Alhamdulillah...hari ini author bisa up lagi...
Terima kasih untuk yang sudah menunggu kelanjutan ceritanya....🙏
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Setibanya di mall, seperti biasa, Bagas menurunkan Aaron dan Kyara di depan lobi mall, dan dia berlalu menuju tempat parkir.
Aaron dan Kyara memasuki mall, "Ada yang mau kamu beli Kya...?" tanya Aaron.
"Mmm.... sebenarnya...aku hanya ingin membeli jam tangan. Kebetulan jam tanganku sudah rusak." jawab Kyara.
"Oke...ayo aku antar...!" jawab Aaron.
Mereka berdua pun pergi ke sebuah toko jam tangan yang ada di mall itu.
"Selamat siang...! Ada yang bisa saya bantu..?" sapa seorang pelayan toko.
"Iya mbak, saya ingin membeli jam tangan. Boleh saya lihat-lihat dulu...?" pinta Kyara.
"Oh silakan mbak...!" jawab pelayan itu.
"Drrt...drrt..." ponsel Aaron berbunyi. "Bagas..." gumam Aaron. "Kya, sebentar ya.... aku angkat telepon dulu..!" pamit Aaron. Kyara mengangguk.
"Hallo Gas...!" (Aaron)
"Lo dimana..?" (Bagas)
"Oh...di Star Watch, toko jam tangan lantai dua." (Aaron)
"Oke.." (Bagas)
Aaron kemudian menuju pintu masuk keluar toko. Menunggu Bagas di luar toko, supaya Bagas lebih mudah menemukan keberadaannya.
Tak lama, Bagas pun muncul, mereka berdua masuk kembali ke tempat Kyara yang sedang melihat-lihat jam tangan di etalase.
Aaron berjalan mengitari etalase yang memajang berbagai merk jam tangan pria, sedangkan Bagas hanya duduk di kursi pengunjung sambil memainkan ponselnya.
"Yang ini bagus mbak, bentuknya mungil, sangat cocok di tangan mbak." ujar pelayan itu.
"Tapi harganya nggak cocok sama dompet saya mbak..." gurau Kyara. Mereka berdua pun tertawa kecil sehingga membuat pria tampan yang sedang asyik memainkan ponselnya melirik mereka.
"Ah... tapi kan mbak bisa minta ke pacar mbak itu. Saya yakin, mas Aaron pasti langsung bayarin..!" kata pelayan itu lagi.
"Hey.... mbak kenal sama Aaron...?" tanya Kyara kaget sekaligus heran.
"Ah mbak, siapa yang nggak kenal sama Aaron Damian, satu-satunya putra pengacara terkenal dan terhebat di kota B ini." lanjut pelayan itu.
"Benarkah...?" tanya Kyara. "Jadi Aaron anak seorang pengacara...?"
"Loh... mbak gimana sih, masa pacarnya kok nggak tahu..." kata pelayan itu heran.
Kyara menggelengkan kepalanya, "Saya memang nggak tahu mbak, dan saya bukan pacarnya..." jawab Kyara.
"Ah... mbak jangan merendah seperti itu, saya janji kok, saya nggak akan mempublikasikan kunjungan mbak sama mas Aaron di medsos..." lanjut pelayan itu lagi.
"Ha...ha..ha..." Kyara semakin tertawa renyah, membuat Bagas kembali menoleh ke arah mereka.
Dengan berpura-pura melihat jam tangan perempuan di etalase, Bagas mendekati kedua gadis itu.
"Selamat siang mas, ada yang bisa saya bantu..?" tanya pelayan satunya lagi kepada Bagas.
"Boleh saya melihat-lihat dulu...?" tanya Bagas.
"Oh, silakan...! Mas pasti mau beliin jam tangan buat pacarnya ya..? Boleh saya bantu cari yang cocok..?" pelayan itu menawarkan bantuan kepada Bagas.
"Boleh." jawab Bagas singkat.
Sementara itu di sebelah kanan Bagas, pelayan dan Kyara masih terlihat asyik dengan obrolannya.
"Ish mbak ini, kok malah ketawa sih, gimana..? Aku tawarin ke mas Aaron ya..? Harga segini mah, kecil banget buat anak konglomerat kayak dia..." lanjut pelayan yang sedang melayani Kyara.
Bagas mulai memperhatikan percakapan mereka dan melirik sebuah jam tangan yang dipegang oleh pelayan itu.
"Eh jangan mbak... bukannya nggak suka, tapi itu jam tangan bukan rezekinya saya mbak. Pertama, saya bukan pacarnya Aaron dan saya nggak berhak meminta apapun. Kalaupun saya pacarnya Aaron, tetap saja saya tidak berhak meminta sesuatu. Hak perempuan itu ada dua mbak...satu hak anak perempuan terhadap ayahnya, satunya lagi hak seorang istri terhadap suaminya. Yang kedua, mau harganya mahal ataupun murah, fungsi jam itu tetap sama, sebagai penunjuk waktu. Saya hanya butuh jam yang harganya pas dengan uang yang ada di dompet saya. Sekarang... kalau mbak nggak keberatan, bisa tolong carikan sebuah jam tangan kecil yang harganya nggak lebih dari 200 ribu..?" kata Kyara tanpa malu-malu.
"Ah mbak ini, sudah cantik... bijaksana lagi...! Beruntung banget cowok yang bakalan jadi suami mbak..." puji pelayan itu.
Sedang pria yang berdiri tak jauh dari mereka, menatap Kyara dari belakang. Hmm...pantas saja jika Aaron jatuh cinta padanya....batin Bagas. "Mbak, boleh saya lihat jam tangan yang sedang dipegang mbak itu..?" tanya Bagas seraya menunjuk jam tangan yang sedang dipegang oleh pelayan yang melayani Kyara.
"Oh iya mas, sebentar...!" pelayan itu menghampiri temannya. "Wina, jam tangannya jadi dibeli mbaknya..?" tanya pelayan yang melayani Bagas.
"Eh... nggak jadi." jawab pelayan yang bernama Wina.
"Oh... boleh aku pinjam, sepertinya ada seorang konsumen yang berminat...?" lanjutnya.
Pelayan yang bernama Wina menatap Kyara, merasa tak enak.
"Nggak apa-apa mbak, kasih saja....! Saya nggak berminat kok..." jawab Kyara yang mengerti arti tatapan pelayan itu.
Akhirnya pelayan yang bernama Wina itu menyerahkan jam tangan tersebut.
Pelayan yang melayani Bagas kembali menghampiri Bagas, kemudian menyerahkan jam tangan itu. "Silakan mas...!"
Bagas menerimanya. Bentuk jam tangan itu memang mungil dan unik, terlihat cocok di pergelangan tangan Kyara. Entah kenapa Bagas pun merasa jatuh cinta pada jam tangan itu. Dia melihat harganya, 3,7 juta.... Wow... harga yang cukup fantastis bagi Bagas yang hanya seorang pemilik bengkel biasa. Tapi...tak apalah, tabungan gue masih ada sisa kok jika jam tangan ini gue beli...batin Bagas. "Saya ambil mbak, tolong dibungkus ya...!" Bagas mengembalikan jam tangan itu beserta kartu kreditnya. Akhirnya jam tangan itu menjadi milik Bagas, meskipun Bagas tidak tahu untuk siapa sebenarnya dia membeli jam tangan itu.
Sedang Kyara, dia sudah mendapatkan apa yang dia cari tanpa mempedulikan siapa orang yang berminat dengan jam tangan yang dikaguminya tadi. Kyara sadar, dia tidak akan mampu memiliki jam tangan itu, karena harga jam itu sama dengan satu bulan gajinya.
Setelah selesai melakukan pembayaran di kassa, Kyara menghampiri Aaron yang masih asyik memperhatikan jam tangan di etalase. "Sudah ketemu Ar...?" tanya Kyara.
"Eh Kya, bikin kaget aja...! Nggak..., aku cuma lihat-lihat saja." jawab Aaron. "Sudah ketemu jamnya..?" Aaron balik bertanya.
"Sudah." jawab Kyara.
"Ayo, ke kasir...!" ajak Aaron
"Ngapain...?" tanya Kyara.
"Ya... bayarin jam kamu...!" jawab Aaron.
Kyara tersenyum, "Sudah Ar..." jawabnya.
"Loh...kok kamu yang bayar sih...!" jawab Aaron kecewa.
"Ah Ar...aku yang beli, ya aku juga yang harus bayar.." jawab Kyara.
"Tapi Kya...,"
"Sudahlah...., ayo ke food court...! Aku lapar.." rengek Kyara.
"Tapi aku yang traktir ya...!" tegas Aaron.
"Dengan senang hati.. " jawab Kyara tersenyum manis.
Aaron merasa senang, "Good girl..." ucapnya sambil mengacak-acak rambut Kyara.
"Ah Aaron.... kusut nih rambutnya...." rengek Kyara manja sambil membenahi rambutnya yang acak-acakan.
Aaron tertawa kecil, "Nggak apa-apa, tetap cantik ko..!"
"Huh.." Kyara mencibirkan mulutnya.
Aaron semakin gemas melihatnya, ah Kya... sikapmu ini semakin membuatku selalu ingin melindungimu... batin Aaron.
Akhirnya mereka berdua menghampiri Bagas yang sudah menunggunya di luar, dan bersama-sama pergi ke food court untuk makan siang.
Bersambung...
Terima kasih untuk para readers yang sudah berkenan membaca karya ini. Meskipun terlalu banyak kekurangannya, namun author harap readers semua bisa menikmati ceritanya...
Jangan lupa kritik, saran, like, vote n komennya author tunggu ya...🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Sarah
bener sekali apa yang kamu katakan kia
2022-08-12
0
Chachan
mau dong, jamnya
2022-08-01
0
Muamar Fadil Faturrahman
ajay nya mana,?
2022-02-09
2