Satu minggu lagi aku akan melaksanakan ujian, aku harus lebih giat belajar, setiap pulang sekolah aku mengikuti pelajaran tambahan, anggap saja sebagai ganti karena dulu aku sering membolos.
Ya, kali ini aku merasa menyesal, aku banyak ketinggalan mata pelajaran.
bersama Citra aku melajukan motor ku, meninggalkan gedung sekolah yang sudah terlihat sangat sepi, karena kegiatan belajar mengajar sudah selesai dua jam yang lalu, dan karena aku mengikuti kelas tambahan aku pulang paling akhir.
Hari semakin gelap awan hitam mengiringi di setiap perjalanan kami, di sepanjang perjalanan tak henti henti nya kita bergurau,sesekali Citra iseng menjahiliku dari belakang. bercerita kesana kemari, menyanyi, dan lainnya.
Sampai lampu merah di perapatan jalan menunjukan warna merah.
Sebagain warga negara yang baik aku pun mematuhinya.
Tak henti henti kita tertawa, tidak peduli dengan semua pengendara di sekitar kita yang memperhatikan, bahkan mungkin ada juga yang terganggu dengan suara cekikikan kita.
Sampai suara ponsel ku menghentikannya.
Aku pun merogoh ponsel yang berada di kantong jaket ku, karna lampu sudah hijau aku pun menyerah kan ponsel ku kepada Citra dan memintanya untuk mengangkat telpon yang sedari tadi berbunyi, aku tau itu pasti abang ku,dia sudah seperti alarm yang mengingatkan ku setiap aku pulang terlambat , lalu aku lajukan kembali motor kesayangan ku.
Tak lama kita pun sampai di pekarangan rumah ku, Lalu ku parkirkan motor ku, Citra turun lebih dulu, dan menyalami bapak ku yang sedang bersantai di teras rumah sambil bersiul memainkan burung peliharaan nya.
Setelah itu Citra pamit pulang ke rumahnya, aku pun masuk rumah setelah menyalami bapak ku lebih dulu, bapak sama sekali tidak menegur ku, mungkin beliau percaya aku memang benar telah mengikuti pelajaran tambahan.
Hujan pun turun dengan derasnya, di ikuti dengan petir yang saling bersahutan.
Aku obrak abrik tas ku, ku keluar semua isinya.tapi aku sama sekali menemukan benda yang penting untuk ku saat ini, aku tidak bisa mengikuti ujian jika aku tak memilikinya.
" Cit lu liat kartu peserta ujian gue gak?"
" Lah..emang lu taro di mana?"
" Kalo gue tau, gak bakal gue nanya ke lu."
" Lu gima sih.Ya udah , entar gue bantu cari."
Percakapan kita di sebrang telpon.
Setelah hujan reda Citra datang ke rumah ku, ia membantuku mencari kertas semacam KTP itu. semua tempat kami geledah bahkan semua isi kamar ku di bongkar,mungkin terselip di suatu tempat pikir ku.
" Gimana nih Cit, kemana lagi gue harus cari?" ku rebah kan tubuh ku di atas tempat tidur ku.Aku sudah merasa putus asa.
Citra pun ikut berbaring. wajahnya sedih , sama seperti ku ,Seakan merasakan apa yang ku rasa.
" Kita coba minta tolong aja sama Pak Dedy, siapa tau dia bisa bikin lagi yang baru."
" Gak mungkin, pak Dedy udah bilang kan, kita gak boleh ngilangin kartu itu.kartu itu dah di bikin khusus dari dinas pendidikan. "
" Ya , kita coba ja dulu."
Setelah cukup lelah tak terasa kami pun tertidur.Dengan kamar yang masih seperti kandang kuda.
Sampai pagi menjelang.
" Ya allah Neng, kalian abis ngapain, semalaman gak keluar kamar."
ucap Ibu ku saat melihat kamarku yang belum sempat aku beres kan.
" Maaf bu, Alvi cari kartu peserta ujian, tapi gak ketemu, kalau kaya gini, Alvi gak tau bisa ikut ujian apa nggak." lirih ku
" Ya udah kamu siap siap aja, biar ibu nanti yang beresin, sekalian cari."
Dan aku pun menurutinya.
Saat di sekolah , aku seperti tersambar petir saat mendengar keputusan dari pak Dedy guru kelas ku, dia mengatakan kalau aku tidak bisa mengikuti ujian tanpa kartu itu.
Hati ku begitu hancur, masa depan ku seakan sirna, perjuangan ku selama ini kandas begitu saja hanya karna sebuah kertas kecil, mungkin ini adalah karma untuk ku.
Tak henti hentinya aku menangis, apa yang akan ku katakan pada ibu dan bapak ku nanti.
Saat waktu istirahat Aku pun memutuskan untuk pulang di antar oleh Citra.
Di rumah tak henti henti aku meraung menangisi nasib ku , Citra , ibu , bapak , abang, bahkan mbak Siva istri dari abang ku ikut berusaha menenangkan ku.
Tapi aku tidak bisa tenang begitu saja, impian yang selama ini aku impikan seakan melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal.
Setelah itu, ku dengar pintu di ketok dari luar, bapak ku langsung menghampirinya.
Aku pun tak tau siapa yang datang, hanya saja ku dengar bapak memanggil ibu dan menyuruhnya membuatkan minuman untuk sang tamu.
Tidak lama setelah itu aku sendiri pun di panggil, dengan mata yang sudah bengkak aku pun terpaksa menghampirinya, alangkah terkejutnya aku saat melihat siapa yang datang, aku seperti pernah melihatnya, tapi entah aku juga tidak ingat kapan dan dimana aku melihatnya.
Tidak kalah mengejutkan saat ia menyerah sesuatu pada ku.
" Ini milik mu kan, maaf aku menemukannya di perapatan lampu merah di depan." ucapnya sambil menyerahkan benda yang saat ini aku cari.
impian ku , masa depan ku, cita cita ku , harapan ku, seakan kembali merangkul ku.
Aku pun mengucapkan beribu ibu terima kasih pada orang itu. Saat itu juga dengan tidak sadar aku berjingkrak jingkrak di depan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
alhamdulilah ketemuuu
2022-08-26
0
Ni'matul Jannah
Alhamdulillah..
kartunya sdh ketemu.
Btw, hanya didunia Novel, masa' segitunya..kehilangan kartu seperti kehilangan masa depan..🤭
Btw, semangat Thor..💪
2021-01-30
5