Sean melangkah cepat mencari Shabila kesana-kemari, sampai otaknya memandu Sean untuk segera melihat pada jendela hostel yang masih bercahaya terang.
" Astagaa Sahbila !". Sean berlari cepat menuju hostel yang dia ingat di jendela itu adalah tempat Collin menatap mereka tadi.
Braakkk,, Brukkk,, Prangprang,,
Entah bagaimana Shabila dapat masuk ke sana dengan leluasa sampai para petugas di sana tak sadar dengan keberadaan Shabila.
" Yaaaak, wanita murahan ! Sean adalah milik ku, tidak ada yang boleh menjadi miliknya selain diriku ". Marah Collin yang kenyataan nya memiliki kemampuan seperti Shabila tapi sangat berada jauh di bawah Shabila.
" Aku wanita murahan ?! ". Sungging Shabila.
Braakkkk.
" Jaga mulutmu itu nona muda ! Sean milik kami dan aku tak akan memberikan nya kepada mu !". Tekan Shabila memperingati Collin.
Hahahahahahahah, tawa Collin menggelegar.
" Tch, benar-benar munafik ! jika dia tak bisa menjadi milik ku maka tak akan aku biarkan wanita manapun memilikinya termasuk wanita jalang itu dan itu pun berlaku untuk mu !". Teriak geram Collin mencekik leher Shabila keras.
Shabila mencengkram tangan Collin begitu keras seolah berusaha melepaskan cekikan. Mereka saling menatap tajam satu sama lain seolah ingin saling memakan.
" Pantas saja Sean tidak menyukaimu, penampilan mu saja seperti wanita malam ! mulut mu pun sama ". Shabila berbicara pedas seakan sengaja agar Collin tambah marah.
" Diam kau !". Sentak Collin tidak terima. " Dengar baik-baik, kau hanyalah wanita simpanannya ! apa kau tidak tahu jika Sean telah memiliki kekasih hmm ?!". Sentak Collin dan mencoba menyulut amarah Shabila tapi yang di harapkan Collin sangat meleset.
" Hahahahahah jadi benar , itu kau yang menyuruh mereka melecehkan dan membunuh ka Nara ! Tch, tch, tch wanita menjijikan !". Geliat jijik Shabila mengunci tangan Collin di belakang punggung.
Collin mencoba melepaskan rengkuhan Shabila yang begitu kuat. " Lepas !". Guncang nya. " ternyata kalian sudah saling mengenal ! tch, pria yang hebat, benar-benar munafik ! ". Collin terus berbicara melantur yang mungkin karena dia sama sekali tidak tahu siapa Shabila itu dan siapa Nara itu bagi Sean.
" Lihatlah, kau tidak bodoh bukan dengan apa yang sedang aku pegang ini hmm ?!". Sungging Shabila menunjukkan pisau, tapi lebih mirip pisau kujang namun yang di genggam Shabila lebih kecil. " Menjauh lah jika benda ini tidak ingin bersarang di tubuh mu !". Ancam Shabila memainkan ujungnya.
Collin menyungging seringai merasa ancaman itu tak berarti apa-apa untuk nya, kedua tangan pun menumpu di kedua pinggang nya seolah meremehkan peringatan dari Shabila.
" Siapa kau berani menekan ku dengan ancaman murahan mu itu hah ?!". Geram Collin. " Tutup mulutmu jika kau masih menyayangi nyawamu !". Ancam balik Collin menunjuk, piyama putih yang membalut tubuh Collin telah ternoda oleh darah yang menempel pada tubuh Shabila.
GREEEEPPPHH, tiba-tiba Shabila telah berada di depan Collin dengan jarak yang terbilang sangat dekat, Collin membulatkan matanya saat di bagian perutnya terasa ada yang menusuk.
" Telinga ku sakit jika kau terus berbicara nona !". Senyum tajam Shabila masih menusuk kan senjata tajam nya ke dalam perut Collin dengan menaik turunkan sehingga perut Collin serasa di iris-iris.
Mulut Collin menganga sembari air matanya keluar dari sudut matanya. " Aaaakh, hentikan !". Ucap Collin tergagap, tangan nya mencengkram bahu Shabila seolah berusaha untuk menghentikannya.
" Shhhhh ! tangan ku kotor ". Shabila menjauh dari tubuh Collin yang telah terduduk lemas dan bersandar di dinding berwarna abu-abu itu. Shabila menggesek-gesek kedua tangan nya satu sama lain seolah sedang membersihkan tangan nya dari darah Collin.
Collin hanya menatap tidak percaya kepada Shabila, dia tak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi pada nya. Wanita cantik dan polos di hadapan nya bisa melakukan hal sekejam itu ? Batin Collin terus menggumam sembari matanya menatap Shabila yang terlihat bagaikan psikopat gila.
Kesadaran Collin perlahan memudar dan akhirnya matanya memejam sembari tangan meremas luka sobek di perut. Shabila seolah tak berdosa dan seolah tak peduli, Shabila masih sibuk membersihkan telapak tangan nya dengan kaki melangkah mendekati Collin. Shabila berjongkok mengulurkan tangan nya mengecek apa dia sudah mati atau belum
" Wanita malang !". Geleng kepala Shabila menatap naas mayat di hadapan nya. " Jika saja kau tak berniat melukai ka Nara maka mungkin nyawamu akan masih berada pada tempatnya !". Seru Shabila menatap naas, Shabila menolehkan kepalanya ke arah cermin dan langsung beranjak.
PRAANGGGGG, Shabila memukul cermin itu sampai pecah berkeping-keping dan potongan kaca yang cukup besar dia tancapkan pada perut Collin. Shabila membuka jendela kamar agar udara sejuk masuk ke dalam ruangan dan dia leluasa menghirup nya.
" Waahh, apa di sini tak di pasang kamera pengintai ?!". Heran Shabila mencari-cari cctv dan kamera pengintai lain nya tapi dia tak menemukan satu pun. " Aneh !". Gumam nya.
Sementara di lantai bawah, Sean masih berusaha berlari menghampiri Shabila, dengan sisa kesadaran nya, Sean terus menguatkan langkah nya. Puing-puing hostel benar-benar berwarna gelap sehingga butuh banyak lampu untuk menerangi ruangan, tak ada lift di sana, hanya tangga manual yang menjadi akses menuju lantai atas.
" Sial, kenapa harus di lantai atas !". Kesal Sean menggerutu. " Shabila awas kau !". Gumamnya merutuki kebodohan adik nya yang tanpa aba-aba mendatangi Collin dan Sean benar-benar sangat khawatir jika Shabila terluka, karena akhirnya Sean tahu jika Collin adalah putri dari Baron, mafia yang dia kenal kelicikan nya dan mafia itu pun yang masuk ke dalam daftar pengawasan Sean.
" Haiiishh !". Sean dengan cepat membuka pintu kamar yang di tuju dengan sangat cepat dan kasar. Shabila menolehkan kepalanya dan tersenyum kepada Sean.
" Shabila !". Ucap Sean mematung sesaat tangan nya kembali menutup pintu.
" Oopps !". Shabila terlihat melepaskan pegangan nya pada Collin yang akhirnya tubuh Collin terjun ke bawah. Shabila tersenyum kejam dengan wajah melukis kepolosan. " Tangan ku licin !". Ucap nya mengerucut sembari alis pun tertaut.
Sean memijit keningnya sembari menunduk, Shabila masih terdiam di tempat. " Kenapa kau tidak memiliki kesabaran hmm ?!". Ujar Sean menengadah sembari ujung bibir terangkat, dia terduduk dengan mata masih memandang Shabila.
" Tangan ku benar-benar licin Sean !". Bela nya.
" Seru bermain nya ?!".
" Eum !". Sahut sumringah Shabila.
Hujan pun berhenti, Sean dan juga Shabila pun berlalu pergi meninggalkan hostel. Langkah mereka tertatih berjalan di trotoar jalan dengan Shabila merangkul Sean tang wajah nya mulai memucat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Abd Rahman
tangan ku licin Sean.🤣🤣
2024-06-25
0
rika mayanti
wah,,bkln ada drama bls dendam nhe..
jdi penasaran jodoh mereka masing2..
2022-09-13
0
Rasya Rafhael Syakira
yah gw bermain ny sama ank ,, lh dia bermain ma nyawa org sungguh lawak yg lucu😏
2022-07-12
0