Ririn membuka kerudungnya, mengganti pakaiannya dengan daster tanpa lengan lalu bergegas mengambil air wudhu. Tadi sewaktu di rumah Devan ia baru melaksanakan shalat maghrib. Sekarang ia hendak melaksanakan shalat isya.
Ya Allah kalau Devan adalah jodohku maka dekatkanlah tetapi kalau ia bukan jodohku maka jauhkanlah. Aamiin.
Setelah selesai shalat, Ririn membersihkan wajahnya. Lalu membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur kecil miliknya. Begitu banyak kejadian luar biasa yang terjadi minggu ini. Dirinya bagai terbawa arus deras yang tak bisa dilawannya.
"Teh, sudah tidur?" terdengar suara ibunya.
" Belum Mak."
Bu Nani duduk ditepi tempat tidur, Ririn pun beranjak duduk.
"Mak pikir Teteh akan menolak lamaran bosnya Teteh itu,.... apa yang membuat Teteh menerimanya?"
"Tadi Teteh bertemu dengan istrinya Mas Devan.."
"Bertemu dengan istrinya?" Bu Nani membelalak memotong pembicaraan.
Ririn mengangguk. "Istrinya yang meminta Teteh supaya mau dijadikan istri oleh Mas Devan. Ia menyuruh Mas Devan menikah lagi karena sampai sekarang ia belum bisa mempunyai anak. Ia takut selamanya tidak bisa punya anak. Kasihan dia.... padahal dia cantik sekali, baik lagi. Bingkisan tadi aja dia yang nyiapin."
"Teh pernikahan itu tidak mudah. Belum lagi kalau menyandang status sebagai istri kedua. Mungkin akan ada gunjingan dari tetangga, teman Teteh atau bahkan dari saudara kita. Apa Teteh siap dengan hal seperti itu?"
"Insya Allah Mak,.... sebenarnya mah Mak kalau masalah gunjing menggunjing jangankan jadi istri kedua, masalah apapun orang lain mah hobi menggunjing teh... ngagosip katanya."
"Mak do'ain Teteh terus ya... Teteh juga berdoa terus... meminta kebaikan dalam kehidupan Teteh, mungkin ini jalan hidup Teteh, Teteh akan jalani dengan cara yang baik."
Bu Nani memeluk Ririn. "Atuh Teteh nggak usah diminta oge Emak mah ngedo'ain Teteh terus, pake doa sapu jagat, semoga Teteh diberi kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.."
"Teteh berdoa semoga diberi kekuatan... atuh da Teteh juga galau, belum pernah dekat dengan laki-laki manapun apalagi pacaran tiba-tiba sekarang teh mau dilamar mau nikah."
Bu Nani mengelus rambut Ririn.
...***...
"Surat apa ini Rin?" tanya Pak Yudha.
"Surat pengunduran diri saya Pak, saya ingin Bapak mengetahui terlebih dahulu sebelum saya menyerahkannya ke bagian HRD."
"Alasannya mau menikah? Kok kayaknya tiba-tiba begini?" tanya Pak Yudha bertubi-tubi.
"Soalnya saya tiba-tiba dilamar, tiba-tiba diajak nikah... jadi semuanya tiba-tiba... begitu Pak," Ririn nyengir memandang Pak Yudha.
"Pak kepada siapa saya harus mulai mendelegasikan tugas-tugas pekerjaan saya?"
"Berikan saja dulu file-file yang sedang kamu kerjakan pada Erna, saat ini saya belum bisa menunjuk orang untuk bisa menggantikan kamu."
...***...
"Wih... Teh Ririn mau kawin nih.." Ferry heboh.
"Mau Nikah.."
"Eh iya.. nikah, pan kawin mah sesudah nikah ya?.. Tapi kenapa ngundurin diri Teh? Kan yang lain juga banyak nikah tapi tetep kerja."
"Biar fokus ngurus suami.. he..he.." Ririn terkekeh, 'aku juga masih mau kerja, ini mah kepaksa' inginnya menjawab seperti itu.
"Eh, kamu tahu dari siapa kalau Teteh mau nikah?"
"Tadi denger Pak Yudha lagi ngobrol sama Mbak Erna"
"Deuh.. kamu mah punya telinga kayak gajah ya.. bisa denger frekuensi rendah.. cocok buat penggosip sejati."
"Ah Teteh mah kalau ngomong sama aku.. suka pedes ... nyakitin... aku mah bukan penggosip."
"Iya bukan penggosip... tapi pengghibah."
"Atuh Teteh ngegosip sama ngeghibah mah sama aja artinya tukang ngomongin orang,.. tuh kan Teteh mah kalo ngomong suka pedes!"
"Pedes... pedes... emang mulut Teteh cabe.. wew," Ririn meleletkan lidahnya pada Ferry.
"Fer.. tapi kayaknya nanti Teteh paling kangen
sama Ferry.. soalnya kamu paling cerewet... paling iseng sama Teteh."
"Uh.. so sweet.. Teteh kangen mah tinggal telpon aja, video call, email juga bisa... Kan sekarang teh zaman teknologi canggih."
...***...
"Mbak Erna, semua file yang aku kerjakan, aku masukkan ke flashdisk ini, tapi selama aku masih masuk kerja, data-data proyek tetap aku entry."
"Eh, Rin, bener kamu mau nikah?"
"Iya Mbak."
"Kok tiba-tiba? Aku nggak pernah lihat kamu dijemput pacar kamu."
"Aku tuh emang nggak pacaran Mbak Er. Aku tuh langsung ditodong diajak nikah."
"Lho gimana bisa... nggak pacaran tapi nikah?"
"Ya bisa Mbak Er, tinggal dibalik aja, nikah dulu baru pacaran, enak udah halal nggak nambah dosa," Ririn tertawa
Duh, untung nggak nanya calon suaminya, aku bingung jawabnya, Ririn bergumam dalam hati.
...***...
Drrt...drrt..
Pesan masuk 'datang ke ruanganku' nomor ta dikenal tapi Ririn sudah tahu siapa itu.
Ririn naik lift lalu menghampiri meja Shania, "Mbak, saya dipanggil Pak Devan," Ririn tersenyum pada Shania.
Tok..tok..tok..
"Ya, masuk."
"Pak ada Ririn disini."
"Suruh dia masuk."
Ririn masuk, tanpa menunggu disuruh ia sudah duduk di kursi tamu.
"Sudah menyerahkan surat pengunduran diri Rin?"
"Sudah Pak."
"Kok Pak... Mas...."
"Tapi ini dikantor..."
"Tapi kita cuma berdua..." Devan tidak tahu sejak kapan ia jadi senang menggoda Ririn. Ia senang kalau melihat Ririn salah tingkah.
"Teman-teman sudah tahu alasan aku mengundurkan diri karena akan menikah. Untungnya belum ada yang bertanya dengan siapa aku menikah."
"Kenapa bingung? Bilang saja akan menikah denganku. Kamu akan jadi istri sahku, bukan simpananku."
Ririn mendelik "Apa tidak takut digunjingkan?"
"Yang berani menggunjing aku pecat."
"Pecat.. pecat... emang semudah itu mecat pegawai?"
"Kok kamu jadi judes gitu?"
"Maaf.. cuma emosi jiwa.. denger orang mau dipecat seenaknya.... Cukup aku saja yang diancam mau dipecat .. yang lain mah jangan." Ririn menyalurkan kekesalan hatinya.
Devan tersenyum. Wah sesuai dengan bintangnya Leo, galak. Sebelumnya kalo bicara sama aku sopan sekali karena melihat aku sebagai atasannya sekarang dia bicaranya lebih santai mungkin karena melihatku sebagai calon suaminya.
Ririn menarik nafas dalam-dalam, Wah, kayaknya aku bakal nyolot terus nih, sabar.. sabar...
"Kalau menurut peraturan kan sesudah menyerahkan surat pengunduran diri itu masih harus bekerja dahulu selama satu bulan, ya.. kan?"
"Jangan satu bulan, satu minggu aja, bulan depan kita nikah."
"Hahh?" Ririn melongo. "Aku kayak dikejar cheetah aja, semuanya buru-buru."
Devan tertawa, "Lah memang kenapa harus dilama-lama? Tidak ada alasan untuk menunda pernikahan."
"Tapi aku panik ..."
*********************************************
terima kasih sudah membaca novel ini, mohon beri dukungan author dengan memberikan rate, vote, comment n like ya 😘😘😘
*********************************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Fatur Rohman
asyiiik....
2022-02-24
0
🌷Mita Sari 🌷
wah ceritanya bagus, semangat thor... 💪💪💪 semakin penasaran aq thor....
2021-12-16
1
𝔸𝕝𝕖𝕖𝕟𝕒 𝕄𝕒𝕣𝕊
hadir😍😍
2021-06-18
1