Sepanjang perjalanan untuk mengantar Ririn pulang ke rumahnya, Devan banyak bertanya pada Ririn.
"Warna apa yang kamu suka?"
Ririn terdiam sejenak. "Sepertinya aku menyukai semua warna... tapi ada suatu ketika ada yang kulakukan secara tidak sadar... ketika sekolah dulu, ketika memilih jaket aku pilih warna ungu, ketika memilih tas aku pilih warna ungu, juga ketika memilih sepatu aku pilih juga warna ungu... alhasil ketiga barang itu adalah yang paling sering dipake, temen-temen yang komen, eh Rin kamu suka banget ya sama warna ungu, cocok katanya buat yang jomlo." Ririn tertawa.
"Lalu pernah juga ketika aku meneliti baju yang ada di lemari, ini sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, bawahan rok atau celana panjang banyak yang warna coklat sedang atasan warna kuning." Ririn tertawa lagi.
"Sungguh itu tidak sengaja, biasa kalo belanja aku suka model bajunya kemudian aku beli."
"Kalau sekarang bagaimana, baju warna apa yang paling dominan di lemarimu?"
"Biru, biru muda, biru langit, biru laut, biru dongker." Ririn terkekeh. Devan juga ikut terkekeh.
"Mungkin secara tidak disadari kesukaanmu terhadap suatu warna tertentu mencerminkan kepribadianmu sesuai dengan umurmu, dulu ketika remaja secara tidak sadar kamu sering memilih warna ungu.... katanya warna ungu itu mencerminkan orang yang mandiri, imajinatif dan jiwa spiritualnya tinggi....
Lalu kemudian kamu menyukai warna coklat dan kuning... katanya warna coklat mencerminkan kenyamanan dan kehangatan, kalo warna kuning mencerminkan keceriaan, kebahagiaan dan energi semangat...
Sekarang secara tidak sadar juga kamu lebih memilih warna biru, itu mungkin menandakan kedewasaan kamu karena katanya warna biru itu mencerminkan ketenangan, sejuk, santai."
"Wah ... pengetahuan Mas tentang warna luar biasa." Ririn bertepuk tangan.
"Kamu masih belum nyaman ya memanggilku Mas?"
"Ya, masih canggung , tapi akan kubiasakan," Ririn tersenyum.
"Rin, aku akan membeli rumah untukmu tinggal setelah menikah."
"Rumah? untukku?"
"Iya, memangnya kita akan tinggal dimana setelah menikah?"
"Mas kan udah punya rumah sama Mbak Citra ... Aku bisa tetap tinggal sama Emak sama si Ade...." Ririn menjawab dengan polosnya.
"Tapi Ririn orang yang menikah itu harus tinggal bersama, tidur bersama..."
"Tidur bersama?" Mata Ririn membelalak.
"Ya iyalah... bagaimana bisa punya anak kalo kita tidak tidur bersama?" Devan terkekeh.
"Anak..." Ririn berkata pelan sekali. Bagaimana bisa ia lupa tujuan awal dari hubungannya dengan Devan?
"Ehhm... kita kembali ke topik awal, kamu mau rumah kita seperti apa?"
"Mmm, mau yang ceria , dicat warna warni seperti sekolah TK, genjreng gitu lho... mau ada ayunan didepan rumah, mau punya halaman yang ditumbuhi banyak bunga... bunganya juga mau warna warni... mau punya macam-macam anggrek, mau punya kolam kecil diisi ikan koi warna-warni... " Ririn tersenyum sambil menerawang.
"Aduh aku nggak bisa bayangin tuh rumah ramenya kayak apa, semuanya warna warni." Devan terkekeh kembali. Kalau Citra kebalikannya, ia selalu menyukai warna pastel dan tidak akan mencampurnya menjadi warna warni... warna warni.
"Bukannya anak-anak suka warna ceria? Katanya warna bisa merangsang kecerdasan anak." Mata Ririn berbinar-binar.
"Kamu suka anak-anak?"
"Suka banget... mungkin karena punya si Ade, aku sering mandiin, ngajak main, dia ngegemesin waktu kecil kalau sekarang banyak ngeselin.. sebentar-sebentar minta uang buat beli makanan si Beno... cita-citanya sekarang pengen bikinin rumah yang bagus buat si Beno ... ayamnya itu." Ririn sampai berapi-api bicaranya
Devan tertawa, "Si Ade lucu ya... sayang banget dia sama di Beno."
"Iya cita-citanya bukan bikinin rumah buat Emak, malah pengen bikinin rumah buat si Beno." Ririn ikut tertawa.
"Sekarang kembali lagi ke topik rumah kita, kamu mau perabotan seperti apa untuk isi rumahnya?"
"Aku tidak suka banyak kayunya aku suka yang..."
"...warna warni " mereka serempak mengatakannya, lalu tertawa bersama.
"Kalo ada halaman belakangnya, aku mau menanam pohon yang berbuah. Mas tahu nggak aku dulu jago naek pohon...."
Devan terbelalak tak percaya, "Kamu?..."
"Iya... tapi ini dulu ketika masih kecil... terus suatu hari aku naek pohon jambu batu tinggiii banget, mataku fokus sama satu jambu batu yang udah mateng... wajahku tengadah terus kearah jambu batu itu sampai akhirnya bisa kupetik. Tapi... pas mau turun lihat kebawah, kakiku kegemeteran saking tingginya, langsung deh nangis teriak-teriak manggil Bapak ..."
"Bapak datang bawa tangga, ternyata... satu tangga tidak cukup untuk menurunkanku, Bapak harus menyambungkan dua buah tangga dan membujukku mau memberanikan diri untuk turun."
Devan tertawa terkekeh-kekeh mendengar cerita Ririn, " Kamu tomboy sekali waktu kecil ya?"
"Dulu aku punya rok itu cuma seragam sekolah, seingatku dulu aku beberapa kali berkelahi sama anak laki-laki."
"Waduh!" Devan sampai membelalak mendengarnya. Beda sekali dengan Citra, dulu ketika sekolah ia melihat Citra itu bak seorang putri, bicaranya lembut, sopan dan sangat anggun.
"Sekarang kamu berencana mau nanam pohon di belakang rumah, kamu mau ngajarin anak kita naik pohon?"
"Iya!... boleh?"
"Nggak!! jelas nggak .. nanti gimana kalo anakku itu bisa naik nggak bisa turun kayak kamu? Aku kan nggak bisa nolongin... akunya aja nggak bisa naik pohon." Devan terdengar sewot.
"Euleuh-euleuh.... Mas jangan marah ya... kan anaknya juga belom ada." Ririn mencoba tersenyum pada Devan yang sedang cemberut.
Citra nggak pernah membuat Devan sewot, sepertinya ia selalu mengerti apa yang Devan inginkan. Devan membanding-bandingkan Citra dengan Ririn.
"Sebentar lagi sampai Mas." Ririn mengingatkan.
Akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai juga didepan rumah Ririn. Devan ikut turun , mau menyapa Bu Nani katanya.
"Assalaamualaikum Bu." Devan menyapa Bu Nani. "Maaf pulang malam, tadi Ririn saya ajak makan dulu."
"Wa'alaikumsalaam... masuk dulu nak..."
"Lain kali Bu, terima kasih. Saya mau langsung pulang."
"Aku pulang dulu Rin."
"Hati-hati dijalan Mas."
*********************************************
terima kasih sudah membaca novel ini, mohon beri dukungan author dengan memberikan rate, vote, comment n like ya 😘😘😘
*********************************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
mizuki
Ternyata si ririn matre juga ya..
2023-03-09
0
N13
auto ngakak
2022-07-31
0
Aly'Jawa
yg namanya poligami pasti akan ada salah seorang yg terluka karna merasa di perlakukan tidak adil suatu hari nanti
2022-02-03
0