kali ini untuk ke dua kalinya kami mencoba membuat beberapa kue yang bisa kami jual, tentunya dengan bantuan mbak Siva.
Setelah mendapat hasil yang memuaskan, kami pun langsung menitipkan kue tersebut ke setiap warung yang berada di kampungku.
...****************...
Di mulai dari menitipkan ke warung warung kecil, sampai dengan menerima pesenan, dan akhirnya setelah 2 tahun kami sudah bisa membuat beberapa menu kue dan juga roti serta mampu membuka toko kue sendiri, bahkan kami sudah bisa memperkerjakan beberapa karyawan untuk membantu kami.
Semua Ini adalah hasil kerja keras kami selama dua tahun. Sungguh ini adalah sebuah keberhasilan yang pantas untuk di banggakan, Namun sebagai seorang manusia tentu tidak akan merasa puas dengan apa yang telah di capainya, aku pun berkeinginan untuk memperbesar dan memperbanyak cabang toko kue kami.
" Alhamdulillah,, bapak bangga sama kalian." ucap bapak seraya memeluk ku dan juga Citra, setelah selesai mengadakan acara syukuran karena telah bisa membuka toko kue yang pertama milik kami.
dengan menyumbangkan sebagian penghasilan kami kepada anak anak yatim.
" Maksih ya Pak." jawab ku. Lalu aku pun memeluk Citra.
" Selamet ya Dek, maaf abang suka ledekin kalian." lirih abangku sambil memeluk ku dan juga Citra secara bergantian.
" Ga apa apa bang, ini semua juga berkat abang, kalo abang gak ledekin kita, kita gak bakal bisa maju kayak gini.Secara tidak langsung abang udah jadi motivasi buat kita" jawab Citra dan langsung di sambut dengan gelak tawa kami semua.
" Makasih ya Cit, udah jadi patner gue." ucap ku sambil terisak karena aku pun sama sekali tidak menyangka dengan semua yang telah kami dapatkan setelah 2 tahun ini.
" Iya sama sama, makasih juga." jawabnya.
Setelah beberapa hari membuka toko, toko kue kami menjadi semakin ramai, dan lebih banyak peminat.Kami pun harus bisa berbagi tugas satu sama lain.
Karena karakter ku yang dingin dan senyum ku yang mahal, seperti karakter para CEO di novel yang sering ku baca, hanya saja aku versi ceweknya dan nasib lah yang membedakan, sehingga bisa membuat para pelanggan kabur jika melihat wajah datar dan jutek ku.
aku pun hanya mendapat tugas untuk menerima pesenan via online. Alasan yang tidak masuk akal memang, tapi menurutku itu memang pekerjaan yang paling mudah, hanya menjawab dan membalas via telpon tidak sulit untuk ku.
Sementara Citra, dia memilih untuk menjadi kurir pengantar pesanan dengan alasan karna ia tidak suka bekerja di dalam ruangan, sebenarnya aku sendiri tidak terlalu setuju, namun aku tidak bisa melarang nya karena ini semua juga miliknya.Dan sebagai pemilik dia berhak menentukan apa yang dia mau.
" Gimana Rin?" tanya ku pada seorang karyawan yang bernama Rini yang aku tugaskan untuk menjaga sekaligus menjadi kasir. Saat aku baru datang.
" Alhamdulillah teh, lebih banyak dari kemaren." jawabnya dengan ramah.
" Alhamdulillah kalau gitu." Aku pun pergi ke bagian belakang toko untuk memeriksa para pekerja yang sedang sebuk membuat adonan serta mengemas roti dan kue yang siap untuk di pajang di etalase toko.
" Mana Citra?" tanya ku pada salah satu karyawan yang berada di sana.
Para pekerja di toko ku memang tidak terlalu banyak, hanya saja tidak penting bagiku untuk mengingat namanya, yang penting aku bisa mengingat wajah dan tanggal gajian mereka itu sudah cukup untuk ku, keliatan sombong memang, namun itu lah aku.
" Kayaknya tadi ke toilet teh." jawabnya , aku pun mengangguk dan kembali ke depan toko menghampiri meja tempat kerja ku yang bersebelahan dengan kasir.
Setelah beberapa detik ku senderkan punggungku ke senderan kursi , suara telpon terdengar dari atas meja.Aku pun langsung mengangkatnya.
Aku mencoba menyapa orang di sebrang sana dengan seramah mungkin, sesuai dengan dialog yang sudah di siapkan khusus untuk ku sebagai seorang pemerima panggilan.
Seperti biasa Rini melihatku dengan menahan tawanya, karena sapaan ramah ku tidak sesuai dengan wajah yang aku tampilkan.
Bagaimana tidak, aku selalu di bikin geram dengan samua sikap para pelanggan ku, yang selalu minta ini dan itu, dengan alesan pembeli adalah raja.
Dan kali ini pelanggan yang sedang berbicara dengan ku sepertinya orang asing yang baru pertama kali membeli di toko kue ku, terdengar suaranya yang belum begitu fasih berbahasa indonesia juga beberapa pertanyaan yang menanyakan menu kue apa saja yang tersedia di toko ku.
Setelah panggilan di akhiri, aku pun langsung mencari Citra kembali ke bagian belakang toko.
" Si Citra belum keluar juga ?" tanya ku sedikit berteriak pada semua orang yang berada di sana, berharap salah satu dari mereka mau menjawab.
" Apaan sih lu,, gue di sini." lirih Citra yang sedang terduduk di sebuah bangku dengan menegang perutnya ,serta wajahnya yang terlihat pucat seperti sedang menahan sakit.
" Lu kenapa, sakit?"
" Perut gue gak enak banget."
" Ya udah kalo gitu lu balik ja, biar gue yang jaga disini."
" Gak apa apa, gue di sini aja, tadi lu mau apa nyari gue."
" Ada pesenan, tapi kalau lu lagi sakit biar gue aja yang anter."
" Gak nyuruh ke yang lain aja Al?"
" Gak usah sama gue aja."
Aku pun lansung meraih helm serta kunci motor yang selalu di pakai Citra. Kemudian aku pun pergi menuju alamat yang di berikan pada ku tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
yg pesen siapaby
2022-08-26
0
Tri Yani
yg pesen ustad al... iya.. iyabetul thor
2022-02-28
0