Sebagai mahasiswi tahap akhir yang sebentar lagi akan wisuda, Paloma hanya datang ke kampus untuk mengecek acara penerimaan mahasiswa baru di kampusnya.
Paloma sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis bertanggung jawab sebagai Ketua Panitia Umum dalam acara tersebut.
"Apa semuanya sudah siap Hana?" Paloma tampak mengamati Auditorium R. Soeria Atmadja FEB.
Auditorium ini seringkali digunakan untuk keperluan kampus seperti pengukuhan guru besar, pemilihan dekan, serta kegiatan mahasiswa lainnya seperti seminar, training dll.
Selain tempatnya yang cukup strategis gedung ini dilengkapi dengan fasilitas standar internasional seperti LCD, projector, sound system, air conditioner (AC), dll.
"Semua sudah siap sesuai rencana Paloma, kamu tenang saja besok acara penyambutannya pasti berlangsung dengan sukses."
Hana sangat bersemangat menunggu acara besok, dia terlihat puas dengan susunan acara yang sudah disusun oleh panitia seksi acara.
Hana Wijaya adalah sahabat baik Paloma sekaligus Wakil Ketua BEM di FEB, Hana juga merupakan anak Ketua MPR-RI.
Mereka bertemu sejak masuk SMP dan menjadi semakin dekat saat satu kelas sampai sekarang. Memiliki hobi yang sama yaitu senang menonton film, kerapkali mereka menginap dirumah Hana ataupun Paloma.
"Baiklah aku percayakan semuanya padamu Hana, aku harus ke perusahaan sekarang. Ka Ali sudah menunggu aku disana." Paloma berdiri dari tempat duduknya dan melangkah pergi menuju pintu keluar meninggalkan Auditorium.
"Jangan lupa besok jam delapan kamu sudah harus datang Paloma. Kamu akan memberikan sambutan nanti."
Hana sedikit berteriak karena melihat Paloma yang sudah pergi menjauh, dia terlalu asik membaca susunan acara besok dan tidak menyadari kalau Paloma sudah pergi beranjak dari tempat duduk.
Paloma hanya melambaikan tangan sebagai tanda mengiyakan perkataan sahabatnya itu.
Saat keluar dari Auditorium Paloma langsung di sambut oleh Satuan Pengamanan Presiden (Paspampres) untuk mengawal Paloma kemanapun dia pergi. Mereka bertugas untuk menjaga dan melindungi anak satu-satunya dari Presiden Kevin Hendrawan.
Paloma masuk ke dalam mobil yang telah standby didepan pintu keluar Auditorium. Di dalam mobil ada seorang Paspampres yang menjadi supir pribadi Paloma, dan seorang ajudan kepercayaan keluarga Hendrawan bernama Austin.
Austin adalah ajudan sekaligus keponakan dari Kevin Hendrawan, ibunya seorang warga Amerika yang menikah dengan paman Paloma bernama Kerta Hendrawan.
Austin seperti seorang kakak kedua bagi Paloma, ia menyayangi Austin layaknya Ali kakak tiri Paloma.
"De, sudah makan siang belum?"
Austin memperhatikan wajah Paloma dari samping, dia duduk dibelakang kemudi disamping Paloma.
"Nanti aja Ka, kalo udah sampai di perusahaan. Kita harus segera kesana karena banyak yang harus aku kerjakan. Ka Ali benar-benar membuat aku sibuk akhir-akhir ini." Paloma menarik nafas kasar mengingat pekerjaannya yang menumpuk di perusahaan.
"Ya sudah kalo gitu, kita nanti sekalian makan siang bareng Ali saja disana." Austin tersenyum lembut menatap Paloma.
Dia tahu tanggung jawab yang besar sedang menunggu Paloma di sana, apalagi Paloma adalah pewaris satu-satunya Hendrawan, Corp. Tinggal menunggu Paloma diwisuda dan dia akan langsung duduk di kursi CEO menggantikan ayahnya.
Jarak antara Depok dan Jakarta menghabiskan waktu sekitar satu jam lamanya. Meskipun dikawal oleh Paspampres tapi Paloma sama sekali tidak mau menggunakan Patwal kecuali untuk urusan mendadak dan kepentingan yang menyangkut ayahnya sebagai Presiden, jadi hanya ada 2 mobil yang mengikutinya. Satu mobil didepan, dan satu lagi dibelakang mobil Paloma.
Memasuki kawasan yang cukup sepi tiba-tiba saja mobil yang ada di depan mereka meledak, supir yang mengemudikan mobil Paloma langsung mengerem mendadak dan berbicara redcode pada headphone yang dipakainya.
Austin juga tampak terkejut, ia mengambil pistol dari balik jas dan terlihat waspada. Matanya tak berhenti menatap keluar mobil mengawasi sekitar mereka.
Paloma ketakutan dan menunduk bersembunyi dibelakang kursi di depannya.
..."Jangan keluar dari dalam mobil Nona Paloma."...
Pak supir yang juga anggota Paspampres berbicara dengan raut wajah yang tak terbaca, dia tahu kalau keadaan saat ini sangat genting.
Austin menepuk pelan pundak Paloma. "Jangan takut Dik, Ka Austin ada disini. Tidak akan ada yang berani menyakitimu sekalipun nyawa Ka Austin taruhannya."
Paloma berusaha untuk tetap tenang walau sebenarnya dia ketakutan, sungguh baru sekarang Paloma merasakan hal seperti ini. Biasanya dia hanya melihatnya di film-film action yang biasa Paloma tonton bersama Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
sari ariswati
genre mafia,i like it😍
2022-04-28
0
Ibelmizzel
hadir Thor,penasaran.🌹
2022-02-06
0
🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴
Penasaran
2021-11-23
0