Ruby dan juga Edward kembali menutup pintu kamar Sean dan membiarkan anak-anak nya istirahat. Edward merogoh handphone nya dan menghubungi putri sulung nya hendak menanyakan keberadaan nya saat ini sesaat setelah Edward dan juga Ruby melirik jam di dinding, karena seharusnya Nara sudah kembali dari perkuliahan nya.
" Bagaimana ? apa dia menerima telpon nya honey ?!". Tanya Ruby sembari bersiap untuk makan dan terlebih dahulu menghidangkan untuk Edward.
" dia masih berada di jalan untuk pulang, mungkin sebentar lagi dia sampai baby !". Sahut Edward.
" Baiklah ! ayo makanlah, bukan kah tadi kau menginginkan masakan ku hem ?! langsung makan, jangan menarik kata-kata mu atau ku pukul mulutmu itu !". Ujar Ruby sedikit menajamkan tatapan nya dan memiringkan kepalanya. Edward langsung terduduk tanpa menatap Ruby karena dia tahu apa yang Ruby maksud.
" Mommy, dad !". Teriak Nara girang berlari mendekati kedua orang tuanya.
" Wow, sepertinya tenaga mu semakin kuat sayang !". Ujar Ruby saat Nara berhamburan memeluk Ruby sampai tubuh Ruby tersungkur dan tertahan oleh telapak tangan Edward menyebabkan Ruby tak terjatuh.
" Tentu, aku setiap hari berlatih jadi tentunya aku akan semakin kuat !". Seru Nara begitu bangga, Ruby membelai pucuk kepala Nara.
" Kemari lah, peluk daddy !". Edward merentangkan tangan nya sembari terduduk membuat Nara duduk di pangkuan nya.
" Bagaimana hari ini sayang, apa semuanya lancar hmm ? bagaimana belajarmu, apa tak ada hambatan ? jika ada apa-apa kau harus mengatakan nya kepada daddy !". Lembut Edward sesekali mengecup pucuk kepala Nara.
" Tentu Dad !". Jawab cepat Nara dengan mata terpaku pada masakan di hadapan nya. Edward dan juga Ruby saling tatap seolah sedang berbicara satu sama lain.
" Ayo temani daddy makan !".
Nara hendak berdiri berniat memanggil ketiga adiknya tapi Edward menahan nya. " Kenapa ? apa mereka sedang tak berada di rumah ?!". Sahut Nara.
" Mereka sedang menemani Sean istirahat sayang !". Ujar Ruby ikut duduk dan menyantap masakan nya sendiri, Nara seketika terkejut mengingat jika Sean baru sadar dari proses operasinya.
" Mom, Dad !". Seru Nara menetralkan reaksinya.
" Eum, ayo makanlah sebelum dingin !". Potong Edward mendahului. " Kenapa ? Sean hanya demam dan hanya butuh istirahat saja jangan terlalu mengkhawatirkan nya !". Jelas Edward membuat Nara membulatkan matanya dan membatin.
" Syukurlah !" Gumam Nara.
" Kenapa ?!". Tanya Ruby, Nara menolehkan kepalanya dan saat itu juga Ruby sedang menatapnya tajam.
" Aah, itu, eumm tak apa mom !". Gagap Nara langsung menyantap makanan nya agar Ruby tidak curiga. Edward dan juga Ruby saling tatap dan saling menyunggingkan senyum nya.
**
Collen terlihat sedang mencoba menghubungi seseorang sembari terduduk di atas kursi ruang belajar nya.
" Kemana Sean, kenapa dia tidak dapat di hubungi ?!". Gumam Collen yang semakin percaya jika kematian adiknya ada hubungan nya dengan Sean.
" Ayolah Sean jangan membuatku bertambah yakin !". Gundah Collen. Collen meraih jaket dan juga kunci motor nya dengan cepat dia berlalu pergi.
" Bibi, collen keluar sebentar !". Teriak Collen pada asisten rumah tangga yang mengurus nya sedari kecil.
" Tuan !". Tunduk Vio yang baru saja tiba dan mendapati Collen melewati dirinya begitu saja.
" Bi, dia mau pergi kemana ?!". Tanya Vio menghampiri asisten rumah tangga itu.
" Entahlah Vi, bibi kurang tahu ! dia hanya minta izin keluar saja !". Jawab nya masih menatap pintu depan yang terbuka lebar.
" Apa tuan besar tahu ?". Tanya Vio mengedarkan pandang nya.
" Tuan besar sedang tak berada di rumah, dari sejak pagi dia belum kembali Vi !". Sahutnya, Vio hanya menganggukkan kepala nya paham.
" Baiklah jika begitu Vio ke kamar ya bi !". Pamit Vio terlihat kelelahan karena jadwal kerja yang harus dia tangani sangatlah padat.
**
" Tch, benar-benar tak meninggalkan jejak ! kita harus segera melenyapkan mereka berdua, karena mereka putri ku kehilangan nyawanya dan mungkin itu sangat kebetulan karena mereka adalah incaran kita selama ini ! ". Tekan Baron.
" Kau benar, selama ini aku hanya banyak berpikir tanpa beraksi ! resiko yang akan di tanggung membuatku terus saja berhati-hati dengan mereka sampai dimana seluruh pengawal kebanggaan ku tak berjejak ! Putri Lady dan putra Lucifer harus lenyap di tangan kita !". Garang Zidan mengepalkan tangan nya dan mengeraskan rahang nya.
Kenyataan nya pengawal kebanggaan dia adalah mata-mata dari Sean dan malam itu juga nyawa mereka lenyap di tangan sang tuan yang begitu mereka takuti.
" Kita tak dapat lagi menundanya Zi, jika terus seperti ini maka sesuatu yang berharga untuk kita pun perlahan akan musnah ! Aku terlalu meremehkan mereka berdua Zi, aku yakin kematian putri ku adalah ulah mereka, aku yakin dengan itu !". Yakin Baron meraih senjata api buatan Red Phoenix dan mengelusnya tajam.
" Kau benar Ron ! tapi jika untuk kematian Collin, itu sangatlah tidak mungkin, mengingat waktu yang terjadi sangatlah singkat ! kita harus menyelidikinya dengan sangat detail ! titik hilangnya pengawal ku pun tidak jauh dari sana ". Jelas Zidan yang masih berpikir harus dari mana dulu menginvestigasi semuanya.
" Baiklah, kita harus turun tangan !". Zidan beranjak pergi meninggalkan Baron yang masih menatap jauh ke luar jendela sembari tangan menggenggam erat senjata laras panjang di tangan nya.
**
Si kembar masih terlelap dalam tidur, gelapnya ruang kamar tak membuat mereka terganggu. Tubuh mereka bertiga telentang dengan sangat rapih tanpa membuat tidak nyaman satu sama lain. Getaran handphone diiringi deringan menjadikan tangan Sean terulur malas dan meraba ke sana ke mari mencari handphone milik nya.
Sean membuka mata nya perlahan dan menurunkan salah satu kakinya menapak ke atas lantai, Sean berdiri tanpa terlebih dahulu mengecek siapa yang menghubunginya setelah handphone nya dia temukan.
" Eum ". Sahut Sean menekan kedua mata oleh ibu jari dan telunjuk nya seakan matanya masih susah untuk terbuka.
" Yaak, kau kemana saja hah ?!". Teriak Collen.
Ya, yang berteriak dari seberang sana adalah Collen yang sedari tadi terus mencoba mencari keberadaan Sean dan akhirnya memutuskan untuk datang ke rumah Sean. Jarak rumah Sean masih sangat jauh untuk itu Collen berhenti sejenak dan mencoba kembali menghubungi Sean. Motor RC213 yang Collen kendarai terparkir di depan pohon rindang dengan langit yang begitu gelap pekat.
" Berisik ". Ketus Sean.
" Ada apa ?!". Tanya Shabila yang telah terbangun dan menghampiri Sean yang tengah berdiri. Shabila mengambil alih handphone milik Sean dan menatap kilas layar siapa yang tengah mengganggu istirahat Sean. Sean hanya tak peduli dan kembali lagi tidur di samping Shane.
" Maaf, anda mengganggu istirahatnya ! kau bisa kembali menghubunginya besok ". Ucap Shabila.
Collen hanya terdiam sembari menautkan alisnya sesekali mengecek layar takut dia salah menghubungi orang.
" Maaf, tapi ini dengan siapa ? dimana Sean ? Saya ingin bicara hal yang penting dengan nya ?!". Ujar Collen. Sebelum mendapatkan jawaban, sambungan telah terputus membuat Collen semakin bertanya-tanya. Diam dan terdiam menyandar di samping motor, Collen memainkan handphone di tangan nya seolah tengah berpikir.
Lama terdiam, Collen memutuskan untuk kembali pulang karena waktu pun telah berputar cepat dan menunjukkan jam satu malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Renireni Reni
pokoknya serruuu...
2021-12-01
0
Menez Mediator Jombang
seru
2021-07-14
1
guest1052940504
lanjuttttt thor
2021-06-08
1