Siang itu tidak disangka-sangka papih dan mamih telepon, mereka sudah berada di Medan tepatnya di rumah kakaknya Mamih. Dirumah Morin.
Aku merasa takut kalau papih mengetahui kebohonganku kepada tulangku Morin. Aku mengatakan bahwa kedatanganku ke Medan untuk mendirikan perusahaan baru bersama teman-temanku.
" Perusahaan mana yang mau kau dirikan ? "
Kalimat itu menyatakan bahwa papih dan mamih sudah mengetahui segala akal bulusku. Aku yakin tulangku Morin sudah menceritakan semuanya.
Tapi tulangku tidak mengatakan apa pun di hadapanku. Aku malu sekali. Nantulangku Uli malah tersenyum melihat kelakuanku.
Lain pula mamih, wajahnya menyiratkan kekecewaannya padaku, Ia sangat marah karena aku berkali-kali mencari alasan agar tidak dijodohkan dengan paribanku Silvi.
Hatiku sangat senang ketika mamih bertanya kepada Silvi tentang pertunangan kami, Ia menyerahkan keputusannya kepada tulang dan nantulangku. Argh.....aku menatapnya dengan sedikit heran atas jawabannya, tapi wajah itu menunduk, ntahlah apa dia senang atau malah sedih.
👀👀👀
Hari ini Michell, Nita, dan Roi menginap di rumah Morin.
Suasana di Rumah yang luas itu terlihat ramai, Indah dan Rey mendominasi omongan dengan Nita dan Michell yang duduk di ruang keluarga
Silvia ada di sudut ruangan, tepatnya di dekat meja makan, di sana ada sepasang kursi yang tidak begitu besar. Silvia sedang asyik dengan laptopnya.
" Kau sedang apa ?" Roi melihat ke layar datar di depan Silvia.
" Sedang mengetik."
Roi terlihat malas, ia mendudukkan pantatnya di kursi tepat di sebelah Silvi.
" Ahh...aku sedang bosan. Apa kita bisa bicara sebentar ?" tatapan Roi beralih ke wajah cantik di sampingnya.
" Rencana tunangan itu lagi." tatapan Silvi masih fokus di layar pipih di depannya.
" Hmmm. Ya. Kita perlu membuat kesepakatan."
Jari Silvi berhenti menekan keyboard laptopnya, ia menatap Roi.
" Kesepakatan apa?" katanya kemudian.
Roi masih menatap wajah cantik itu, jarak mereka begitu dekat, Roi menelan salivanya, sejujurnya ia sangat menyukai pemandangan yang ada di depannya.
" Mulai dari kau. Apa yang kau inginkan ?"
Silvi menarik nafas panjang, kemudian ia balik bertanya.
" Apa maksudnya mulai dari aku ? Apa yang kuinginkan? sebenarnya aku tak ingin pertunangan antara kita dilaksanakan, kak Roi." jawab Silvi kesal.
" Tak ada gunanya membantah. Kau berani bicara di belakang. Kalau tadi kau bicara seperti itu mungkin orang tua kita akan mempertimbangkan. Atau kau sudah berubah pikiran, menyukai aku." Roi mengedipkan mata kirinya.
Arghh...lagi-lagi Silvi menarik nafas kesal.
" Boleh nga kau pindah ke sana, aku merasa terganggu, tugasku tidak akan selesai kalau kau disini." Silvi menyuruh Roi bergabung dengan yang lain di ruang keluarga.
" Aku ingin duduk menemanimu disini."
" Kak Roi."
Mata itu menatap tajam, raut wajahnya memohon agar aku segera pergi dari sisinya.
Roi malah menjatuhkan kepalanya di sandaran kursi. Ia melihat ke sebelah, Silvi masih menatapnya kesal. Roi tak mau kalah di balasnya tatapan itu. Hingga sepersekian detik mereka saling menatap.
Ada desir halus di hati Roi. Ia ingin sekali mendekat dan memberikan kecupan di bibir manis itu, seperti kemarin. Meski sedikit memaksa dan membuat Silvi marah, tapi jiwa Roi malah bersorak kegirangan.
Hmmm...
Suara deheman Uli membuat keduanya gugup.
" Roi, Silvi. Apa kalian sedang bertengkar ?" Uli meletakkan dua cup kopi di meja. Roi tersenyum kepada perempuan cantik dan bersikap lembut yang sekarang sedang berdiri di hadapannya.
" Terima kasih nantulang." katanya sambil malu-malu. Ia menatap Silvi sekilas
Sementara Silvi melanjutkan pekerjaannya, mengetik skripsinya. Sesungguhnya ia hanya menutupi rasa canggung di hadapan mamanya.
" Sayang. Kau bisa minta bantuan Roi menyelesaikan skripsimu. Ia sudah S3 lho. Lulusan Jerman pula." bisik Silvi di telinga putrinya.
Silvi hanya diam dan memperhatikan mamanya. yang berbalik meninggalkan dia dan Roi.
💐💐💐💐
Bersambung
Like..
Vote
Coment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Nur 'S
apa silvi wanita baik?
2022-06-01
0