Clara terbangun dengan tubuh letih. Ia merasa seluruh tubuhnya sakit. Ia teringat semalam ia mabuk dan ia tidak ingat lagi apa yang terjadi semalam. Ia melihat kesampingnya. Seorang pria sedang tidur dengan nyaman disampingnya. Bahunya terbuka dan sepertinya ia tidak memakai pakaian. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kemudian ia melihat dirinya sendiri dibalik selimut. Ia terkejut luar biasa. Dirinya kesal, takut, marah dan ingin menangis. Apa yang terjadi padanya semalam?
Clara keluar dari selimut dan memakai pakaiannya. Bahkan kamar yang mereka dapatkan adalah kamar mewah. Iapun keluar kamar dan duduk disofa yang menghadap keluar . Ia mengangkat kakinya keatas kursi sambil memeluk bantal. Ia menangis dalam diam. Ia telah menguburkan rencananya berlibur di phuket. Jika melihat apa yang terjadi padanya seperti tadi, ia ketakutan. Bagaimana jika ia hamil? Ia yakin jika ketika mereka pulang ke negaranya, mereka akan saling melupakan. Dan lebih parahnya mereka baru saja berkenalan. Usianya masih terbilang muda. Tapi bodohnya ia telah mengajak pria itu untuk tetap melanjutkan perlombaan konyol itu. Entah berapa lama ia termenung sendiri. Ia menatap lautan dengan mata kosong.
Desy baru saja menatap jam tangannya siang itu ketika sebuah telepon rumahnya berdering.Ia tersenyum samar.
"Bi rumi, angkat telepon." Teriaknya pada salah seorang pembantu yang paling tua.
Wanita setengah baya itu berlari menuju tempat telepon berdering. Ia sesekali menatap wanita itu. "Halo.. Ya betul, sebentar." Bi rumi berjalan dengan cepat menuju majikannya. "Ada telepon dari rumah sakit."
Desy melirik pada wanita itu dan berjalan menghampiri telepon. "Halo, ya saya istrinya. Apa?" teriak Desy shock.
Bi rumi hanya bisa melihat majikannya menangis tanpa tau apa yang terjadi. Ia menghampirinya dan memegang tangan Desy.
"Jangan pegang saya. Kamu kotor!" teriak Desy dibalik tangisnya. Bi rumi langsung melepaskannya dengan cepat.
"Adriana!"panggil Desy.
Adriana turun dari kamarnya. "Kenapa ma?"tanyanya panik.
"Papa kamu!" isaknya tertahan.
"Papa kenapa?" tanya Adriana.
"Papa kamu jadi korban tabrak lari!" jawab Desy sambil menangis.
"Kita ke rumah sakit ma!" seru Adriana.
"Saya ikut Bu!" seru Bi Rumi.
"Diam kamu! Kamu cuma pambantu disini!" teriak Desy.
Bi rumi hanya terdiam. Ia melihat kepergian Desy dan anaknya kekamar. Ia bingung. Seharusnya jika mengetahui suaminya kecelakaan, istrinya tidak perlu untuk bersiap-siap. Ia menunggu beberapa menit dan benar saja apa yang dipikirkannya. Desy keluar dari kamarnya dengan pakaian mahalnya dan perhiasan mahal. Ia sempat mengerutkan keningnya. Tapi tidak dengan Adriana, anaknya. Ia terlihat biasa saja. Hanya saja tidak ada kepanikan di wajahnya.
Edward terbangun setelah ia merasakan angin laut masuk kedalam kamarnya. Tiba-tiba ia membuka matanya dan melihat situasi kamar. Itu bukan kamarnya. Butuh beberapa detik untuknya agar ia bisa menyadari apa yang terjadi semalam. Ia melihat disampingnya. Edward memegang kepalanya ketika melihat noda diatas tempat tidur. Gadis itu masih utuh sebelumnya. Ia yang salah semalam. Ia sempat sadar tapi godaan gadis itu membuatnya tidak bisa berfikir normal. Ia menatap sekeliling kamar. Gadis itu tidak ada. Lalu ia melihat diluar kamar, gadis itu sedang duduk sambil menatap lautan dengan mata kosong. Iapun memakai pakaiannya dan mendekati gadis itu.
"Sorry Ara, aku yang salah waktu semalam." Ucap Edward dengan suara gelisah. "Aku bersedia tanggung jawab kalau sampe kamu ada apa-apa." tambahnya cepat. Ia menggunakan lututnya untuk menopang tubuhnya.
Clara masih tidak bergeming. Ia menatap terus keluar.
Edward memegang tangan Clara. "Please liat aku. Aku tulus minta maaf. Aku bersedia tanggungjawab."
Clara menatap Edward. "Gak usah. Buat pria hal seperti ini udah biasa. Aku yang salah karena aku gak hati-hati."
"Buat aku gak biasa. Aku belum pernah kayak gini sebelumnya. Aku emang playboy, tapi aku gak pernah ngerusak gadis manapun." ucapnya kesal.
"Gimana kamu mau bertanggungjawab?"
"Aku nikahin kamu pas kita pulang ke Indonesia" ucap Edward cepat.
"Nikah?" tanya Clara terkejut.
Edward menggenggam tangan Clara dengan erat.
"Kamu bakal nikahin aku kalo aku ada apa-apa kan?" tanya Clara tanpa melihatnya.
Edward menggeleng. "Kita menikah secepatnya. Tanpa alasan apapun. Ada apa-apa atau enggak aku tetep tanggungjawab. Aku janji, selama kita bersama, kamu gak akan pernah disakiti sama siapapun. Kamu gak akan pernah aku buat nangis." ucapnya serius. Edward tidak pernah merasa bersalah sebelumnya. Iapun tidak pernah meminta maaf pada siapapun. Tapi gadis yang ada didepannya ini berbeda. Ia berani berbuat sesuatu untuknya. Sejak melihatnya menangis malam itu, ia selalu berfikir untuk berada disampingnya apapun yang terjadi. Mereka memang baru beberapa hari bertemu, tapi ia merasa hatinya ditarik sejak pertemuan di pesawat siang itu.
Clara mulai berlinang airmata. Jantungnya berdebar dengan kencang. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Edward dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Tapi, kita gak saling cinta. Aku gak kenal kamu. Dan kamu gak kenal aku." isaknya.
Edward menggelengkan kepalanya. "Itu bisa terjadi karena kebiasaan. Aku ada perasaan sama kamu, Ara. Aku gak tau perasaan apa itu. Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Tapi aku yakin kita bisa ngelakuinnya. Ijinin aku buat nikah sama kamu."
Clara menunduk. "Kamu salah kalo minta ijin sama aku buat nikah. Kamu seharusnya minta ijin sama orangtua aku."
Edward tersenyum. "Aku gak berpengalaman buat ngelamar. Sebelum aku ketemu sama orangtua kamu, aku mau ngomong. Will you marry me?"
Clara mengerutkan keningnya. Airmatanya mulai turun perlahan. Ia terharu. Edward langsung memeluknya.
"Thank you, Ed. Aku belum pernah jatuh cinta juga sebelumnya." Ucap Clara disela tangisnya.
"Jangan nangis, Ara. Kita pasti bisa. Kita harus siap-siap sekarang. Dua jam lagi kita jalan-jalan naik cruiser yang mereka sediakan." Ucap Edward sambil berdiri.
Clara masuk kekamar mandi sedangkan Edward duduk disofa yang tadi digunakan Clara untuk duduk. Ia tersenyum sendiri. Menikah dengan gadis itu? Tidak pernah terlintas dikepalanya untuk menikah. Padahal beberapa hari lalu ia mengatakan pada sahabat-sahabatnya jika ia menolak pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Nur Aini Tarigan
masih belum nih
2020-07-12
0
Ratna Ningrum Ummi Rohmah
good Edward
2020-07-04
2
Idha Winarsih
sekali dayung dapat 2 pulau sekaligus ya ed 😂😂
2020-05-28
2