Keesokan harinya...
Erlan akan berangkat kerja dan melihat Amanda, "Ng? Eh! my luv!"
Wajah Amanda memerah, "Kenapa sih?!"
Erlan tersenyum, "Mau kemana?"
"Kampus"
Erlan bertanya, "Kenapa? kan kamu udah wisuda 2 pekan yang lalu"
Amanda menjawab sambil berjalan, "Mau ngurus instruktur lab dulu, masih ada yang amburadul. Dah ya"
Erlan bertanya, "Nebeng sama Abang yuk Neng"
"Gakk!!"
Erlan tertawa, "Hihihiy, bilang aja kalau mau dianterin"
Di gedung AR group di siang hari...
Erlan mengetik di komputernya, tapi terhenti karena ia chatingan dengan Amanda.
Erlan cekikikan, "Pfft! haha!"
DUAK! Ada yang menjitak kepalanya.
Erlan merintih kesakitan, "Yassalam! aduh!! siapa sih?!-... Eh?"
Elena yang dibelakangnya tersenyum, "Kakak dong. Siapa lagi? kamu kenapa gak kerja? malah main HP? koruptor!"
Erlan kaget ketakutan melihat kakaknya, "Eh? kakak? hehe, koruptor apanya?! aku gak korupsi kak! Astaghfirullah kakak!"
Elena menaruh setumpuk berkas, "Korupsi waktu lah! waktu banyak-banyak kamu gunakan untuk main HP! gimana sih?!"
"Hehe, maaf kak-... Apaan nih berkas?!" tanya Erlan.
"Buat dikerjain lah! kerja yang bener dek" kata Elena sambil pergi.
"Huft... padahal pengen kencan sama Amanda sore ini" gumam Erlan.
Malam harinya...
BLAM! Erlan menutup pintu mobilnya dengan kasar saking capeknya dari kantor.
Hyung~ Hyung~ Erlan kecapean dan lemas lalu memutuskan untuk masuk lewat pintu dapur.
Randi yang lihat menyapanya, "Oi Vian! kenapa? sakit?"
Erlan berbalik dengan lemas, "Apaan sih?"
Randi menjawab, "Elu lemas banget! kamu emang biasanya numpukin kerjaan kan?"
Rahmat yang sedang mengelap gelas bertanya, "Mau ku bikinkan susu hangat?"
Erlan berkata, "Gak usah... kau gak ke Dimensi Astral? kau kan Pilar"
Rahmat berkata, "Aku hanya ke Dimensi astral jika akan ada rapat. Kau kelihatan kecapean sekali. Perbanyaklah istirahat"
Erlan bilang, "Haha, Thanks Mat. Soal susunya gak usah makasih, aku mau ke kamar ngurusin kerjaan dulu"
Hyung~ Hyung~
Randi dan Rahmat melihat Erlan yang perlahan menjauh dari dapur, "Moga aja gak ambruk tu orang" kata Randi.
Rahmat hanya mengangguk-angguk.
Erlan membanting dirinya di kasur setelah mandi dan sholat isya setelah pulang dari kantor.
BRUK! Ia merenungkan diri dan mengingat akan kejadian kemarin saat ia tak sengaja memojokkan Amanda.
"Aku gak habis pikir kejadian tadi, padahal selama kami temenan, gak pernah kami berada jarak sedekat kemarin. Kayaknya... " Batin Erlan.
BLUSH! Muka Erlan langsung memerah, "Aku baru sadar setelah pulang kalau tadi sedekat itu"
Tapi Erlan juga memasang wajah sedih, "Tapi saking takutnya aku ketemu sama kak Elena dan Ersya, aku sampai gak sadar kalau Amanda takut sampai menangis"
Erlan menyiapkan laptop dan berkasnya untuk mengejar deadline sambil terus berpikir, "Semua ini terjadi karena aku terlalu sembrono melamar Amanda. Dan akhirnya berakhir dengan masalah yang diutarakan Paman Daniel"
Erlan menyiapkan air panas untuk teh, "Jika aku sampai tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan 3 pekan lagi, aku takut kalau Amanda depresi dan lebih parahnya... Kalau dia memilih untuk mundur" Batin Erlan.
Erlan bertekad kuat hingga tak sadar dia memegang wadah panas, "Pokoknya harus minta maaf lagi ke Amanda!!"
"YA ALLAH! PANAS!!" Seru Erlan.
20 menit kemudian...
Erlan selesai mengerjakan sebagian tugas kantornya dan meregangkan
Mood Erlan memburuk karena capek banyaknya tugas, "Banyak sekali, bagaimana sempat aku mencari jawaban yang dikatakan Paman Daniel?"
Erlan tidak sengaja tiba-tiba mengecek pesan saat Amanda dan dia chatingan tadi siang, tepatnya saat Erlan sedang dikantor.
Erlan memandang chatnya dengan tersenyum, "Cuman lihat kayak gini aja moodku langsung baik"
"Haha, ya udah deh. Sholat taubat dulu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments