Pagi yang sangat cerah. Pukul setengah tujuh tapi sudah sangat terang. Roi bangkit dari tidurnya, sebentar ia menggerak-gerakkan badannya, setelah sepuluh menit berlalu, ia membersihkan diri.
Uli dan asisten rumah tangganya telah menyiapkan menu sarapan pagi ini. Ketan serundeng dan pisang goreng. Ada juga lontong medan yang sangat enak. Uli sengaja menghidangkan makanan khas Medan, karena ia yakin Roi pasti menyukainya.
Morin sudah bersiap turun dari kamarnya yang berada diatas.
Silvi juga sudah rapi dan bergegas menuju meja makan.
" Pagi sayang." ucapan selamat pagi dari suami tersayang, Uli mendapat ciuman di keningnya.
" Pagi Papa." balas Uli tersenyum.
" Pagi Pa, Pagi Ma." ucap Silvi sambil menarik kursi dihadapannya, dan makanan sudah terhidang dengan rapi di meja makan.
Beberapa menit kemudian Roi menyusul menuju ruang makan.
" Pagi tulang, nantulang, Silvi." ucapnya dengan senyum tampannya.
Silvi kagum melihat penampilan Roi pagi ini, kemeja kotak-kotak kecil berwarna biru muda dipadu dengan celana kain berwarna hitam, tidak lupa jacket levisnya membuat penampilan Roi dewasa dan berwibawa.
" Hmm. Mari sarapan Roi." Uli mempersilahkan Roi duduk.
Silvi sedikit malu melihat senyum mamanya seakan-akan menggodanya.
" Roi kamu cicipi lontong medan nantulang ya." Uli menyendok beberapa lontong ke piring kemudian melengkapinya dengan kuah kari sapi, kerupuk, dan perkedel.
" Wah ! makasih nantulang. Pasti sangat enak. Di jakarta mami belum pernah nyuguhin makanan seperti ini untuk Roi." ucap Roi tersenyum memuji masakan Uli.
" Mamimu itu tidak bisa masak Roi. Dia di manja sama opungmu. Pekerjaannya hanya belajar dan belajar. Prestasinya hebat lho semasa studi dulu."ucap Morin terkekeh
" Tak heran papi kasih mami jabatan di beberapa perusahaannya. Mami memang pekerja keras. Jarang ngumpul dengan teman sosialitanya. Bahkan tidak ikut yang namanya arisan, tulang. Mama lebih senang ikut latihan koor ibu di gereja." cerita Roi panjang lebar.
" Hehe...adikku itu tidak berubah, tulangmu ini sangat menyayanginya." Morin tersenyum sambil meneguk air lemon yang sudah disediakan Uli.
Beberapa menit kemudian.
" Sebentar lagi kita berangkat Roi. Sarapanlah dulu ! Tulang mau periksa email sebentar." Morin mengambil tissu dan membersihkan mulutnya kemudian beranjak ke ruang kerjanya.
Uli mengikuti Morin dari belakang.
Sepeninggal Morin dan Uli, Roi dan Silvi saling menatap beberapa saat, dengan waktu bersamaan kemudian mereka sama-sama memalingkan wajahnya.
Indah dan Reyhan yang baru turun dari kamarnya sekarang sudah bergabung di meja makan.
" Pagi kak Silvi, Kak Roi" ucap Indah dan Reyhan hampir bersamaan.
" Pagi" jawab Roi tersenyum
" Wah ! Semakin diperhatikan kak Roi kece juga ya Rey !" ucap Indah menggoda Roi.
" Kak Roi paling top. Kan kakak Rei, hehe.." Reyhan mengancungkan jempolnya memberi pujian dan toss kepada Roi
" Kak Roi ! Ngomong-ngomong sudah punya pacar ngak di Jakarta ?" Tanya Indah sambil memakan pisang goreng yang dihidangkan di meja makan.
" Sudah dong. Tapi bukan di Jakarta tinggalnya." jawab Roi mensnggapi pertanyaan Indah.
" Trus orang bule ya kak."
" Nggak kok. Tetap orang batak !" Jawab Roi ringan.
" Menurut aku.., kak Silvi cocok deh sama kak Roi" goda Indah menatap Silvi sekilas.
" Indah ! Apa-apaan sih ! nga lucu tahu." teriak Silvi dengan cemberut.
" Hmm. Masih kalah jauh, In. Teman-teman kak Roi jauh lebih cantik dan smart." Roi ikut menggoda Silvi yang masih cemberut.
Silvi menatap Roi dengan jengkel.
Indah dan Rey juga ikut-ikutan tersenyum melihat tingkah kakaknya itu.
" Hei! Gitu-gitu Kak Silvi sudah lama pacaran dengan kak Edi lho. Tampan juga sih, tapi sayang papa dan mama nga setuju kak, jadi kak Silvi suka backstreet gitu." Reyhan sekarang yang bicara.
" Uhh ! Dasar ember ! Mulut kalian ini ya ! Stop bicara tentang kak Silvi." Silvi menunjukkan kekesalannya. Indah dan Rey semakin terkekeh.
" Oo..namanya Edi. Sudah lama pacaran tak direstui. Kasihan." ucap Roi dengan nada mengejek.
" Hmm. Bukan urusanmu !" Silvi beranjak dari tempat duduknya, tidak menanggapi Roi.
Kebetulan sekali papa dan mamanya sudah keluar dari ruang kerja Morin.
" Mari Roi ! Kita berangkat !" ajak Morin.
Uli mengantarkan suaminya ke depan pintu, sebelum berangkat Uli mencium pipi suaminya. Hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka.
Roi tersenyum melihat kemesraan tulang dan nantulangnya. Sedikit ia berkhaya, bila ia menikah dengan Silvi akan seperti itu juga.
" Roi pergi dulu nantulang." Roi mencium punggung tangan nantulangnya sebagai tanda hormat.
Uli hanya tersenyum membalas sikap Roi yang begitu baik.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Harnio Kenan Alvaro
Pepet terus roi
2023-01-30
0
Toshio Inge
mencium punggung tangan juga y adat nya?
2021-10-19
1
Nai Christian Kolb
🥰😍🤩
2021-03-28
1