Ririn menikmati pijatan pada punggungnya. Ternyata menyenangkan bisa memanjakan diri sendiri. Pantas saja banyak tempat spa yang baru dibuka pasti karena banyaknya pelanggan spa.
Sebelumnya ia merasakan totok aura, wajahnya diberi serum terus dipijat-pijat, bagian dagu dan pipi ditarik ke atas, terus wajahnya diberi masker. Sambil menunggu masker kering, telinganya dibersihkan dengan ear candle.
"Gimana Rin, badan jadi rileks kan?" Citra juga melakukan perawatan yang sama dengan Ririn. Malahan Citra yang memilih jenis paket spanya, ia memilih paket yang paling mahal.
"Makasih ya Mbak udah ngajakin aku... baru sekarang deh aku ngerasain perawatan spa."
"Gimana kalo sekarang kita buat jadi kegiatan rutin... we time... sebulan sekali gimana?... setuju?"
Seperti biasa Ririn hanya tersenyum, buat dia biaya spa ini sangat mahal, rasanya sayang kalau uang sebesar itu dipergunakan hanya demi kesenangan pribadinya, terasa egois baginya.
Langkah perawatan selanjutnya adalah ratus. Therapist membakar bubuk di atas arang, bubuk itu merupakan rempah-rempah yang ketika dibakar diatas arang mengeluarkan aroma yang cukup menyengat tapi terasa menenangkan. Ririn dipersilahkan duduk di atas bangku khusus, kemudian arang yang tadi diletakkan dibawah bangku dan dikipasi terus oleh mbak therapistnya. Terasa hangat. Katanya perawatan ratus ini dilakukan oleh putri keraton jaman dahulu. Kata mbak therapist perawatan ini untuk menjaga kelembaban organ kewanitaan, biar harum dan kesat. Ehm... dengar penjelasan seperti itu Ririn jadi malu sendiri, pikirannya kayaknya ngelantur kemana-mana... maklum mau jadi pengantin.
Setelah selesai semua langkah perawatan dilakukan, Ririn dan Citra disuguhi ginger tea sebelum mereka meninggalkan tempat spa tersebut.
"Body lotionnya wangi banget ya Rin?"
"iya, wangi bunga Mbak... malahan tadi pas diolesin body lotion aku ngantuk banget hampir ketiduran," Ririn terkekeh.
Kali ini yang mengantar Ririn dan Citra ke tempat spa adalah Pak Danu bukan Devan, karena ini hari kerja Devan harus ke kantor. Lagipula kasihan kalau Devan yang mengantar karena menunggu mereka berdua melakukan perawatan pasti sangat membosankan.
"Rin tadi kamu ngerasa kepanasan nggak pas lagi ratus treatment?"
"Pertamanya memang anget tapi iya sih lama kelamaan jadi terasa panas," Ririn tertawa.
"Itu kan waktunya 30 menit, aku nggak kuat kepanasan jadi minta udahan, mungkin aku tadi cuma tahan 20 menit," Citra juga ikut tertawa.
Ririn merasa semakin hari dirinya semakin akrab dengan Citra. Citra memperlakukan Ririn sangat baik, seperti pada adiknya sendiri. Ririn pun menghormatinya. Usia Citra mungkin sama dengan usia Devan, katanya mereka kan teman SMA. Ririn berharap Citra akan terus bersikap baik pada dirinya, sehingga ia tidak terlalu takut mengarungi kehidupan rumah tangga sebagai istri kedua apalagi tanpa cinta.
"Kenapa Rin? Kamu kok liat aku kayak gitu?"
"Mbak itu cantik, cantik sekali, anggun, baik hati..."
"Wah... wah... stop... cukup... nanti aku bisa terbang, terlalu banyak pujian," Citra tertawa.
"Memang betul semua yang aku ucapkan, aku aja yang seorang perempuan betah berlama-lama didekatnya, apalagi Mas Devan yang seorang laki-laki" gumam Ririn dalam hatinya
"Apa aku nanti hanya berfungsi sebagai pelengkap saja yang diharapkan bisa menghadirkan seorang anak?"
"Kalau seorang anak sudah kulahirkan, bagaimana dengan nasibku selanjutnya?"
"Rin, kamu mau kerumahku dulu? Biar nanti yang nganter pulangnya Mas Devan."
"Langsung pulang aja Mbak, biar Pak Danu aja yang nganter, kasihan Mas Devan pasti capek pulang kerja terus harus nganter aku lagi..."
"Okey... Pak Danu, tolong antar saya dulu pulang ke rumah, lalu kemudian antar Bu Ririn." Citra memberi perintah pada Pak Danu.
"Baik Bu." Pak Danu mengangguk sambil melihat lewat kaca spion ke kursi belakang.
...***...
"Teteh tadi pergi kemana?" Tami langsung menginterogasi Ririn begitu tiba di rumah.
"Ke spa... katanya perawatan buat calon pengantin."
"Pantesan Teteh kelihatan lebih glowing gitu." Tami memandangi wajah Ririn
"Duh, Teteh harus mulai hati-hati nih... biasanya kalo udah muji-muji kayak gitu tuh terus minta duit dah ujung-ujungnya," Ririn tertawa.
"Ah si Teteh mah suka su'udzon... dosa tau...
eh tapi kalo mau ngasih duit mah pasti boleh atuh.. mana Teh mana..." Tami menengadahkan tangan kanannya, tangan kirinya menutup jidatnya, jaga-jaga kalau Ririn menyentil jidatnya.
"Nih sepuluh rebu buat jajan baso."
"Asyik... makasih Teh." Sreet... uang sepuluh ribu langsung masuk kantong.
"Teh... kalo di spa itu.. kita diapain aja?"
"Wajah kita dipijat-pijat, badan kita dikasih luluran terus dipijat-pijat, tangan... kaki... dioles-oles terus dipijat-pijat juga... Pokoknya enak banget... cuma bayarnya mahal."
"Aku juga mau dong diajak ke spa.. pengen nyobain Teteh.. paling aku mah ke salon buat potong rambut doang."
"Iya nanti kalo kamu mau jadi pengantin, sama Teteh diajakin ke spa."
"Ah si Teteh mah itu sih masih lama banget, masih bertahun-tahun lagi..." Tami mencebikkan bibirnya.
Ririn hanya mentertawakannya.
...***...
Ririn duduk didepan meja riasnya, ditatapnya cermin yang ada dihadapannya. Benarkah wajahnya terlihat sedikit berbeda? Kata Tami sih jadi glowing.. Benarkah setimpal besarnya uang yang dikeluarkan dengan hasil yang didapatkan? Diraba pipinya ... iya kayaknya jadi lebih halus. Selain itu Ririn juga merasa kesenangan tersendiri ketika diperlakukan bak putri raja. Jadi sebenarnya hasil dari spa itu ada dua hasil fisik dan hasil psikis. Inilah ternyata yang dirasakan kalau punya banyak uang, bisa menghasilkan kecantikan dan kesenangan... mungkin...
Ririn merenung, apa karena uangkah ia bersedia dinikahi Devan? Bukankah ia mau menikah demi bisa menghidupi keluarganya? Artinya sama saja bukan kalau ia menikah demi mendapatkan uang? Apakah ia seorang yang picik?... yang hanya mementingkan supaya bisa mendapatkan uang... Ataukah seorang yang realistis?... semua orang pasti memerlukan uang.
Aku pasti termasuk yang realistis... Aku orang yang perlu uang dan tidak ada aturan atau norma yang kulanggar... Aku tidak mencuri... Aku tidak menipu... Aku tidak berbohong... Aku tidak merebut suami orang...
Walau alasanku untuk menikah terasa absurd, aku bertekad akan menjalani pernikahanku nanti dengan sebaik-baiknya, aku akan memperlakukan suamiku dengan baik, aku akan taat dan patuh kepada suamiku... Insya Allah...
*********************************************
terima kasih sudah membaca novel ini, mohon beri dukungan author dengan memberikan rate, vote, comment n like ya 😘😘😘
*********************************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Nona Bucin 18294
semangat updatenya kak
salken dari Mama muda 😊💜💜💜💜
2021-08-21
0
Andropist
up
2021-07-16
0
Isma Aji
dukungan datang 🤗
2021-07-15
0