Ternyata yang datang adalah anak buah Denis.
"Maaf kami datang terlambat, apa Bos baik-baik saja?" ucap para anak buahnya.
"Saya tidak apa-apa, tangkap mereka dan bawa ke tempat kita. Jangan biarkan mereka kabur dari sini."
Puluhan anak buahnya menangkap orang-orang yang melukai dirinya.
"Tuan luka anda sepertinya sangat parah, punggung anda masih ada peluruh yang belum dikeluarkan dan lengan Tuan, sebaiknya kita langsung pergi ke rumah sakit." Ucap anak buahnya, sambil membantu Denis berdiri.
"Apa kamu bodoh, berapa lama kamu bekerja dengan ku, aku tidak bisa ke rumah sakit, masih banyak musuh yang mengintai. Mereka akan semakin gampang melukaiku jika aku dirawat di rumah sakit, bawa aku pulang ke rumah." Ucap Denis dengan nada dingin dan tatapan mata yang kejam.
"Maaf Tuan." Ucap anak buahnya, dengan badan yang gemetaran.
"Bawa gadis itu bersamaku!"
"Siapa gadis itu Tuan?" ucap anak buahnya.
"Tidak usah banyak tanya, apa kamu masih mempertanyakan keputusanku." Ucap Denis, dengan wajah dinginnya.
"Baik Tuan." Ucap anak buahnya, sambil menundukkan kepalanya.
Tania dibawa pergi ke rumah Denis.
Di ruangan terpisah, Tania dirawat bagaikan seorang nyonya.
Ruangan Tania.
"Bagaimana keadaan gadis itu?" ucap Denis bertanya ke Arya, Dokter pribadinya.
"Gadis yang pemberani, luka di lengannya sudah cukup membaik, aku sudah memberikan salep biar luka di tangannya tidak membekas. Dia cuman butuh istirahat." Ucap Arya, sambil tersenyum tipis.
"Bagus, kalau dia sudah sadar langsung beritahu aku." Ucapnya dengan tatapan mata yang tajam.
"Kakak mendingan aku obatin dulu luka-lukamu, lukamu sangat dalam kalau tidak diobati segera. Bisa-bisa dia infeksi." Ucap Arya khwatir dengan kondisi kakaknya itu.
"Nanti aku obati sendiri!" Ucap Denis dengan tatapan sinis.
"Cuman gara-gara seorang gadis kamu suruh aku datang 5 menit doang, aku kira kamu sudah mau sekratulmaut. Ternyata cuman mau obatin gadis ini," ucapnha tertawa, sambil geleng-geleng kepala.
"Tugasmu sudah selesai, sekarang kamu pulang."Ucap Denis, dengan nada suara pelan dan wajah dinginnya.
"Gila... Cuman gitu aja, aku juga enggak dikasih minum." Ucap Arya menangis berteriak kakak jahat, sambil berlari keluar dari ruangan Tania.
"Dasar anak cengeng." Ucap Denis geleng-geleng kepala sambil memegang tangannya yang terluka.
"Moris cepat ke sini," ucap Denis memanggil pembantu pribadinya.
"Iya Tuan, ada apa?"
"Ambilkan kotak P3K, dan bawakan saya es batu. Saya tunggu di ruangan kerjaku," ucapnya dengan tatapan dingin sambil berjalan keluar dari ruangan Tania.
Para pembantu di rumah Denis heran, kenapa tuan Denis bisa membawa pulang seorang gadis. Padahal Denis tidak pernah mengizinkan wanita masuk ke rumahnya.
"Kalian tau gadis itu siapa?" ucap salah satu pembantu, kepada para pembantu lainnya yang ada di ruangan Tania.
"Jangan menggosip, nanti Tuan Denis mendengarnya, tamat riwayat kalian kalau dia mendengar kalian menggosipkannya." Ucap Moris, berjalan meninggalkan ruangan Tania.
Dia pergi mengambilkan kotak PK3 untuk Tuan Denis.
"Satu hal lagi jangan tinggalkan gadis ini sendirian. Kita tidak tau dia siapa dan apa tujuannya, bisa jadi dia mata-mata musuh." Ucap Moris, dengan suara pelan dengan tatapan tajam.
Ruangan kerja Denis.
"Kenapa gadis ini membahayakan dirinya untuk orang dia tidak kenal sama sekali?"
Denis tampak berpikir keras sambil berbaring di sofa.
Tok... Tok... Tok
"Aku membawakan kotak P3K Tuan." Ucap Moris sambil berjalan masuk ke dalam ruangan Denis.
"Taruh di atas meja kerjaku." Ucap Denis sambil berdiri dari sofa.
Moris berjalan masuk meletakkan kotak P3K.
"Bagaimana dengan gadis itu, apa dia sudah sadar?"
"Belum Tuan, mungkin besok pagi dia akan sadar."
"Kamu awasi terus gadis itu, kalau dia sudah sadar beritahu padaku." Ucapnya dengan tatapan dingin.
Moris meninggalkan ruangan Denis, kembali ke ruangan Tania.
Denis sedang mengobati lukanya sendiri di ruangannya, tanpa bantuan siapapun karena dia tidak suka tubuhnya dipegang oleh orang lain. Selain Dokter pribadinya tidak ada yang pernah menyentuh tubuhnya.
Keesokan harinya.
Di ruangan Tania. Para pembantu menunggu dia semalaman untuk memastikan apa dia akan sadar atau tidak.
Tania terbangun.
"Aduh kenapa kepalaku sakit sekali, ini apartemenku kok berubah jadi mewah kaya istana? dan mereka siapa kenapa banyak sekali orang di kamarku," ucapnya heran melihat pembantu Denis yang berdiri mengelilingi tempat tidurnya.
"Nyonya sudah bangun?" ucap Moris.
"Sejak kapan aku jadi nyonya, sepertinya aku sedang bermimpi, aku harus bangun." Ucap Tania sambil mencubit cubit tangannya.
"Anda sedang tidak bermimpi. Nyonya sedang ada di rumah Tuan Denis."
"Siapa Tuan Denis?" ucapnyw dengan raut wajah kebingungan.
Tiba-tiba Denis datang.
"Gadis bodoh kau sudah lupa denganku." Ucap Denis, sambil berjalan masuk keruangan Tania.
"Kamu pria yang kemarin malam yang dikeroyok, kok bisa di sini?" ucap Tania, dengan raut wajah terkejut duduk di atas kasur.
"Emangnya kenapa kalau aku di sini, ini kan rumahku." Ucap Denis dengan nada suara yang pelan.
"Woow jadi kamu Tuan Denis." Ucap Tania melongo.
"Moris, telepon Dokter Arya suruh dia datang sekarang aku tunggu dia 5 menit kalau dia terlambat 1 detik saja. Aku akan mengirimnya ke Afrika latihan militer selama 5 tahun." Ucap Denis, dengan tatapan mata yang serius.
"Baik Tuan." Ucap Moris, berjalan keluar dari kamar Tania.
Bersambung
Jangan lupa like dan komentar 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Tatiastarie
ish... Denies kejam amat sma adiknya... dr. Arya
2022-11-10
0
Elisafitri
wow keren
2021-12-16
0
Elisafitri
wow keren
2021-12-16
0