" Ka Nara sedang bersama uncle Dev ! Shane juga Shabila sedang menikmati laut di Downhill strand mom, dad !". Ucap Sean yang tahu siapa yang sedang mereka khawatirkan.
" Tch, pantas saja !". Ketus Ruby.
" Ayolah mom !". Peluk Sean dari belakang dan menaruh dagunya di atas pundak Ruby.
" Mommy menghawatirkan mereka saja sayang, tidak biasanya mereka tak menerima panggilan dari mommy !". Ucap Ruby.
" Kau tak perlu khawatir mom, ada aku di sini yang akan terus melindungi mereka ".
" Mommy tahu !". Tepuk Ruby pada pipi Sean. Edward tak bergeming saat Sean dengan erat memeluk Ruby dari belakang.
" Sudah pelukan nya ?!". Ketus Edward.
" Ya ampun Dad, kenapa kau begitu posesif !". Tajam Sean tak terima. " Jika tahu akan begini, lebih baik aku tinggal bersama paman Al di makau dan jauh dari kalian !". Ucap Sean terlihat tambah kesal.
" Daddy tak akan mengizinkan nya !". Timpal Edward menyela.
" Sudah-sudah, kalian ini kenapa selalu saja ". Lerai Ruby.
" Daddy lebih dulu mom !". Adu Sean.
" Kenapa jadi daddy ". Ucap Edward tak terima.
" Sudah-sudah ". Lerai Ruby lebih keras seperti mirip berteriak.
Hamparan laut biru tak lagi terlihat warnanya di karenakan langit yang semakin gelap, Shabila dan Shane hanya dapat merasakan lampu-lampu temaram dan sejuknya angin laut di sana. Shane membuka switer dan mengenakan nya kepada Shabila.
" Aku sudah memakai jaket Shane, kau pakai lah kembali !". Ucap Shabila.
" Pakai, atau Sean akan memarahi kita nanti ". Seru Shane meraih switer nya dan langsung memakaikan kepada Shabila.
" Aah sebentar, antingku nyangkut Shane ". Ringis Shabila, Shane langsung menghentikan nya. " Ini, tolong tarik yang sebelah sini !". Ucap Shabila mengarahkan Shane untuk membuka anting sebelah kanan nya.
" Sudah, apa ini sakit ? telingamu merah Ka !". Usap Shane dan meniup-niup pelan telinga Shabila.
" Tidak apa ". Ucap Shabila kembali mengenakan Switer nya.
" Ka !". Ucap Shane pelan. Shabila melirik Shane dan menyunggingkan senyumnya sembari kaki Shabila menuruni beberapa anak tangga. " Ka ". Ucap Shane kembali.
" Hay, apa yang sedang kau lakukan di sini sendirian ?!". Sapa Shabila saat melihat seorang pemuda tengah terduduk sembari menatap jauh lautan dengan gelapnya malam, angin laut begitu terasa menelusup pada setiap kulit tubuh.
Pria itu menoleh, lebih tepatnya sedikit menengadah. Shabila ikut terduduk di sebelahnya dan sekilas melirik dan kembali melihat lurus ke depan, Shane hanya terdiam dan terduduk di atas mengawasi kaka cantik nya itu. Mata Shane mengedar seraya menyelidik, banyak orang mencurigakan di sekitar sana setelah kedatangan pria yang sedang Shabila temani.
" Ka ". Panggil Shane, Shabila dan juga pria itu menoleh ke belakang dan menengadahkan kepala mereka. Tangan Shane terangkat dengan ibu jari menunjuk ke belakang, Shabila mengangguk mengerti.
" Kenapa kau duduk di sini nona, lihatlah kekasih mu pergi ?!". Serunya kepada Shabila. Temaram lampu membuat wajah Shane samar terlihat, jika wajah nya terlihat jelas mungkin saja dia akan mengira jika dia adalah Sean.
Ya, pria itu adalah Collen yang sedang duduk termenung sendirian, dia tidak tahu jika di sekitarnya banyak orang yang sedang mengikuti dan mungkin itu adalah suruhan dari ayah nya. Hal itu pun menjadi kebetulan saat Shane dan juga Shabila berada di sana membuat informasi tersampaikan dengan cepat.
Kecurigaan Shane menjadi tak tabu lagi, setelah kepergian nya, dia melihat semakin banyak orang yang mencurigakan di sana. Mata Shane pun melihat dua orang berbeda dari yang lain, mata tajam Shane di dalam gelap semakin menajam.
" Wow, dua sahabat sejati sedang mencoba menangkap mangsanya ternyata !". Ucap pelan Shane sembari mencermati mereka yang sedang memberi tahu Baron dan juga Zidan dimana posisi musuhnya.
" Tapi sebentar, darimana mereka tahu keberadaan ku ?". Pikir keras Shane sampai matanya membulat mendapat perkiraan yang begitu akurat.
" Sshhh, apa keberuntungan sedang memihak kepada mereka ?!". Desah Shane pelan. " Collen putra Baron kah pria itu ?!". Sungging Shane.
**
Gesekan ban mobil terdengar mencekit bergesekan dengan aspal dan berhenti tepat di depan pintu rumah Ruby.
David terlihat keluar sendirian, Brayn dan juga Rayzen menghampirinya seraya memiringkan kepala mereka. " Apa dia masih tak mau bangun ?!". Tanya Brayn.
" Aku akan menggendong nya, kalian masuk lah terlebih dahulu !". Seru David perlahan membuka pintu mobil.
" Eumm ". Gumam Nara.
" Uncle ". Ucap Sean biasa saja menyapa mereka yang kebetulan Sean berada di ruangan depan dan berlalu setelah menyapa mereka.
" Dia belum berubah Ray !". Ujar Brayn geleng kepala dengan sikap dingin Sean yang melebihi daddy nya. Brayn dan juga Rayzen kembali masuk ke dalam tanpa menyapa balik Sean.
" Boy ". Ucap David yang sedang menggendong Nara, Sean menautkan alis nya dan segera mengecek suhu tubuh Shabila. " Dia hanya tidur boy !". Senyum hangat David dengan kasih sayang Sean.
" Ka kemarilah ! Uncle, aku akan menggendong nya !". Seru Sean.
" Ah kenapa mataku lengket sekali !". Manja Nara mengusap matanya, David menurunkan Nara dan di ambil alih oleh Sean seolah Nara masihlah bayi.
Sean dengan ringan nya mengangkat Nara dan menggendongnya, Sean melingkarkan kedua tangan Nara pada lehernya juga kedua kaki Nara dia lingkarkan pada pinggang berotot nya.
" Tch, kau memang kuat boy !". Ucap David mendahului Sean.
" Kau yang terbaik boy !". Ucap lembut Nara di dalam tidur nya, bahu Sean seakan begitu nyaman sebagai tumpuan kepala Nara. Sean langsung membawa kaka nya itu ke kamar pribadi milik Nara.
**
" Sweety !". Ucap David sedikit berteriak.
" Dev ". Peluk Ruby antusias karena sudah lama mereka tak bertemu.
" Kenapa kalian tak mengajak anak dan istri kalian hmm ? aku juga ingin bertemu dengan mereka semua ". Tutur Ruby merengut.
" Lain kali saja, kita ingin bebas bersama dengan kesayangan kita di sini ! tak perlu khawatirkan mereka !". Ucap David mengeratkan pelukan nya.
" Jangan seperti itu, mereka keluarga kalian dan mereka sangat berharga !". Ruby melepaskan pelukan nya karena Edward sudah terlihat menuruni anak tangga.
Brayn seperti biasanya selalu memeluk Ruby di hadapan Edward dan Edward hanya belajar membiasakan diri dari dulu.
" Kau lebih berharga dari apapun Sweety ". Ujar Brayn pelan di telinga Ruby. Ruby menautkan alisnya seraya menatap Brayn.
" Akan ku bunuh dia, berani-berani nya dia !". Geram Ruby. " Lalu di mana putramu ka ?!". Tanya Ruby sampai yang ada di sana menatap.
" Dia bersama ku tenanglah !". Geli Brayn.
" Aku akan merebutnya jika wanita sialan itu membawa pergi keponakan ku !". Kepalan tangan Ruby baru mereka lihat lagi setelah sekian lama.
Brayn memiliki seorang putra dari wanita yang begitu baik, dia putri dari rekan nya dan di karuniai seorang putra bernama Eiji Genzi, kurang lebih usianya terpaut lima tahun dengan si kembar. Tapi entah kenapa sikap istrinya semakin hari semakin berubah dan sekarang Brayn tak mempedulikan apa yang saat ini istrinya lakukan.
Rayzen memiliki seorang putri bernama Aya Asuka, seusia dengan putra dari Brayn. Istri dari Rayzen sudah lama meninggal setelah melahirkan putri mereka.
David memiliki dua orang anak dari pernikahan nya dengan Reina yang juga teman dekat Ruby di Irlandia. Yang pertama seorang perempuan bernama Ava Abela dan yang kedua seorang laki-laki bernama Julian Yerik. Mereka berdua hanya terpaut usia satu tahun tapi orang-orang yang melihat mereka akan berkata jika mereka adalah anak kembar, tapi nyatanya bukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Momy Victory 🏆👑🌹
ucap Shane kembali harusnya
2022-02-06
0
Momy Victory 🏆👑🌹
Shane dan Shabila bukan Sean.....yang ngomong Sean ke maminya.
2022-02-06
1
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
betul 😑
2021-06-28
1