Sudah satu minggu Clara kehilangan ayahnya. Ia tidak berani menampakkan wajahnya pada siapapun. Ia terus mengurung dirinya dikamar. Ia menutup gorden agar ia tidak dapat melihat dunia luar. Ia yakin kedua wanita yang ada didalam rumahnya sedang bersenang-senang. Untungnya ada Bi Rumi yang mengerti dan perhatian padanya. Setiap hari ia memaksanya untuk makan dengan rayuan ia harus tetap hidup agar ia bisa bertemu dengan kakaknya.
Clara turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja rias. Ia melihat wajahnya. Mengkhawatirkan, pikirnya. Ia sulit tidur setelah kematian ayahnya. Kedua matanya terdapat lingkaran hitam. Wajahnya pun sedikit pucat karena ia terus menangis. Setelah kejadian seperti ini, apa yang harus ia lakukan. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamarnya. Ia langsung melihat gagang pintu dengan penuh kewaspadaan. Terdengar suara Bi Rumi memanggilnya. Ia dapat bernafas dengan lega. Iapun membuka pintu kamarnya. Ternyata bukan hanya Bi Rumi yang ada disana. Tapi Om Sakti pun ada disana. Om Sakti adalah pria yang paling menolongnya ketika ia bisa pergi dari Phuket dengan cepat. Ia bahkan menyewa sebuah jet pribadi. Ia tidak yakin akan semurah yang ia bayangkan.
"Katanya udah seminggu ini kamu gak keluar kamar ya, Clara?"tanya Sakti.
Clara mempersilahkan pria itu masuk kekamarnya. Ia kemudian duduk di sofa yang ada dikamarnya diikuti oleh Sakti.
"Ada apa om kesini?" tanya Clara
"Om mau tau tentang kabar kamu. Ternyata sedikit menyedihkan." Sindirnya.
"Kenapa om bilang begitu?" protes Clara
Sakti membetulkan kacamatanya. "Maafkan om. Tapi papa kamu akan kecewa melihat kamu seperti ini."
Clara langsung teringat sesuatu. "Om, apa yang menyebabkan papa meninggal?"
Sakti menghela nafas. "Akan om ceritakan kejadian sesungguhnya. Tapi enggak sekarang. Nanti om kasih tau kamu sebulan lagi. Sekalian om membacakan surat wasiat papa kamu."
Clara menatap Sakti serius. "Papa sempet bikin surat wasiat?"
"Iya. Kamu harus sabar dan bersiap untuk melanjutkan pekerjaan papa kamu." jelas Sakti.
Tidak terlihat oleh mereka, Desy berada diluar untuk mencuri dengar. Ia menggerutu kesal. Iapun berjalan kekamar Adriana.
"Adri\, ternyata Aditya membuat surat warisan. Kamu tau apa yang pengacara t*l*l itu bilang?" Ucap Desy menggebu-gebu.
Adriana melepaskan airphone nya. "Ada pengacara Aditya?" tanyanya.
"Iya, dia nyuruh anak itu buat siap-siap sama perusahaan Aditya. Kita harus berbuat sesuatu, Adri. Mama gak mau usaha kita sia-sia." jawab Desy.
"Mama mau apa?"tanya Adriana serius.
"Kita harus melenyapkan anak itu. Apapun caranya."
Adriana sedikit mundur. "Aku takut ma. Aku gak berani." ucapnya ragu.
"Mama yang kerjain. Kamu ikut omongan mama aja." jawab Desy sambil berjalan keluar kamarnya. Adriana menatap ibunya yang menghilang dibalik pintu.
Clara terbangun karena suara bising dirumahnya. Baru saja ia bisa tidur, kedua wanita itu sudah mengganggunya. Iapun keluar untuk pertama kali karena kesal. Suara musik yang sangat keras itu terdengar dibelakang rumahnya. Ia terkejut ketika melihat halaman belakang rumahnya telah disulap menjadi acara pesta coctail oleh ibu tirinya. Clara geram dan marah. Kali ini sudah tidak ada ampun lagi bagi mereka berdua.
"Pergi kalian!" teriak Clara.
Musik berhenti. Desy menoleh untuk melihat Clara. Itulah yang diinginkannya. Clara keluar dari kamar dan ia bisa melakukan aksinya. Ia tersenyum puas.
"Kalian gak ngerti juga? Pergi kalian semua! Kalian gak tau kalo papa baru aja meninggal! BR***S*K kalian!" Ucap Clara sambil terus berteriak. Semuanya terdiam. Beberapa orang telah meninggalkan pesta itu. Ia berbalik untuk naik lagi kekamarnya\, namun tiba-tiba matanya ditutup oleh sesuatu. Tubuhnya ditarik oleh beberapa orang. Clara tidak bisa berteriak karena mulutnya dibekam. Ia hanya merasakan tubuhnya dibawa kesebuah tempat yang iapun tidak tahu. Terdengar pintu ditutup dengan kencang.
Tak lama kemudian ia mendengar ada langkah kaki mendekatinya. Ia mundur dan tidak bisa bangun karena kaki dan tangannya diikat.
"Aku cuma mau denger kamu berteriak kesakitan\, Clara. Anak S**L*N!" ucap wanita itu. Clara tersenyum. Mendengar namanya saja ia langsung tahu siapa yang akan menyakitinya.
"Ma, jangan terlalu jauh." ucap Adriana takut.
Desy mendekati tubuh Clara dan menendangnya dengan sekuat tenaga. Clara mengeluh kesakitan. Ia tidak bisa berteriak karena mulutnya masih ditutup. Ia hanya mengerang kesakitan.
"Sakitkah?"tanya Desy. "Itu belum seberapa, sayangku." tambahnya.
Beberapa orang yang iapun tidak tahu mendekati mereka. Mereka mulai memukul tubuh Clara dengan berbagai benda. Clara tak berdaya. Ia kesakitan diseluruh tubuhnya. Ia sudah tidak bisa mengerang kesakitan karena ia sudah kehilangan kesadaran.
"Buang gadis ini ke mana saja. Kalau bisa kalian B***** tanpa menghilangkan jejak."geram Desy sambil berjalan keluar.
"Kamu tega B**** nona Clara?"tanya salah satu pria itu. Hampir 2 jam ia pergi mencari tempat aman untuk membuang Clara. Tubuh Clara dibawa sangat jauh dari rumahnya.
Pria yang satu menangis. "Siapa yang tega Ben, Dia baru saja kehilangan papanya."
"Kita gak bisa berbuat apa-apa karena kita diancam." ucap pria satunya.
Beni, salah satu dari mereka melihat tubuh lemas Clara. Wajah gadis itu babak belur karena tamparan dan pukulan. Wajahnya sudah tidak terlihat cantik lagi.
"Kita bawa ke gunung aja Ben, nanti mungkin ada yang nemuin. Jujur, aku gak tega."
"Iya, kita turunin didepan aja. Inikan malem."
"Iya."
Tubuh Clara diangkat oleh Beni dan disandarkan ke batang pohon.
"Non, jangan pernah kembali lahi kerumah. Mereka sangat berbahaya. Maafkan kita non, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi non Clara masih layak untuk hidup."
Walaupun masih lemas, tapi Clara masih dapat mendengar ucapan pria-pria itu. Terima kasih karena masih membiarkan aku hidup, ucap Sandra dalam hati. Semuanya terasa sunyi. Clara tidak dapat bergerak sedikitpun. Ia ingin bertemu dengan ibu dan kakaknya. Hanya mereka yang dapat menolongnya.
"Ada orang mati!!!"teriak seseorang. Clara terbangun namun ia masih tidak bisa membuka matanya. Ia hanya merasakan ada seseorang yang mengangkat tubuhnya.
"Ed, bawa ke puskesmas aja. Masih hidup." Teriak seseorang.
Ed? Edward? Tidak mungkin itu Edward kan? Pria itu pasti marah besar padanya. Maafin aku Ed, Aku bener-bener minta maaf."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Manda P Wulandani
kok sandra
2022-10-01
0
Peni Rhia
Ed.....edi....bukn Edward😁
2020-07-31
0
Susi Yanie
apa edward yg nemuin? kalau memang jodoh gak kemana
2020-06-24
2