Assalamu'alaikum readers...
Terima kasih masih setia menunggu ceritanya yaaa
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Lu yakin Ra, mau kerja hari ini?" tanya Sisil keesokan harinya ketika berpapasan dengan Kyara di luar kamarnya.
Kyara tersenyum, "Iya Sil, uang tidak akan turun begitu saja dari langit. Aku harus tetap kerja untuk memenuhi kebutuhan aku di sini. Lagi pula, niatku kesini, ‘kan buat kerja juga di samping …" Kyara menggantungkan kalimatnya. Dadanya terasa sesak mengingat nama Ajay.
Sisil yang menyadari ujung kalimat yang akan diucapkan Kyara, langsung menepuk bahu Kyara. "Sudahlah Ra, lupakanlah!" ucap Sisil yang memang sudah mengetahui alasan Kyara mengurung diri.
Kyara tersenyum samar, lalu mengangguk. "Ayo berangkat!" ajaknya, dan mereka pun berjalan beriringan untuk naik angkot.
Tiba di tempat kerja, Kyara dan Sisil berpisah. Kyara langsung masuk ke ruang loker karyawan dan segera mengganti pakaiannya dengan pakaian karyawan bagian produksi. Sedangkan Sisil, dia langsung menuju lantai atas masuk ke ruang staf. Ya, Sisil adalah salah satu karyawan di bagian staf administrasi.
Kyara mulai fokus untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Bekerja, membuat Kyara sedikit melupakan kejadian pahit yang menimpanya beberapa hari yang lalu. Kyara menarik napasnya, kemudian mengembuskannya dengan sangat kasar. Ayo semangat Kya, mulai sekarang kamu harus melupakan Ajay, batinnya.
Waktu terus berlalu, Kyara masih asyik menghitung box-box yang berhasil ia packing hari ini. Tiba-tiba, bel shif pertama berbunyi, pertanda waktu pulang tiba. Kyara menarik tangannya ke atas, menggeliatkan tubuhnya hanya untuk meregangkan otot-ototnya setelah hampir sepuluh jam dia duduk menghadapi meja produksi.
Kyara segera beranjak dari tempat duduk, rasanya dia sudah tak sabar ingin segera sampai ke rumah untuk beristirahat. Dia segera pergi ke ruang loker untuk mengganti pakaiannya.
Hari ini, Kyara pulang sendiri. Karena jam kepulangannya berbeda dengan jam kepulangan Sisil. Terkecuali jika Kyara lembur, maka mereka akan pulang bersama.
Sebelum pulang ke tempat kost-nya, Kyara pergi ke taman kota. Dia memilih duduk di kursi yang berada di sudut taman. Entah kenapa, hari ini rasanya ia benar-benar merindukan keberadaan ibunya. Seandainya dia bisa menceritakan semua permasalahannya kepada ibunya, Kyara tidak akan sesedih ini.
"Tapi tidak! Ibu hanya akan merasa sakit hati dengan perbuatan aku," gumam Kyara..
"Drrrtt ... Drttt …!
Ponsel Kyara berbunyi. "Ibu," gumamnya lirih. Ah memanglah benar, jika ikatan batin seorang anak dan ibu itu sangatlah kuat.
"Assalamu’alaikum, Ibu!" Kyara mengangkat telponnya.
"Wa’alaikumsalam. Apa kabar, Nak?" jawab ibunya di sebrang sana.
"Aneng baik, Ibu juga apa kabar? Ibu sehat, ‘kan? Bagaimana dengan penyakit Ibu? Masih sering kambuh?" tanya Kyara agak cemas memikirkan penyakit ibunya. Ya, ibu Kyara memiliki riwayat penyakit sesak napas, terkadang sering kambuh jika cuaca mulai dingin.
"Ibu baik-baik saja, Nak. Alhamdulillah, sudah beberapa bulan penyakit Ibu tidak pernah kambuh lagi. Semua itu karena kamu yang sudah membiayai pengobatan Ibu. Terima kasih, Nak," kata ibu.
"Ah Ibu, ini sudah kewajiban Aneng untuk terus memberikan yang terbaik untuk orang tua. Oh iya, ayah apa kabar, Bu? Beliau sehat?” tanya Kyara.
"Alhamdulillah ayah sehat Neng, dan kondisi jantungnya sudah semakin membaik."
"Alhamdulillah, syukurlah. Ibu ada apa nelepon Aneng, apa ada sesuatu yang Ibu butuhkan?" tanya Kyara.
"Tidak, Neng. Akhir-akhir ini Ibu hanya merasa khawatir saja terhadap kamu. Rasanya, Ibu sangat merindukan kamu, Nak. Tapi, syukurlah kalau kamu baik-baik saja," ujar ibu Ratna.
Sejenak Kyara terdiam. Ya Allah, maafkan hamba yang telah menjadi anak durhaka, batin Kyara.
"Aneng baik kok, Ibu enggak usah khawatir. Oh iya Bu, ini Aneng lagi di jalan, baru pulang kerja, nanti Aneng sambung lagi ya, Bu." Kyara mencoba memutuskan sambungan teleponnya, takut dia tidak bisa menahan kesedihannya di hadapan ibunya, meski hanya lewat telepon.
"Iya, Nak. Kamu hati-hati, jaga diri baik-baik ya Nak. Ibu tutup ya teleponnya. Assalamu’alaikum!"
"Wa’alaikumsalam." Kyara menggigit bibir bawahnya, merasakan sesak setelah mendengar nasihat ibunya. Maafkan Aneng, bu. Aneng sudah gagal menjaga diri Aneng sendiri, batinnya. Tanpa terasa air mata kembali jatuh di pipinya.
Kyara segera menghapus air matanya. Bangkit dan mencari angkot. Tak lama angkot pun lewat, Kyara menghentikannya dan segera menaiki angkot untuk pulang.
Tiba di kamar kost-nya, Kyara merebahkan diri di atas kasur. Keletihannya membuat matanya mengantuk berat. Sampai akhirnya, dia pun terpejam. Berharap mimpi indah akan membawanya untuk melupakan kepedihan.
Bersambung.....
Terima kasih masih setia dengan cerita ini...
Ditunggu like-nya ya....🙏🙏
Jangan lupa kritik dan sarannya author tunggu
Supaya author bisa lebih baik lagi dalam berkarya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Pipin
yang sabar ya kyara
2025-01-11
0
Viani
sampai sini dulu ya thor
2022-07-11
3
Adam
mampir lagi
2022-07-03
5