Tanpa alas kaki, Shabila berjalan mendekati Sean dan mengulurkan tangan nya mencoba mengecek suhu badan.
" Aku baik-baik saja Shabila ! pergilah makan, bukankah kau belum makan sedari siang ?! ". Tahan Sean saat Shabila hendak menempelkan punggung telapak tangan nya pada dahi Sean yabg sebenarnya Sean masih terjaga.
" Jangan pernah terluka lagi Eum, jika tidak maka aku tak mau berbicara lagi kepadamu !". Ucap pelan Shabila.
" Panggil aku kaka ! aku tak akan terluka lagi jika kau memanggilku kaka !". Seru Sean menyungging, Shabila menghela nafas dan perlahan tersenyum hangat.
" Tergantung ". Tepis Shabila beranjak berdiri dari jongkok nya. Sean menatap punggung Shabila sampai akhirnya tak terlihat lagi.
Suara pukulan begitu memekik telinga, ruangan luas serasa menggema, kaki jenjang yang kekar terlilit kain tipis guna menahan lutut agar lebih kuat begitupun dengan tangan nya terlilit kain agar tak terasa begitu sakit saat memukul sasak. Keringat bercucuran sampai lantai pun terkena basah nya, hari begitu terang dengan sinar matahari yang setia berada di atas.
" Shane ". Panggil Sean terlihat membawa handuk kecil dan juga air mineral. Sean melemparnya dan Shane dengan sigap menangkap.
" Berita tersebar cepat, mafia yang bekerja sama dengan Scorpion tengah membantu untuk melenyapkan kita ! Collen, putra satu-satu nya pun tengah mencari keberadaan pembunuh adik nya karena dari yang aku lihat dia yakin kematian adik nya bukan lah karena bunuh diri ". Ucap Shane menutup kembali botol air mineral itu.
" Kedatangan aku dan ka Nara ke markas mereka pun masih menjadi dugaan karena mereka belum tahu penyebab kedatangan kita !". Ucap Shane kembali. " Dan tentu saja, mereka semua mengira kita adalah orang yang sama dan sampai sekarang mereka hanya tahu jika Lady dan King Red Phoenix hanya memiliki satu putri dan itu berarti mereka hanya mengenal Ka Nara !". Ujar Shane terduduk di samping Sean.
" Pantas saja ". Gumam Sean mengingat jika hari ini Collen mengajak nya bertemu.
" Tch, apa teman mu itu tak lama akan menjadi musuh mu kaka ?!". Delik Shane kembali mengusap keringat di pangkal leher nya.
" Entahlah !". Beranjak Sean dari duduk nya dan sebelum itu dia melempar kartu black card kepada Shane. " Belikan ice cream untuk Shabila !". Seru Sean.
Shane membulak balik kartu itu sesekali menatap kilas Sean. " Kenapa lagi dengan nya ?!". Bingung Shane.
" Kau juga tahu Shan !". Ucap Sean berlalu pergi.
" Tch, tch tch ! mommy mudaku memang orang yang cerewet !". Gumam Shane tertuju pada Shabila.
Siang tadi, Shane lebih dulu berangkat ke markas untuk melatih fisik seperti biasa karena melihat jika Shabila sedang tak berada di rumah jadi dia dengan cepat pergi. Jika tidak begitu, takutnya Shabila akan melihat kepergian nya dan pasti akan di larang karena mungkin saat ini mereka sedang menjadi incaran mafia lain.
Saat giliran Sean yang akan pergi, Shabila telah berada di ambang pintu kamar Sean dan menumpu sebelah tangan nya di samping yang akhirnya Sean mati-matian membujuk Shabila agar dirinya bisa pergi.
Menurut Sean dan Shane, kemarahan Nara belum lah seberapa di bandingkan Shabila untuk itu hanya satu yang tak ingin mereka hadapi dalam hidup, yaitu kemarahan Shabila yang mungkin dapat membumi hanguskan satu kota dengan tangan nya sendiri.
" Paman !". Panggil Shane saat melihat salah satu mafioso melewati nya.
" Iya tuan muda, apa ada yang dapat saya bantu ?!". Ucap nya menghentikan langkah kaki.
" Bisakah paman membantuku membeli ice cream ?!". Tutur Shane membuat mafioso itu terbengong. " Paman !". Kibasan tangan Shane tak menyadarkan mafioso itu yang mungkin dia masih terkaget karena wajah segarang itu masih memakan ice cream yang notabenenya di sukai oleh anak-anak.
" Ah, oh bisa tuan muda !". Usap mafioso itu pada lehernya sendiri sembari tertunduk.
" Ada apa ?!". Tanya Shabila yang terlihat menghampiri Shane dan juga mafioso itu.
" Itu, aku menyuruhnya untuk membeli ice cream ". Ucap Shane melebarkan bibirnya sehingga cekungan di pipinya terlihat tajam.
" Tidak sopan, kenapa kau menyuruhnya membeli ice cream ! apa kau bertanya apa dia memiliki pekerjaan yang sedang dia kerjakan hmm ? dasar anak nakal !". Seru Shabila kembali mengambil kredit card dari tangan mafioso itu.
" Paman, kembalilah bekerja !" Ucap Shabila dan di turuti olehnya.
" Eum, jika begitu kita saja yang berangkat ! ayo !! ". Tarik Shane pada lengan Shabila.
Di sebuah kafe tempatnya para remaja berkumpul, terlihat Sean menapakkan kaki nya di sana, seperti biasa Sean menjadi pusat perhatian kaum hawa saat ini, mungkin tidak hanya kaum hawa, para lelaki pun seolah terkesima dengan karisma yang di miliki Sean.
Bisik-bisik pun terdengar tapi Sean tak merasa terganggu, Sean terus mengedarkan pandang nya mencari keberadaan Collen sampai telpon genggam nya terdengar berdering.
" Di atas !".
Sean menengadahkan kepalanya dan mendapati Collen tengah melambaikan tangan. Tanpa bicara, Sean melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang terbuat dari besi kokoh.
" Ada apa ?! katakan dengan cepat !". Tarik Sean pada punggung kursi. Saat terduduk, sean mendapati Collen sedang menatap nya dengan selidik. " Apa ?! Jangan menatapku seolah kau jatuh cinta kepadaku !" Ujar Sean melempar Collen dengan cemilan kering yang sudah di pesan.
" Sean ". Ucap Collen. Sean menyilang kan kaki dan juga tangan nya dengan punggung menyandar pada bahu kursi seraya menunggu apa yang akan Collen katakan.
" Sean, apa kau sudah tahu jika adik ku meninggal ?! aku ingin percaya tapi semuanya sangat membingungkan, kematian adik ku yang tiba-tiba dan begitu mengenaskan membuatku tidak percaya jika dia meninggal bunuh diri karena itu sangat tidak mungkin, adik ku bukan wanita penyerah dalam hidup nya !". Ucap Collen sesekali menundukkan kepalanya.
" Lalu apa hubungan nya dengan ku ? kenapa kau mengatakan semuanya kepadaku ?! kita tidak sedekat itu Collen !". Seru Sean santai, ucapan nya begitu terdengar menyakitkan hati tapi Collen telah terbiasa dengan kata-kata tajam dari Sean.
" Terserah kau, aku tak peduli ! Lihatlah ini !". Ujar Collen memberikan handphone nya dan menunjukkan rekaman video di sana. " Katakan jika pria yang di sana bukan kau dan juga kekasih mu !". Getar Collen.
" Jika benar, lalu apa sekarang kau sedang menuduhku membunuh adik mu ?!". Tajam Sean menyimpan kembali handphone milik Collen.
" Bukan seperti itu Sean, tapi waktunya hampir pas dengan kedatangan kalian ke markas !". Selah Collen.
" Aku tanya, dimana kejadian adikmu bunuh diri ?". Tanya Sean.
" Di hostel ". Jawab Collen.
" Lalu bagaimana kau bisa menuduhku membunuh adik mu sedangkan disaat yang bersamaan aku berada di markasmu malam itu ?!". Tangkas Sean membuat Collen semakin tak karuan. Sean menatap tajam dengan sunggingan tipis di bibir nya. " Apa kau putra Baron Scorpion itu Collen ?!". Ucap nya, Collen menatap kejut mata Sean karena jati dirinya dengan mudah terbongkar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Sheila Kirana
terima kasih update nya
2022-10-25
1
guest1052940504
semangat greget seru....
2021-06-08
2
✨마리아~아미 💜
makin kesini mkin seru
2020-12-29
8