroni. Sebenarnya tadi buat kak Andra, tapi kak Andra sedang tidak ada di apartemen"
"Aku gak tahu Erlan sakit. Btw Erlan laper kan? makan dulu ya" kata Amanda sambil membawa nampan dengan 2 mangkuk sup.
BLUSH! Wajah Erlan jadi merona, "I-Iya"
Akhirnya mereka makan berdua, "Maaf ya, cuman ada sup" kata Amanda.
"Ah gak apa-apa. Ini aja aku udah ngerepotin kamu, Nda" kata Erlan.
Amanda sedikit tertawa, "Ngerepotin gimana? Erlan kan juga udah bantuin aku saat aku sakit. Jangan sungkan"
Amanda menyodorkan gelas, "Nih Lan, minum dulu. Jangan sampai dehidrasi"
Erlan mengambil gelas yang disodorkan Amanda, "M-Makasih"
Erlan melihat Amanda yang makan sup sambil melihat ponsel, "Rasanya, seperti punya istri! sakit rupanya bisa membawa berkah ya" batin Erlan yang senang dalam hati.
Amanda melihat Erlan yang dari tadi menatapnya, "Dimakan Lan, keburu dingin. Jangan lupa baca basmallah"
"I-Iya" kata Erlan.
"Ersya yang minta Amanda kesini, itu berarti..." batin Erlan yang gugup hingga jantungnya berdegup kencang.
DEG! DEG! DEG!
Erlan akan bicara, namun Amanda juga, "Lan/Nda"
"Eh, Erlan aja duluan yang bicara" kata Amanda.
"Ngga, Amanda aja" kata Erlan.
Amanda akhirnya bicara, "Aku mau bilang, makasih udah ngerawat aku saat aku sakit waktu itu. Aku ngga tahu lagi gimana jadinya kalau kamu dan kak Nera gak datang. Lagipula gawat juga kalau Kak Andra tahu"
"Rasanya aneh, kalau aku berpura-pura kuat, padahal jatuh dibelakang. Aku gak tahu diriku ini kuat apa gak. Karena aku pengen kelihatan kuat hanya karena aku gak pengen dikhawatirkan" jelas Amanda.
Amanda tersenyum pasrah, "Aku gak mengenal bagaimana itu rasa. Rasa pahit, cinta, takut. Aku memang merasakannya, tapi aku gak bisa serius dalam memahaminya. Mungkin ini adalah karma karena aku berpura-pura kuat dulu"
Grrt... Erlan mengepalkan tangannya yang diatas meja, "Amanda, apa itu artinya kamu gak ada perasaan ke aku?"
DEG... Amanda tidak bisa menjawabnya karena tidak tahu harus menjawab apa, ditanya ia punya rasa ke Erlan, tentu saja ia suka.
Hanya, karena trauma yang menyebabkan dirinya hampir merasa semua perasaan di dirinya seperti hambar dan hampa.
Erlan menunduk, "Dinding antara aku sama Amanda perlahan runtuh karena kami mulai menjalin hubungan ke yang lebih serius. Tapi, bagaimanapun Amanda adalah manusia yang hatinya sulit ditebak"
"Apalagi untuk dimiliki, Kak Elena benar. Kalau trauma itu sulit dilupakan" batin Erlan.
Amanda menjawab, "Maaf Lan. Aku ada rasa sama kamu sejak kamu nyatain perasaan ke aku saat SMA. Tapi maaf, aku banyak melalui rintangan yang membuatku terkadang seperti tidak punya hati"
Amanda menunduk, "Kalau ditanya, tentu saja aku sayang sama Erlan. Tapi, aku seperti terlalu hampa, tidak ada rasa di hati ini selain trauma"
"Ah ya, tadi Erlan mau bilang apa?" tanya Amanda.
"Cu-cuman mau makasih udah dibikinin sup. Kamu gak usah ngerasa balas budi atas aku ngerawat kamu saat sakit ya" kata Erlan.
Erlan memberanikan diri untuk bicara, "Nda, tadi kamu denger gak? saat aku... "
Amanda bilang, "Ah, itu. Aku rekam kok. Mau kukirim juga ke grup teman-teman kita"
Erlan kaget, "WHAT?!"
Amanda tertawa, "Pfft, haha! bercanda! aku gak segesit Erlan kok"
Erlan lega mendengarnya, Amanda kemudian berkata lagi, "Tenang aja. Rahasia kamu aman kok Lan, semoga besok sudah sembuh ya"
Erlan berkata ke Amanda, "Nda, mulai hari ini jangan panggil aku Erlan. Kalau bisa... panggil Abang aja ya"
Amanda bertanya, "Kenapa? Erlan kan udah kayak temen aku sendiri"
JLEB! Erlan sakit hati karena meski tunangan, ia masih berada dalam "Friendzone".
Amanda membereskan mangkuk dan peralatan makan, "Lan, aku pulang ya"
Amanda melihat Erlan tertidur sambil mewek karena patah hati, "Oalah tidur toh"
Ba'da maghrib...
Ersya datang ke kamar Erlan, "Lho? ada kak Ana? masih disini dari tadi siang?"
"Eh, Ersya. Gak, tadi aku pulang dulu kok terus kesini lagi" kata Amanda.
"Makasih ya kak, maaf banget udah ngerepotin" kata Ersya.
"Gak kok, Erlan juga udah banyak bantuin aku. Itu ada sup buat Ersya sama Erlan sama jamu yang aku buat tadi. Bilang sama Erlan diminum ya" Jelas Amanda.
Ersya terpukau, "Wah! kak Ana emang terbaik! terimakasih banyak lho kak!"
"Ya udah, aku pulang ya, Sya" kata Amanda.
Amanda akan mendorong engsel pintu, tapi Ersya tiba-tiba bertanya, "K-kak Ana! kak Erlan tadi ngomong sesuatu ke kak Ana?"
"Ng? soal apa?" tanya Amanda.
Ersya tidak jadi bertanya, "O-oh, tidak jadi. Ngga apa-apa"
Akhirnya Amanda pamit, Ersya kesal karena Erlan tidak melakukan yang ia katakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments