Tania yang berdiri menghadap Denis dengan wajah yang ketakutan.
"Kenapa kau menculik gadis ini, aku sama sekalih tidak mengenalnya," ucap Denis.
"Kau tidak perlu membodohiku, dia yang menyelamatkanmu dari anak buahku." Ucap Renal tertawa licik.
"Ternyata orang-orang yang kemarin adalah orang suruhanmu."
"Kalau iya kenapa?" Ucap Renal sambil tertawa.
"Lepaskan gadis itu, dia tidak ada hubungannya denganku." ucap Denis mara sambil mengempal kedua telepakan tangannya.
"Kenapa kau begitu khawatir dengan gadis ini, apa kau mengenalnya." ucap Renal tertawa lepas.
"Cukup dengan kegilaan ini Renal, kenapa kau menyakiti seorang wanita yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan kita." Ucap Denis dengan raut wajah kesal bergerak maju.
"Jangan coba-coba kau mendekat, kalau tidak aku akan menembak isi kepala gadis ini."
Denis perlahan-lahan mundur, dia tidak bisa gegabah.
"Turunkan senjata kalian ke bawah, cepat." ucap Renal dengan suara yang keras.
"Baiklah kami akan membuang senjata kami," ucap Denis.
Tania mencoba memberontak dari ikatan Renal, tapi ikatannya terlalu kencang membuat tangan Tania sampai memerah.
Denis yang perlahan-lahan menunduk ke bawah untuk menaruh senjatanya, melihat ada kesempatan untuk menyerang Renal yang sedang tidak fokus.
Dia langsung menembak kaki kanan Renal membuat nya langsung terjatuh dan melepaskan Tania.
Door !!!
Denis berlari langsung mengendong Tania keluar dari rumah pondok, dengan kondisi Tania yang ketakutan.
"Kalian bakar pondok itu, jangan sisakan sedikitpun." Ucap Denis dengan nada suara yang tinggi.
Anak buah Denis langsung membakar hanguskan rumah pondok itu.
Denis menurunkan Tania di tanah, sambil membuka ikatan penutup mata dan penutup mulut Tania.
"Terima kasih kau sudah menolongku." Ucap Tania sambil menangis memeluk Denis.
Denis tersenyum tipis.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk memelukmu." Ucap Tania dengan raut wajah yang malu.
"Aku sudah bilang kau seharusnya tinggal lebih lama di rumahku." Ucap Denis dengan tatapan dingin
"Aku tidak mau merepotkanmu, aku tidak bisa tinggal di rumahmu."
"Sudahlah sebaiknya kita pulang sekarang, kita tidak tau siapa lagi yang akan datang menyerangku."
Denis menggendong Tania berjalan kembali ke Dermaga.
"Kau tidak perlu menggendongku Tuan, aku masih kuat untuk berjalan."
Pipi Tania memerah karena malu.
Dengan raut wajah datarnya berkata"Gadis bodoh apa kau tidak merasakan kalau kakimu sedang terluka."
"Sudah diamlah, kita akan segera sampai."
"Kenapa kau bisa hafal jalan di tengah hutan," ucap Tania dengan wajah yang heran.
"Sesuai dengan julukanmu gadis bodoh, otakmu pun dangkal. Sebelum masuk aku sudah memberikan tanda, agar anak buahku bisa mengikutiku,m tanpa ketahuan oleh musuh." Ucap Denis sambil tersenyum tipis.
"Waah ternyata kau orang yang hebat juga yah, tapi kau jangan memanggilku dengan sebutan gadis bodoh. Aku enggak bodoh-bodoh amat kok." Ucap Tania dengan nada suara yang kesal.
Para anak buah Denis mengikuti mereka dari belakang.
Denis dan Tania sudah sampai di Dermaga.
Mereka langsung naik ke dalam kapal yang Denis gunakan saat dia datang.
"Turunlah apa kau masih mau membuatku encok, dengan mengendongmu sampai ke kota A." Ucap Denis dengan raut wajah yang dingin.
"Iya, aku mau turun kok." Ucap Tania beranjak turun.
"Kok cuman kita dua yang naik ke kapal ini, bagaimana dengan para anak buahmu?"
"Mereka punya kapal sendiri." Ucap Denis dengan raut wajah yang datar.
"kau tidak takut kalau ada musuhmu akan mencoba menyerangmu di kapal."
"Kau tidak usah pikirkan itu mereka tidak akan membiarkanku diserang, mereka akan berada di sekeliling kapalku." Ucap Denis dengan santai.
"Sebenarnya perkerjaanmu apa, kenapa kau mempunyai banyak musuh?"
Tania yang kebingungan dengan profesi pekerjaan Denis yang sudah membuat hidupnya cukup repot, membuatnya bertemu dengan orang-orang asing yang datang ke Apartemennya membumgkam mulutnya saat keluar dari kamar Apartemennya sampai dibawah pulau terpencil.
"Kau tidak perlu tau,"ucap Denis, berjalan masuk ke dalam kapal dengan nada suara yang pelan.
Di tengah-tengah laut, di kapal persiar Tania keluar melihat pemandangan laut yang begitu indah dengan air laut yang biru kehijauan dan burung laut yang beterbangan di atas kapal.
"Waaah indahnya, pertama kalinya aku melihat laut sedekat ini." Ucap Tania dengan raut wajah gembira sambil menatap ke arah laut.
Wajah Tania terlihat sangat senang, dia sangat menyukai lautan.
"Tuan coba lah kemari, lautnya sangat indah."ucap Tania memanggil Denis ingin menunjukan betapa indahnya hamparan lautan yang begitu luas.
"Gadis bodoh, kamu lihat sepuasmu, kalau kita sudah sampai ke kota. Kau tidak akan bisa melihatnya lagi, puas-puaskanlah dirimu." Ucap Denis, duduk sambil mengusap belati kecil pemberian ibunya.
"Tuan kenapa banyak sekalih kapal yang mengelilingi kapal kita?"
Tania terheran-heran melihat kapal yang berdatangan, berjejeran berada di samping kapal mereka.
"Itu kapal anak buahku." Ucap Denis,dengan raut wajah datarnya
"Siapa sebenarnya pria ini?" ucap Tania dalam hatinya
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama Tania dan Denis sampai di Dermaga kota A.
"Tuan kita sudah sampai." Ucap pria yang membawa kapal.
Tania yang tidur di kursi karena perjalanan yang begitu lama, membuat Tania tertidur pulas.
"Gadis bodoh bangunlah, kita sudah sampai di kota." Ucap Denis sambil mengoyang-goyangkan bahu Tania.
"Auh... Sudah sampai yah." Ucap Tania dengan wajah masih mengantuk, Tania berjalan sempoyongan, melihat di sekelilingnya.
"Wah kok Dokter Arya ada di sini, halo Dokter Arya." Ucap Tania sambil melambaikan tangannya.
"Kaukan gadis yang kemarin, kenapa kau bisa bersama Kakakku?" Ucap Arya dengan raut wajah yang kaget.
"Ceritanya pajang, nanti aku ceritakan di mobil," ucap Denis sambil menarik tangan Arya masuk ke dalam mobil.
"Kakak kenapa lama sekalih, apakah musuhmu sulit untuk kau kalahkan," ucap Arya.
"Kakakku sudah kehilangan ke ganasannya," ucap Arya dengan nada mengejek.
"Sudah, diam kau." Ucap Denis sambil menjitak kepala adiknya.
"Sakit tau Kak," ucap Arya sambil memegang kepalanya.
"Dan kau gadis bodoh apa kau lakukan, mengapa kau cuman berdiri saja masuklah ke mobil." ucap Denis.
"Tidak usah Tuan sampai di sini saja, saya tidak akan balik kota B, aku akan pergi ke rumah pamanku."
"Aku bisa mengatarmu gadis manis," ucap Arya.
"Tidak perlu repot-repot Dokter Arya, rumah pamanku sudah lumayan dekat dari sini, aku bisa naik bus, dan untuk Tuan Denis terima kasih. Karena Tuan sudah menolong saya," ucap Tania sambil menundukkan kepalanya.
"Sudahlah, kita sudah impas kau pernah menyelamatkanku, aku cuman membalasnya." Ucap Denis dengan wajah dinginnya.
"Apa kau benar tidak mau kuantar gadis manis," ucap Arya mengoda.
"Terima kasih banyak atas tawarannya," ucap Tania berjalan meninggalkan Denis dan Arya.
"Sampai ketemu lagi gadis manis," Teriak Arya.
"Kenapa kau begitu genit, cepat jalankan mobilnya." Ucap Denis, sambil memukul kepala Arya dengan wajah kesal.
"Kakak kenapa kau selalu memukulku?" ucap Arya dengan wajahnya kesal.
"Diam lah, lihat kedepan." Ucap Denis sambil memukul kepala Arya.
"Kakak cemburu?" ucap Arya tertawa lepas.
"Aku bilang diam." Ucap Denis sambil memukul kepala Arya menggunakan galeng soda, yang ada di tong sampah kecil yang berada dekat di bawah kaki Denis.
"Sepertinya kepalaku akan geger otak, kalau Kakak memukulku lagi." Ucap Arya, dengan raut wajah yang pura-pura sedih.
Bersambung
Jangan lupa like dan komentar 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
ayulia lestary
lanjut
2022-10-14
0
Nasriana Ahmad
gimana ceritanya Tania bisa diculik geng mavia ular hijau???
2021-11-11
0
Tini Hartini
walau misah tidak satu arah,Tania dapat kawalan....
2021-08-24
0