Assalamualaikum readers ku...
Alhamdulillah masih bisa update di sela tugas negara..
Terima kasih yg sudah memberikan tanda jempolnya ya....semoga masih suka dengan ceritanya...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Bagaimana Mahmud...? Sudah siap untuk pulang..?" tanya Aaron sambil mengusap pucuk kepala Kyara.
Kyara mengernyitkan dahinya, "Mahmud..?" tanyanya.
"Iya... Mahmud...! mamah muda...." gurau Aaron.
"Ha...ha...ha..." Kyara tertawa lepas. Semenjak putusnya hubungan Kyara dengan Ajay, baru kali ini Kyara bisa tertawa lepas lagi. "Kelakuanmu itu ya Ar... nggak pernah berubah....!" lanjut Kyara.
Aaron hanya tersenyum, dia merasa senang melihat Kyara tertawa lagi. "Kamu tahu Kya...? Aku senang lihat kamu bisa tertawa lepas lagi seperti ini." kata Aaron.
Kyara tersenyum mendengarnya, "Itu karena kelakuanmu yang selalu norak...!!" kata Kyara.
"Tetap tersenyum seperti ini Kya, kamu jadi semakin cantik." puji Aaron.
"Hmmm...gombal...!" sahut Kyara sambil mengerucutkan bibirnya. "Ayo...! Katanya mau pulang...??" ajak Kyara.
"Eh... sebentar, kita tunggu temanku dulu, soalnya kalau aku sendirian yang nganterin kamu ke kost-an, aku takut Kya...." kata Aaron.
"Kamu takut sama ibu kost ku...?" tanya Kyara. "Tenang... Bu Rena orang baik kok..."lanjutnya.
"Bukan Kya... aku takut timbul fitnah..." jawab Aaron.
Kyara terdiam, perkataan Aaron sangat menampar hatinya. Kyara semakin dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan. Ya...! Dia merasa bersalah pada Bu Rena, yang jelas-jelas melarang anak kost-nya memasukkan tamu pria di malam hari, dan Kyara sudah melanggarnya. Dia menyesal karena telah begitu percaya akan ucapan Ajay, sehingga benih itu akhirnya tumbuh di rahim Kyara.
"Tok...tok..tok..." tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar.
"Masuk...!" perintah Aaron.
Pria tampan nan dingin itu muncul di depan pintu. "Lo siap ?" tanyanya singkat.
"Sudahlah...!! Kita kan nungguin lo dari tadi..." jawab Aaron.
Sekilas Kyara melihat pria itu, tapi kemudian dia kembali fokus kepada Aaron yang mulai menggenggam tangannya dan memapahnya.
"Yakin... nggak mau pakai kursi roda Kya...? tanya Aaron.
Kyara menonyor bahu Aaron, "Hey...aku bukan lansia ya...!" jawab Kyara sambil tertawa kecil.
"Oke...oke Mahmud..." jawab Aaron sambil tertawa..
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di parkiran. Aaron membuka pintu belakang, mempersilakan Kyara masuk. "Kamu nggak apa-apa kan sendirian di belakang..?" tanya Aaron
Kyara tersenyum, "Nggak apa-apa Ar..." jawab Kyara.
Aaron tidak mau duduk di belakang, karena dia menghormati Kyara. Dia tidak ingin Kyara merasa tak nyaman karena keberadaannya di sisinya. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju alamat kost Kyara yang tadi ditunjukannya pada Aaron.
Mobil melewati taman itu, taman di mana Aaron pernah melihat Kyara mengalami tabrak lari. Sepanjang taman itu pedagang makanan berjejer. Kyara melihat salah satu pedagang itu. Tertulis Rujak Buah di bannernya. Kyara menelan ludahnya, rasanya ia ingin turun dan membelinya. Namun Kyara segan untuk memberhentikan mobil, mengingat yang menyetir bukanlah Aaron, tetapi orang asing yang berwajah dingin dan datar tanpa ekspresi. Dan hal itu membuat Kyara segan untuk berinteraksi dengannya.
Bagas yang melihat tingkah Kyara dari kaca spion dalam mobil tiba-tiba berkata, "Kenapa?"
Kyara diam, karena dia memang tidak tahu untuk siapa pertanyaan itu dilontarkan Bagas.
Aaron menoleh ke arah Bagas, "Kenapa apanya Gas..?" tanya Aaron balik.
Bagas menunjuk ke arah Kyara dengan ujung matanya.."Tuh.."
Aaron menoleh ke belakang, dia mendapati Kyara yang terus memandang ke arah jendela mobil. "Kamu kenapa Kya..?" tanya Aaron.
"Eh... nggak...itu...itu ..", jawab Kyara tergagap.
Aaron melihat ke luar jendela dan mendapati jejeran para pedagang. Seketika diapun mulai menyadari kalau mungkin saja Kyara menginginkan sesuatu. "Kamu mau beli sesuatu Kya..? tanya Aaron lagi.
"Aku...aku mau rujuk buah itu Ar..." kata Kyara malu-malu sambil menunjuk ke belakang, karena pedagang rujak buah itu sudah terlewat.
Aaron tersenyum, "Siap Mahmud...!! Gas...putar balik...!!" perintah Aaron kepada Bagas.
Bagas menggerutu dalam hati, tapi dia tidak berani membantah perintah sahabatnya itu. Dia sangat menghormati sahabatnya, terlebih lagi selama ini Aaron sudah banyak membantu Bagas dalam usahanya. Ya...! Bagas memiliki bengkel kecil-kecilan atas bantuan modal dari Aaron. Meskipun saat ini dia sudah mengembalikan pinjaman modal tersebut, tapi bagi Bagas, Aaron tetaplah penyelamatnya. karena bantuan Aaron, Bagas bisa berkuliah tanpa menyusahkan kakak perempuan satu-satunya yang sudah menikah. Kedua orang tua Bagas telah lama meninggal dunia. Semenjak kakaknya menikah, Bagas tinggal sendirian di rumah peninggalan orang tuanya yang letaknya berhadapan dengan rumah besarnya Ajay.
Mobil pun tiba di depan pedagang rujak buah tersebut. Kyara hendak membuka pintu, tapi Aaron melarangnya.
"Biar aku saja yang membelikannya Kya ?" kata Aaron.
Kyara mengangguk, "Yang pedas ya Ar...! Trus, kedondongnya yang banyak ya" pintanya.
Aaron mengernyitkan dahinya, pertanda dia merasa heran akan ucapan Kyara. "Hey....! Kamu kan nggak suka pedas...?"
Kyara tersenyum lagi, "Lagi pengen aja.." jawabnya
"Hmmm dasar bumil..." kata Aaron sambil membuka pintu dan segera menuju pedagang rujak buah tersebut.
Sepuluh menit kemudian, Aaron sudah menenteng dua plastik kecil yang berisi empat bungkus rujak buah.
"Banyak amat Ar. ., kamu pengen juga..?" tanya Kyara.
Aaron meringis, mana berani dia makan rujak buah yang isinya hampir 80 persen buah kedondong, pedas pula lagi..."Nggak!!" tolaknya tersenyum masam.
"Terus kenapa banyak banget...?" tanya Kyara lagi.
"Sengaja... bumil kan butuh banyak makan...!" jawab Aaron santai
"Hmm... nggak sebanyak ini juga kali Ar...!"sahut Kyara sambil menyambar plastik tersebut, membukanya. Dan mulai menikmati potongan-potongan buah tersebut.
Aaron menggelengkan kepala melihat kelakuan Kyara. "Ada lagi yang mau kamu beli ?" tanya Aaron.
Kyara menggelengkan kepalanya, dan pada akhirnya mereka pun melanjutkan perjalanannya. Sepanjang perjalanan Kyara tak henti-hentinya memakan rujak buah tersebut dengan penuh kenikmatan.
Aaron memperhatikan cara Kyara memakan rujak buah tersebut hanya bergidik, membayangkan rasa pedas dan masamnya buah kedondong. Sedangkan Bagas.... hmm... dia mah tak pernah berekspresi dengan apa yang terjadi di hadapannya.
Bersambung...
Terima kasih sudah mampir di novel ini
Semoga suka..
Jika berkenan, mohon dukungannya ya
Saran dan kritik sangat author harapkan, untuk bisa berkarya lebih baik lagi 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Sarah
ngidam nih
2022-07-30
0
Resti Oktaviani
syeger tuh thor
2022-07-25
1
Sani
syeger banget tuh
2022-07-11
2