Hari beranjak sore, tepat pukul empat pekerjaan Silvia di kantor telah selesai, Roi dan Morin belum kembali ke kantor, mereka masih berkeliling mengitari perkebunan Morin.
Tret..tret..ponsel Silvia bergetar.
Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Terpampang gambar Edi di layar ponselnya.
" Hai cantik ! Kita jalan besok yuuk ! Kan weekend, lama nga ketemu, aku kangen berat." ucap Edi.
Silvi tersenyum melihat Edi pada layar ponselnya, hatinya saat ini juga lagi rindu dengan kekasihnya itu.
Karena Morin selalu melarang hubungannya dengan Edi, Silvi harus sembunyi-sembunyi bila ingin ketemu.
" Besok aku kabarin ya." nada suaranya melemah mengingat hubungan yang dilakoni mereka berdua.
Edi mengangguk kepada Silvi. Meski hatinya sedikit kecewa, tapi ia berusaha menutupinya digadapan Silvi. Setelah ngobrol sani sini selama lima belas menit, akhirnya mereka menutup pembicaraan dengan saling kiss jarak jauh.
Silvi bergegas ingin pulang, baru saja ia melangkahkan kakinya keluar ruangan, ada Papanya dan Roi yang baru saja turun dari motor gede yang biasa di pakai untuk mengitari perkebunan.
" Silvi !" Morin memanggilnya.
" Kamu dan Roi pulang saja duluan, Papa masih ada rapat penting dengan para pekerja." lanjut Morin sambil berjalan memasuki ruangannya.
Silvi mengikuti papanya masuk ke ruangannya.
" Ini kunci mobil. Biar Roi yang setir. Papa nanti sama supir saja." Roi menerima kunci mobil dari Morin.
" Kami permisi pulang dulu tulang." Roi meninggalkan Silvi yang masih berdiri mendengarkan pembicaraan papanya dengan Roi.
Setelah pamit dari papanya Silvi menyusul Roi yang sudah duluan pergi menuju parkiran mobil.
dasar laki laki aneh, nga ada manis-manisnya sama cewek ciihhh batin Silvi.
Setelah Silvi masuk ke mobil dan memakai safety beltnya, Roi meninggalkan perkebunan dengan kecepatan mobilnya yang sedang.
" Kita langsung pulang kak Roi ?" tanya Silvi
" Hmm. Kau kira kita mau kemana lagi. Aku capek ingin segera istirahat, lagi pula malam ini aku akan pulang ke apartemenku." jawab Roi masih fokus kepada jalanan di depannya.
" Hei ! Kak Roi tinggal di apartemen ? Kenapa nga tinggal di rumah saja lagi."
" Itu apartemen temanku. Aku masih belum bekerja dengan kata lain pengangguran."
" Salah siapa nga kerja ? Sudah punya perusahaan sendiri, mau kerja dengan orang lain. Tuh rasain." ucap Silvi sambil memajukan bibirnya sekian senti.
Roi menatap Silvi sekilas, sifat manjanya yang dulu masih jelas dilihat Roi.
👀👀👀
Sewaktu Roi masih duduk di bangku SMP pernah sekali berkunjung ke rumah tulangnya ke Medan. Ceritanya Nita dan Michel mengikuti tradisi mudik saat Natal dan Tahun Baru. Waktu itu Silvi masih duduk di tingkat pertama SMP. Indah dan Reyhan masih kecil, Indah kls 4 SD, sedang Rey masih TK.
Sudah tradisi kalau malam Natal semua keluarga berkumpul di ruang keluarga. Setelah santap malam akan ada pembagian kado Natal. Setiap orang mengambil sendiri bungkusan yang diinginkannya, semua bungkusan sudah disusun rapi dan menarik di bawah pohon Natal.
Roi mengambil bungkusan natalnya, Silvi juga. Anggota keluarga yang lain juga mendapat bungkusan kado yang sama. Setelah semua kebagian tiba waktunya membuka bungkusan masing-masing.
Roi bersorak saat bungkusan yang dibukanya berisi jam tangan berwarna hitam. Silvi kelihatan cemberut karena hanya mendapatkan topi Natal sinterklas. Ia menangis dan meninggalkan ruang keluarga dengan sedih.
Setelah dirayu mama Uli ,akhirnya Rey sang adik mengalah menukar tas ransel yang ia dapat dengan topi sinterklas.
👀👀👀
" Kak Roi ! Kak Roi ! ." suara Silvi membuyarkan lamunannya.
" Kakak mikirin apa sih? Senyum-senyum lagi. Lagi setir jangan melamun. Alamat celaka kita nanti." ucap Silvi cerewet
" Hmm. " jawab Roi singkat.
Silvi tersenyum kecut melihat sikap Roi yang cuek dan dingin kepadannya.
Tak terasa mereka berdua sudah sampai di rumah keluarga Morin.
Silvi membuka pintu mobil, dan masuk ke rumah tanpa menghiraukan Roi
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Nur 'S
lagi pura pura cuek
2022-06-01
0