" Aku selalu berpikir, sedang apa pemuda ini di makau ? apa dia bekerja di sana ? atau apakah keluarga mereka ada di sana ? jika benar begitu, lalu sedang ada urusan apa di sini ?!". Pertanyaan-pertanyaan itu memecahkan otak pintar mereka tanpa ada satupun jawaban dari sana.
" Apa jangan-jangan dia putra dari Lady dan King Red Phoenix Zi ?!". Dugaan Baron benar-benar membuat mereka berpikir keras.
" Sepertinya tidak mungkin Ron, mereka hanya memiliki satu putri dan kau pun masih ingat bukan jika di dalam rekaman, pria itu menyebut dirinya putra Lucifer !". Ujar Zidan.
" Waktunya benar-benar sangat sempit !". Ujar Zidan kembali.
" Kau benar !". Baron menghela nafas stres. " Zi, dimana pengawal tangguh mu ? apa mereka sedang cuti bersama ?!". Tanya Baron saat tersadar jika Zidan tak membawa pengawal yang biasa dia bawa kemana-mana dan di antara mereka adalah mata-mata dari Sean tapi malam itu di malam yang gelap nyawa dia pun lenyap oleh tangan Sean sendiri.
Ingin mata-mata itu melawan pada tuan nya, tapi keluarga taruhan nya dan itu sama saja jika dia pun tak menuruti perintah Sean, maka keluarga dia pun juga taruhan nya. Untuk itu dia dan teman-teman nya mengambil jalur aman dan mati adalah pilihan mereka. Malam itu keinginan mereka terkabul, dia mati di tangan Sean, dia dan juga teman nya pasrah untuk itu.
jika dia mendatangi markas, lalu kemana pengawal ku ?!". Kebingungan baru muncul, tak ada siapapun untuk Zidan bertanya karena penangkapan itu sangatlah di sembunyikan dan posisi mereka saat itu berada tepat di gang hostel yang dimana di sana pun Collin meninggal.
Pagi buta dia mengecek keberadaan mereka tapi tak satupun yang dia temukan, yang dia temukan hanyalah mayat Collin tergeletak di atas aspal dengan banyak memar dan juga serpihan kaca besar menancap di perutnya.
" Papa !". Ucap Collen yang telah berada tegap di ambang pintu dengan wajah lesu dan kusut.
Di lain tempat, Nara serta Shabila sedang semangat melahap sarapan pagi nya dengan begitu semangat. Sedangkan Shane sedang sibuk naik turun membawa makanan untuk Sean yang baru saja sadar dari terpejam nya. Obat bius bekas pengoperasian punggung Sean membuat nya tak sadarkan diri dalam waktu yang lama dari biasanya.
" Jangan lupakan perutmu anak nakal, makanlah ini !". Shabila memasukan roti tawar isi coklat ke dalam mulut Shane saat dia hendak kembali lagi ke kamar kaka nya itu.
" Eum ". Dengan mulut tersumpal Roti, Shane segera kembali melangkahkan kakinya ke atas.
" Bagaimana lukamu Sha ? apa masih sakit ?!". Tanya Nara menyingkap kerah baju yang di pakai Shabila.
" tinggal bekas nya saja ka, ini tidak apa !". Sahut Shabila menepis tangan Nara dan memegangnya.
" Iya iya iya, monster kecil ku !". Tepuk Nara pelan pada kepala Shabila berulang.
" Iya, adik mu ini monster cantik ! jadi tak akan ada yang menyadarinya !". Bangganya karena memiliki kecantikan natural.
" Iya iya, tapi lain kali jangan terlalu kasar pada wanita ! kau seorang wanita juga kan sayang ?!". Senyum smirk Nara seolah penuh maksud.
" Tergantung !". Ujar Shabila menyungging.
" Kau ini !". Lenggang Nara membereskan semua bekas makan nya.
" Apa kaka ada kelas hari ini ?!". Tanya Shabila membuntuti Nara yang hendak ke dapur.
" Kalian diam di rumah dengan baik, jangan nakal ok ! kaka ada kelas pagi ini dan mungkin akan pulang sore ! Jadi jangan sampai kaka tahu kalian keluar dari rumah dan berbuat yang tidak-tidak di luar sana ".
" Tak ada bantahan !". Tekan Nara saat Shabila ingin menyangkal nya.
" Baiklah !". Pasrah Shabila
Setelah Nara pergi, Shabila berlari menghampiri kedua saudaranya.
" Bisakah kau membuka pintu dengan perlahan ka !". Kesal Shane saat sepotong buah apel tak dapat dia telan.
" Maaf !". Cengir nya.
" Sean, apa kau baik-baik saja !". Seru Shabila duduk di samping Sean.
" Tentu ". Sahut Sean
" Tch, aku tahu kau hanya pura-pura saja !". Delik Shabila memukul jail lengan Sean.
" Tidak !". Protes Sean.
" Iya !". Jawab cepat Shabila.
" Tidak !". Protes Sean kembali.
" Iya ! kau hanya pura-pura saja, iya kan ?!". Shabila masih dengan pendirian nya.
" Terserah !". Sahut malas Sean. Shane hanya menggelengkan kepala dengan perdebatan mereka.
" Oh iya Sean, apa kau tahu kemana mayat mereka pergi ?!". Tanya Shabila sembari berpikir.
" Entahlah !". Sahut Sean pelan.
" Sst, diamlah !". Shane beranjak dari duduk nya saat kaki menjulur dan dia menurunkan nya dengan cepat serta menyuruh kedua kaka nya diam. " Astagaaa !". Kaget Shane sedikit berteriak saat matanya menangkap keberadaan Edward dan juga Ruby dari jendela kamar.
" Ada apa ?!". Panik Shabila.
" Mommy and daddy ada di halaman depan !". Ucap Shane membuat Sean segera melepas jarum impus dan membereskan semuanya sehingga orang tuanya tak menyadari yang sedang terjadi.
" Cepat rapihkan !". Sibuk Shabila membantu merapihkan alat-alat kesehatan yang sedang di pakai oleh Sean dengan begitu terburu-buru.
" Sean, Shabila, Shane ! mommy pulang ". Teriak Ruby.
" Shan, kau hampiri mommy and daddy dan jika mereka berdua bertanya mengenaiku kau katakan saja jika aku sedang istirahat !". Titah Sean mengganti baju nya terlebih dahulu dan menyegarkan wajah nya.
" Itu sama saja Sean !". Kesal Shabila karena dengan ide seperti itu mommy and daddy nya pun akan curiga.
" Tidak, kau temani aku istirahat di sini dan kau Shane hampiri Mommy and daddy ! tak perlu aku kasih tahu bukan apa yang harus kau lakukan ?!". Sean kembali terduduk di atas kasur nya dan merebahkan kembali badan nya.
" Kemarilah sayang ku !". Ucap Sean kembali sembari menggoda adik kembar nya itu.
" Tch, dasar mesum !". Pukul Shabila tapi sembari merangkak mendekati Sean.
" Aku bagaimana Sean ?!". Tunjuk Shane pada dirinya sendiri saat kedua kaka nya istirahat bersama.
" Ya ampun Shan, sana cepatlah sebelum mommy mendobrak pintu kamarku !". Sean melempar bantal kecil pada Shane karena dia bukan nya pergi tapi malah merengut. " Ini tempatmu ! Sana cepatlah !". Sean menepuk bantal yang berada di tengah dan di himpit oleh Shabila dan Sean. Shane langsung tersenyum dan berlari cepat membuka pintu.
" Dia masih seperti anak kecil !". Ujar Shabila di angguki Sean.
Shane berlari menuruni anak tangga dan berteriak membuat Ruby dan Edward menutup telinga nya.
" Mommy, daddy !". Teriak Shane.
" Little Boy, suaramu membuat gendang telinga daddy sakit !". Keluh Edward saat Shane memeluk Ruby manja.
" Little boy, mommy hanya pergi beberapa hari tapi kenapa tubuh mu sangat cepat tinggi !". Tatap Ruby menengadah mengecup setiap sudut wajah Shane rindu dan Shane pun hanya pasrah menunduk lebih lama.
" Baby !". Tarik Edward pada kedua pundak Ruby.
" Sini, Daddy juga ingin memeluk mu !". Peluk Edward pada Shane. " daddy merindukanmu little boy !".
" eumm, dad kau memeluk ku terlalu erat !". Tepuk Shane pada tangan Edward.
" Maaf,, maaf !". Acak Edward pada rambut Shane.
" Dimana kedua kaka mu ! mommy merindukan mereka juga ". Ucap lembut Ruby.
" Sean sedang istirahat mom, Shabila sedang menemaninya di atas !". Sahut Shane. " Mom ". Teriak Shane saat mommy nya berlari cepat menaiki anak tangga hendak ke kamar Sean.
" Dia sakit kah ?!". Tanya Edward sedikit menajam seolah mencari kebenaran di mata Shane.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
hahahahaaa ketauan
2021-12-26
0
Renireni Reni
jago mana ya antara ortu vs anak....
2021-12-01
0
guest1052940504
nyimak santuy thor
2021-06-08
2