Sekarang, Zaki, Nina, dan Putra tengah menguping Amanda dan Erlan di dinding dapur karena...
Flashback...
"Ni mereka kok gak balik-balik? Jangan-jangan..."
Zaki menegur Nina, "Hush! Jangan gitu! Erlan gak mungkin berbuat yang gak-gak, dia itu tahu agama kok. Lagipula ini ide siapa coba yang nyuruh Erlan nemenin Amanda?"
Nina dan Putra nunjuk Zaki dengan tampang watados.
(* \= Wajah Tanpa Dosa)
"Enak aja!!" Seru Zaki.
Putra ikut debat, "Terus gimana? mau nyusul mereka? tapi ini sih namanya kita suudzon ke Erlan sama Amanda. Mau gimanapun mereka tetep teman kita kan?"
Akhirnya dengan diiringi perdebatan, mereka memutuskan untuk menyusul Amanda dan Erlan.
Flashback off...
Erlan menunduk merasa bersalah "Nda, soal lamaran itu, maafin aku ya"
Amanda berhenti tertawa, "Kenapa? Kamu gak salah apa-apa tuh? Ngapain minta maaf soal lamaran itu?"
Erlan terdiam karena teringat kata dan jawaban Elena.
Flashback...
📞"Lan, jawaban atas pertanyaanmu itu"
Erlan heran, "Yang mana?"
📞"Elu yang nanya kok lupa?!"
"Kenapa cewek terkadang lama banget ngasih jawaban? Bahkan cowok jadi ngerasa bahkan sampai... Ke gantung? Apa sih yang cewek pikirin soal cowok?"
"Oh, itu, iya? Kenapa emang?" Tanya Erlan.
📞"Para cewek, terkadang malu dan tertekan, bahkan jadi pendiam karena terlalu memikirkan tentang lamaran yang didapatnya"
📞"Bahkan mereka jadi cuek sama cowok yang ngelamar saking canggungnya, ini menurut pengalaman kakak dari teman-teman ya"
📞"Jadi, kakak rasa kamu kayak terburu-buru. Kakak ngerti kamu gak pengen Amanda keduluan orang lain"
📞"Jadi untuk selanjutnya, bagaimana cara kamu nanganin ini?"
Flashback off...
"Sebelum aku melamar kamu, kamu ceria aja dan... Lebih terbuka. Tapi, setelah kemarin aku lamar, kamu jadi lebih cuek ke aku. Mungkin kamu kepikiran dan bisa aja sampe... Gak suka" Jelas Erlan.
Amanda terdiam.
"Jadi, jujur aja... Aku gak apa-apa kamu nolak kok, jangan merasa terbebani ya. Menolak pun ini juga hak kamu, aku gak apa-apa. Gak usah naruh simpati" Kata Erlan.
Erlan menaikkan kepalanya yang sedari tadi ia tundukkan, "Karena... Yang paling tahu lelaki seperti apa yang bisa membuatmu paling bahagia... adalah Amanda sendiri" Kata Erlan sambil tersenyum.
"Jadi... Kamu bisa pikirkan ini, aku gak apa-apa kok kamu gantung sampai kamu bisa memberikan jawaban" Kata Erlan.
Situasi hening beberapa menit.
Erlan melihat Amanda memegang tali, "Bu.. Buat apaan tuh?"
"Kamu tadi bilangnya gak apa-apa aku gantung sampai aku bisa memberikan jawaban?" Tanya Amanda.
"G-gak gantung pake tali gitu juga!! Kalau aku kamu gantung pake tali ya mati!" Kata Erlan.
Zaki, Nina, dan Putra yang menguping percakapan Amanda dan Erlan tersenyum.
"Kita emang beruntung punya teman kayak Erlan" Bisik Nina.
Zaki dan Putra tersenyum setuju, "Bener"
"Jadi... Sampai kapan kalian mau menguping?" Tanya Amanda sambil tersenyum pada mereka.
"Lah?! Kalian nguping?!" Tanya Erlan.
"K.. Kok Amanda bisa tahu? Padahal kita udah gak bersuara banget" Batin Zaki, Nina, dan Putra bersamaan.
Pengumuman!
Assalamu'alaikum, Author ada sedikit pengumuman buat pembaca atau readers.
Mohon maaf ya, karena novel "The Story Of Amanda's Student" bakalan direvisi jadi novel "Cinta yang sebenarnya".
Mohon maaf bagi yang kecewa, dan terimakasih yang sudah membaca dan terus mendukung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments