Ibunya Bernama Uli, putri seorang pilot. Selain berparas cantik keahlihannya dalam menguasai beberapa bahasa cukup membuatnya menempati posisi yang sangat bagus di salah satu maskapai penerbangan internasional.
Perkenalannya dengan Morin di salah satu penerbangan domestik. Kala itu Morin salah menempati tempat duduk.
Uli menghampirinya dan berkata dengan nada sopan.
" Maaf tuan, apa saya bisa melihat tiket tuan?" tanya Uli dengan sopan
" O. Ya! Silahkan !" Morin menunjukkan potongan tiket yang berada di saku jasnya.
Sambil memeriksa tiket yang kini di pegangnya, Uli tersenyum kepada Morin, Ia melihat ada kesalahan nomor tempat duduk yang ditempati Morin dengan nomor yang tertera di tiketnya.
" Maaf tuan Morin, tempat duduk tuan di belakang kursi yang ada duduki." Uli masih tersenyum sambil mempersilahkan Morin pindah dari tempat duduknya.
Morin mengangguk sambil menerima kembali potongan tiketnya dari Uli, sebenarnya Ia merasa malu atas kesalahannya, karena tergesa-gesa Ia jadi salah mengambil tempat duduk.
Tidak sengaja Morin melihat nama pramugari cantik di depannya, ULI gumannya pelan. Apa dia orang batak ? Ingin sekali Morin menyapanya untuk bertanya, tapi pramugari itu sudah pergi memeriksa penumpang lain.
Morin teringat nasehat orang tuanya. harus dari suku batak. Istrimu harus orang batak !
Keputusan orangtuanya harga mati, tidak bisa ditawar lagi.
Morin memberanikan diri, mengajak pramugari itu berkenalan setelah ada kesempatan.
" Maaf. Apa kita bisa kenalan ? " tanya Morin sambil mengulurkan tangannya ketika pramugari itu mengantarkan minuman kepada Morin
" Saya Morin Sinaga" ucapnya sedikit malu karena pramugari itu mengabaikannya, Ia sedang melayani penumpang yang lain.
Pramugari yang di depannya itu tersenyum karena ia sudah mengetahui nama Morin dari hasil pemeriksaan tiket tadi.
" Saya Uli. Nama keluarga saya Simanjuntak." balasnya sambil menerima uluran tagan Morin setelah selesai menyuguhkan minuman kepada penumpang yang duduk di sebelah Morin
Setelah perkenalan itu Morin dan Uli sering bertukar kabar melalui pesan chat. Rupanya mereka saling memberi nomor kontak. Awalnya hanya sebagai teman, Morin merasa cocok dengan Uli yang sabar dan bersikap lembut, pekerjaannya membentuk Uli menjadi pribadi yang ramah dan ceria.
Lima tahun mereka menjalani hubungan, dari teman biasa hingga suatu hari Morin memberanikan diri mengutarakan isi hatinya kepada Uli.
Tidak disangka Uli menyambut baik maksud hati Morin, karena Uli juga mengagumi Morin, sosok yang berwibawa dan tegas.
Akhirnya setelah menjalani masa perkenalan yang cukup lama, merekapun sepakat untuk melanjutkannya dalam ikatan pernikahan dan sekarang mereka di karunia putra putri yang cantik dan tampan Silvi, Indah, dan Reyhan.
Kediaman Uli dan M****orin
Sosok perempuan itu memasuki rumah yang sudah sedikit gelap, dengan mengendap-endap ia pelan-pelan melangkah, agar suara langkah kakinya tidak kedengaran.
Silvi. Dia senang pergi club hanya sekedar bertemu dan bersenang-senang dengan temannya, bersama sang pacar yang juga suka berkunjung ke club itu.
Dengan pelan ia menyalakan lampu kamarnya, takut Indah akan terjaga dari tidurnya.
Tapi...
" Dari mana saja kamu?" bariton Morin hampir membuat Silvi pingsan.Wajahnya pucat pasi.
" Papa ! Hmm..hmm anu ..pa..Silvi..." Suara Silvi sedikit gemetar, Ia melihat sorot mata papanya yang sedang marah.
" Jawab yang jelas ! Masih ke club lagi ?"Morin menginterogasi putrinya. Silvi hanya tertunduk malu dan takut. Berkali-kali dilarang papanya tapi Silvi tidak pernah nurut.
"Mau jadi apa kau ha? seorang wanita pulang larut malam begini. Apa kau nga punya pikiran? Ntah harus apa yang akan papa lakukan agar kau tidak ke club lagi." Morin sejenak berhenti. Matanya memandang putri sulungnya dengan sangat marah.
" Mulai besok kau ikut papa ke kantor. Kau mulai bekerja! Dan uang sakumu tidak akan diberikan lagi. Semua kartu debit dan kredit letakkan disini." lanjut Morin.
" Papa... Sabar. Jangan seperti itu. Kita bisa memberi pengertian pada putri kita." Uli yang mendengar ribut-ribut di kamar Silvi bergegas meninggalkan kamarnya.
Malam itu Uli sudah istirahat di kamarnya lebih awal, Morin masih menyelesaikan beberapa file yang perlu ditandatangani besok di ruang kerjanya.
Tapi ketika Morin mengetahui putri sulungnya belum berada di kamarnya, alias belum pulang, Ia memilih untuk menunggunya.
" Silvi ! Cobalah kamu nurut sama mama dan papa ! Kau wanita. Tidak baik pulang selarut ini." Uli mencoba menasehati putrinya yang masih diam dan tertunduk.
" Keputusan papa sudah bulat. Besok kau harus bekerja dengan Papa ." Morin mengambil kartu debet dan kredit yang baru saja diletakkan Silvi di atas nakas, kemudian ia meninggalkan Silvi dan Uli begitu saja.
Uli melihat kepergian suaminya, sepertinya Ia sangat marah guman Uli. Ia menatap Silvi yang masih diam dan tertunduk, setelah mengelus kepala putrinya dengan lembut, Uli menyusul suaminya.
💐💐💐
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
MEMEY
salam kenal kak dari terbayang kenangan
2022-04-17
1