ONE, TWO, THREE. Tarikan pelatuk peluru panitia terdengar kencang. Itu menandakan permainan telah dimulai. Beberapa peserta wanita sudah mulai meminum minuman kerasnya. Edward kemudian menatap Clara yang mulai meminum gelas pertamanya. Ia sedikit khawatir. Gelas yang dipakainya bukan gelas ukuran biasa. Ia kemudian menatap beberapa perempuan yang tidak terbiasa minum. Menurutnya, Ara biasa minum. Bisa dilihat dari wajahnya yang terlihat biasa saja. Minuman pertama habis, ia lanjutkan ke gelas kedua. Sebelum minum, Clara menatap Edward sambil tersenyum. Kemudian ia meminumnya lagi.
Perut Ara bisa meledak, pikir Edward. Ia memegang bahu gadis itu agar minumannya bisa dilanjutkan padanya. Tapi gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia lanjutkan ke gelas ketiga. Banyak penonton yang mendukung mereka karena kecepatan Clara meminum alkohol. Mereka bisa mendukungnya tapi tidak tahu bagaimana perasaan Edward saat ini. Ia melihat beberapa perempuan sudah mengakhiri minumannya.
Ketika hampir gelas kelima, Clara menjulurkan tangannya pada Edward dan kemudian dilanjutkan olehnya. Tidak ada satupun wanita dalam permainan itu yang kuat minum 4 gelas lebih.
Ia melihat Clara mabuk. Tubuhnya tergeletak dilantai didepannya. Beberapa bahkan terlihat tidak sadarkan diri sama sepertinya. Clara diangkat oleh beberapa orang kesamping. Sama seperti perempuan lainnya. Edward berusaha untuk minum secepatnya. Ia khawatir pada gadis itu. Bagaimana jika ada seseorang yang bertindak tak senonoh padanya.
SIAL, baru 3 gelas ia sudah merasa mabuk, geram Edward. Ia terus menatap Clara. Ia terus fokus pada minumannya. Ia ingin menang. Ia ingin mendapatkan hadiah itu untuk menyenangkan gadis yang disukainya. Melihatnya menangis seperti tadi, ia membayangkan jika gadis itu memiliki beban yang berat. Belum selesai gelas ke 5, ia sudah benar-benar mabuk.
STOP, AND THE WINNER GOES TO...
Tangan Edward tiba-tiba diangkat tinggi-tinggi oleh panitia itu. Ia harus sadar untuk menyadari apa yang terjadi. Tapi kedua matanya kunang-kunang. Sebelum mengatakan sesuatu, Edward ambruk dilantai.
Edward dan Clara dibawa menuju hadiah utama mereka oleh beberapa panitia. Mereka tertawa dan senang karena mendapat hadiah itu. Edward merangkul bahu Clara yang terbuka karena gaunnya. Sedangkan Clara merangkul pinggang Edward. Panitia yang melihatnya hanya tersenyum. "They're cute couple." Ucapnya sambil tersenyum.
"Ya. They're best team and best couple." Jawab temannya.
Kamar itu layak dikatakan sempurna untuk pasangan suami istri karena selain harum, banyak accesories yang dipakai dalam menyempurnakan kamar itu. Bunga-bunga bertaburan diseluruh ruangan. Tersedia wine di sudut meja dan beberapa makanan.
Setelah ditinggal oleh panitia disana, Clara melepaskan rangkulannya pada Edward. "Aaah....banyak bunga. teriaknya sambil berbaring diranjang. Ia memainkan bunga-bunga itu. Edward melihatnya terpesona. Bahkan ketika keadaannya tidak sepenuhnya sadarpun ia terpesona. Senyuman gadis itu sangat indah.
"Ara, bangun. Kita pulang."ajak Edward. Clara menggelengkan kepalanya.
"Ayo!" tarik Edward. Karena terlalu kencang menarik Clara, tangannya terlepas dan ia terjatuh diranjang tepat diatas Clara. Mereka berdua bertatapan. Clara hanya tersenyum padanya. Tiba-tiba tangannya menarik kepala Edward hingga wajahnya hanya beberapa senti dari Clara.
"Pah.." bisik Clara dengan airmata dipelupuk matanya. "Ara kangen."
"Aku Edward." jawab Edward sambil menatap Clara.
Clara tersenyum. "Ya, kamu Edward. Kamu mirip papa." ucapnya.
Edward menatap Clara. Ia tersadar. Iapun bangun dan melangkah tapi langsung ditarik oleh gadis itu. Clara memeluk Edward dengan erat. "Tolong, tolong, malam ini temenin aku." bisik Clara sambil menutup mata.
Edward melepaskan tangan Clara dan menatapnya.
"Please" bisik Clara.
"With pleasure." jawab Edward sambil mengangkat tubuh Clara dan membawanya ke tempat tidur.
Dilain tempat.
"Kamu yakin?" tanya Sakti cemas pada Aditya. Pria itu terlihat pucat.
"Aku yakin aku lagi diincer orang. Aku mohon sama kami, kalo terjadi sesuatu sama aku. Aku minta kamu pertemukan Alena dengan Clara."
"Aku bisa nyewa polisi buat jagain kamu." ucap Sakti. Ia berjalan menuju mejanya dan mengambil voice recorder dengan cepat.
"Buat apa?"
"Buat barang bukti. Kalo ada apa-apa sama kamu, gimana? Aku gak doain kamu yang jelek, dit. Aku malah berharap kamu bisa kumpul lagi sama anak-anak kamu."
"Ya, aku nyesel karena terlantarkan Clara dan Alena. Mudah-mudahan aku masih bisa ketemu mereka. Hari ini aku belum telepon Clara. Mungkin dia masih bangun." ucap Aditya. Iapun mencoba menghubungi Clara, tapi ia terhubung kotak suara. "Mungkin dia udah tidur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ari Yani
happy baca bacanya
2021-04-06
0
Nur Aini Tarigan
Adriana nanti pacaran SM Edward
2020-07-12
0
Triiyyaazz Ajuach
tuch bener kan dugaan ax mmg jahat itu desy tp ax seneng smua harta udh di atas namakan alena dan clara
2020-05-10
2