" Sepertinya wajah datar mu itu hanya topeng !". Seru Leyka seolah tengah mengejek Sean mengingat sikap Sean selama di Universitas berbeda saat bertemu dengan Leya, Sean begitu lembut dan manja.
" Pantas saja kakakku tak asing dengan nama mu !". Ucap Sean.
" Bukan hanya nama tapi dia pun tak kenal dengan wajah ku !". Keluh Leyka.
" Tidak masalah bukan ? apa kau begitu ingin di kenali oleh kaka ku ?!". Selidik Sean.
" Apa mommy mu tak pernah mengatakan tentang perjodohan antara Nara dan juga Leyka ?!". Tanya Leya penasaran karena reaksi Sean yang membuatnya seperti itu.
" Tidak, mommy tak pernah mengatakan apapun !". Ujar Sean terdiam ". Apa benar apa yang kau ucapakan bi ?!". Tanya Sean.
" Apa karena itu juga kau rela mencari pekerjaan di sini ka ?!". Tanya nya pada Leyka dan dia mengangguk.
Hahahaha, Sean tertawa karena ekspresi dari Leyka membuat dirinya geli. Ketidak tahuan perjodohan antara Nara dan juga Leyka membuat Sean menatap kasihan karena Leyka sama sekali tidak Nara kenali.
" Kenapa kau tertawa seperti itu ?!". Heran Leya.
" Tidak bi, hanya saja selama dia menjadi dosen di sana, mungkin dia tak pernah sekalipun saling sapa, buktinya kaka ku pun tak tahu Leyka itu siapa !". Seru Sean.
" Bukan seperti itu, dia begitu dingin dan acuh membuatku bingung harus bagaimana !". Keluh Leyka. " Di tambah dia sepertinya benar-benar tak mengenaliku !". Keluh nya kembali
" Itu lah kaka ku, dia tak sama dengan mereka yang begitu tergila-gila kepadamu ! Ka Nara memang menggilai pria tampan tapi itu berlaku hanya kepada paman-paman nya dan juga daddy nya, di luar itu dia biasa saja !". Tutur Sean.
" Begitukah ? apa akan sangat susah jika mendapatkan hatinya ?!". Semangat Leyka.
" Entahlah, aku hanya dapat mendukung mu saja ka ! tapi berjanjilah setelah kau mendapatkan hatinya, siapapun kaka ku dan bagaimana pun keadaan nya, kau jangan coba-coba meninggalkan dan menyakitinya ! jika tidak kau akan berurusan dengan kami ". Ucap Sean dengan ancaman pedas kepada Leyka.
" Tenanglah, Bibi yakin Leyka bukan tipe pria yang ada di dalam otak mu itu !". Ujar Leya.
Sean hanya takut jika dia tahu Nara adalah seorang mafia, dia akan memutuskan untuk menjauhinya saat hati Nara telah melabuh pada Leyka.
" Ketakutan mu itu aku janji tak akan pernah terjadi !". Leyka meyakinkan Sean dengan begitu mantap nya.
" Aku pegang kata-kata mu itu !". Tekan tajam Sean.
Mereka mengobrol dengan panjangnya sampai dering telpon Leya berbunyi.
" Sean, bibi harus pulang ! suami bibi menunggu di rumah ! terimakasih sudah datang ! sampaikan salam bibi untuk semuanya, jika tak ada kendala, besok bibi harus kembali lagi ke makau ". Ucap Leya memegang tangan Sean lembut.
Mereka pun berpisah di sana, Sean merogoh handphone nya dan mendapati panggilan yang tak terjawab dari Shane dan juga Shabila.
" Pantas saja !". Ujar nya melihat handphone miliknya dalam keadaan silent. Sean menghubungi ulang Shabila dan juga Sean.
" Yaak, kau kemana saja ?!". Teriak Shane terdengar kesal dan marah.
" Bisakah kau tak berteriak seperti itu Shane ? telingaku sakit !". Seru Sean menjauhkan handphone dari telinganya.
" Apa Ka Nara sedang bersama dengan mu ? sedari tadi dia pun tak dapat di hubungi !". Panik Shane, Sean menegang sembari melihat jam di tangan nya. Langit pun mulai gelap menandakan hari mulai malam.
" Kalian sekarang berada di mana ?!". Tanya Sean.
" Kami sedang mencarinya, di jalan yang penuh dengan bangunan hostel ! cepat kemarilah ka ". Seru Shane.
" Baiklah, kaka akan ke sana !".
**
Di sebuah ruangan, dapat di katakan jika itu adalah kamar dengan satu jendela bertirai kan kain tembus pandang berwarna putih, ranjang ukuran satu orang dengan tumpuan kayu berwana cokelat terduduk seorang Nara dengan darah di kedua tangan nya. Tatapan nya tajam dan juga dingin, tangan Nara mengepal memegang belati yang telah berlumuran dengan darah kental. Kamera tersembunyi masih merekam kejadian dari awal kedatangan mereka sampai saat mereka hendak melecehkan Nara yang masih memejamkan matanya.
Obat bius yang di suntikan kepada Nara sangat berdosis tinggi membuat Nara dengan mudah di lumpuhkan. Tipuan mereka membuat Nara lengah akan pergerakan yang di lakukan.
" Kalian ingin bermain dengan ku ? maaf, tapi aku tak dapat memenuhi semua keinginan kalian itu !". Garang Nara memainkan belatinya, mereka yang masih tersadar begitu ngeri melihat keadaan diri mereka sendiri karena ulah satu monster yang berada di antara mereka berlima, mereka tak pernah menyangka akan berakhir seperti ini, dilihat dari paras Nara yang lembut membuat mereka berpikir akan mudah menyelesaikan titah dari tuan nya.
" Siapa kau ? kenapa kau begitu kejam dan juga kuat ?!". Gagap salah satu pria itu dengan kesadaran sedikit masih normal tapi terdengar rasa sakit dari suaranya.
" Tch, sudah seperti ini kau baru bertanya siapa diriku ?!". Santai Nara berdiri mendekatinya, ujung belati yang begitu tajam menempel di bawah dagu pria itu untuk menjadi alat bantu Nara menengadahkan kepalanya.
Mereka saling tatap. " Katakan, apa yang akan kalian dapatkan jika kalian berhasil melecehkan diriku dan berhasil membunuhku ?! Apa tuan kalian itu akan sangat senang dan juga berjingkrak Ria ? aku tak tahu alasan apa yang membuat dia memerintahkan kalian untuk menculik dan melecehkan ku tapi yang aku tahu, aku tak akan pernah membiarkan siapapun menyentuh ku walau itu hanya seujung kuku !". Tajam Nara menggeser belatinya ke leher pria itu dan sedikit demi sedikit menekankan ujung nya sampai darah keluar.
Jeritan yang terdengar tidak Nara pedulikan, Nara menganggap jeritan itu sebagai alunan nada yang telah lama tidak ia dengar.
Seketika, lima pria terbujur kaku dalam satu ruangan dengan darah segar masih mengalir dari masing-masing tubuh, sampai salah satu dari mereka yang berada di atas ranjang kecil pun menjadikan seprai yang membalut kasur tak lagi berwarna putih. Darah merembes dan mengalir, dapat di tebak jika luka yang di berikan Nara bukanlah hal yang main-main.
Nara masuk ke dalam kamar mandi berukuran kecil tapi di lengkapi dengan wastafel juga cermin di depan nya. Nara memandang bayangan nya di kaca, wajah nya di hiasi bercak merah seolah merembes pada kulitnya.
Nara mengikat rambut dan membasuh wajah nya sampai benar-benar bersih dengan air yang begitu sangat dingin. Matanya menatap tajam bayangan dirinya di cermin. " Siapa yang berani bermain-main dengan ku ?!". Garang Nara menajam dengan tangan mengepal sembari menumpu di pinggir-pinggir wastafel.
Nara kembali dari kamar mandi dan terduduk di atas nakas yang sedikitpun tak terdapat noda darah di sana. Tangan Nara mengepal menatap mereka satu persatu sampai dimana matanya menangkap lambang yang tergambar di bawah pergelangan tangan dari mereka.
Nara beranjak dan keluar dengan ekspresi seolah tak terjadi apa-apa, dia berjalan dengan cepat dan tergesa-gesa, entah kemana lagi dia akan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
waah teryata hebat nara
2021-12-25
0
Renireni Reni
salah cari musuh tuh...
2021-11-30
0
Petoer
Nara Sadis kya Ruby ibu angkatnya....🤣🤣🤣👍👍👍👍💪💪💪♥️
2021-07-27
1