Pov 1 (Alvia khumaira)
saat malam itu aku pura pura tertidur untuk menghindari kemarahan bapak, padahal malam itu aku benar benar tidak bisa memejamkan mata ku sama sekali.
Perasaan ku begitu gelisah, serah, namun aku tak tau apa penyebabnya.
"Apa ini gejala penyakit jantung?" Lirih ku.
Lalu aku pun mencoba menyangkalnya kembali.
Tak terasa, suara adzan subuh terdengar berkumandang." gue bener bener gak tidur semalaman." gumam ku, setelah itu aku pun bangun dan langsung mengambil air wudhu.
Setelah selesai melaksanakan kewajiban ku, aku keluar dari kamar dan menghampiri ibu yang sudah sibuk dengan alat tempurnya di dapur.
Aku duduk di meja makan seraya berpangku dagu .
" Tumben dah bangun, biasanya harus ibu teriakin dulu." ucap Ibu sambil mengaduk secangkir kopi untuk ayah.
" Semalaman Alvi gak bisa tidur bu." lirih ku, dan tentunya dengan mata yang sudah seperti panda.
" Loh kenapa?"
"Gak tau." ucap ku seraya mencomot pisang goreng yang akan ibu suguhkan untuk bapak.
" Kamu tuh kebiasaan suka ngambil makanan buat orang tua, noh yang masih di goreng tungguin awas gosong, ibu mau ke depan dulu." ibu menggerutu sambil menepak tangan ku saat ingin mengambil goreng pisang yang ke dua.
" Males ah bu." aku lari ke depan untuk menghindari teriakan dari ibu.
Se sampainya di liar.
" Ahhhh segarnya!!!" seru ku sambil merentangkan tangan untuk meregangkan otot otot ku yang kaku se kaku wajah ku.
Pagi ini teresa sejuk,wangi khas tanah basah terasa pekat di indra penciuman ku,daun yang ber embun akibat di sirami hujan semalam sepertinya masih menyisakan jejak.
" Neng sini bapak mau bicara." bapak yang sedang duduk santai di kursi rotan teras rumah memanggil ku, dan aku pun menghampirinya.
" Sekarang kan dah Lulus , setelah ini kamu mau ngapain? tanya bapak.
" Kok bapak nanya gitu, kenapa bapak gak nanya mau lanjut kuliah dimana gitu." ucap ku, namun Bapak hanya meresponnya dengan tersenyum
" Maaf Neng, bapak gak ngijinin kamu buat lanjutin kuliah, kamu tau sendiri untuk melanjutkan pendidikan kamu harus pergi ke luar kota, dan Bapak tidak akan pernah mengizinkan kamu pergi dari sini."
Aku terdiam, menyerap semua omongan bapak.Aku tau tempat tinggal ku memang berada di plosok desa. Dan untuk melanjutkan pendidikan kami harus keluar kota dengan jarak tempuh yang cukup jauh.di sana aku pun tidak punya sanak saudara dan itu artinya aku harus menyewa tempat tinggal.Akan ada banyak biaya yang harus di keluarkan,dan aku sadar atas keterbatasan ekonomi keluarga ku.
" Tapi pak, Alvi pengen kuliah." lirih ku dengan mata yang sudah berkaca kaca.
" Maaf Nak, bapak tidak bisa memenuhi keinginan mu."
Melihat raut wajah bapak yang seperti itu membuatku enggan untuk merajuk.
dengan berat hati,Aku pun menerima keputusan bapak, " tak apa, aku masih bisa meraih kesuksesan ku dengan cara lain walaupun pendidikan ku hanya sampai menengah atas." aku mencoba menghibur diri ku sendiri, seperti yang pernah aku bilang "kesuksesan seseorang tidak hanya tentukan oleh selembar kertas ijazah.Dan tingginya pendidikan."
" Ya udah Pak kalo gitu." aku pun beranjak untuk pergi namun bapak berbicara kembali, membuat ku mengurungkan niatku.Aku duduk kembali di depan bapak.
" Neng semalam Ustadz Al bilang, kalo dia menyukai kamu, dan dia bermaksud untuk melamar kamu."
Kali ini aku benar benar terkejut dengan apa yang bapak bicarakan.
" Terus?" tanyaku dengan suara tercekak.
" Bapak rasa dia lelaki yang baik untuk kamu."
" Terus?"
" Bapak harap kamu bisa menerima lamarannya."
" Terus , itu artinya Alvi harus menikah Sama dia." lirih ku sambil menatap bapak, dan Bapak pun mengangguk.
" Tapi pak, Alvi belum siap untuk menikah."
" Bapak tau, dia juga tidak memintanya untuk buru buru, kamu fikirkan saja dulu baik baik. Bapak yakin dia orang yang tepat untuk mu."
Hati ku benar benar hancur saat ini, menikah sama sekali tidak masuk ke dalam list daftar impian masa depan ku.
Aku bisa saja menerima kenyataan untuk tidak melanjutkan pendidikan ku, tapi bukan berarti aku harus menikah, apalagi dengan pria yang tidak aku cintai.
Aku pergi dan masuk ke kamar ku tanpa berkata apa apa lagi pada bapak.
Di sana ku luapkan semua amarah dan emosi yang aku tahan sebelumnya.
Aku tidak bisa menerima kenyataan ini, dan aku pun berniat akan menolaknya di depan orang nya langsung.
Esok harinya,aku memutuskan pergi sendiri untuk menemuinya secara langsung di pondok pesantren tempat tinggalnya, sekaligus mengembalikan pakaian yang pernah ia pinjam kan.
Sesampainya di sana ia menyapa ku dengan ramah, dia membawa ku ke sebuah taman bunga yang berada di halaman luar pondok pesantren itu. Aku duduk di sebuah gubuk bambu sederhana sedangkan ia berdiri tak jauh dari ku.
Suasana dan pemandangan bunga yang indah seketika menghipnotis ku.Perasaan yang kacau seakan sedikit memudar.
Sesaat kemudian Aku pun tersadar akan maksud dari kedatangan ku.
" Maaf aku ke sini untuk menolak lamaran mu.Aku gak bisa nikah sama kamu." ucap ku dengan tegas.
Ia pun menatap ku dengan tatapan yang intens.
" Aku tidak memaksamu untuk menerima ku saat ini juga, aku bakal nunggu kamu sampai kapan pun."
" sampai lebaran monyet pun gue gak akan sudi nikah sama lu." teriak ku dengan emosi, saat itu aku memang merasa kurang ajar padanya, mana ada yang berani lancang berbicara seperti itu kepada seorang ustadz.
" Dan sampai lebaran Unta pun aku bakal tetep nunggu kamu." balasnya dengan santai.
" Sampai kapan pun gue bakal tetep nolak lu, dan kalaupun sampai dunia ini kehabisan stok cowok dan hanya lu yang tersisa. gue bakal tetep nolak lu." pernyataan ku ini malah membuatnya tertawa.
" Jika hanya aku yang tersisa di dunia ini,apa kamu pikir aku akan terus mengejar mu? ya gak lah, aku sendiri pun tidak akan mau menikahi gadis keras kepala seperti mu, karena jika itu terjadi akan ada banyak pilihan gadis yang lain untuk ku selain kamu." kali ini ucapannya membuat harga diri ku turun drastis dan membuat aku semakin kesal.
" gue gak mau liat lu lagi,dan jangan pernah coba coba tunjukin batang hidung lu lagi di depan gue, dan gue harap ini yang terakhir kalinya kita ketemu." teriak ku dengan telunjuk yang sudah terangkat ke depan wajahnya.
Dia pun mencengkram tangan ku dan menurunkannya, sorot matanya yang tajam membuat nyali ku menciut, aku takut dia khilaf dan kesetanan lalu melukai ku.
" Aku janji aku tidak akan menemuimu lagi, dan tidak akan mengganggu mu lagi, tapi aku yakin kamu sendiri yang akan datang ke tempat ini lagi, dan pada saat itu aku pastikan kamu gak bakal bisa nolak aku lagi."
kata kata terakhirnya sebelum aku pergi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
ko alvia kasar amat kaya g didik agama aja
2022-08-26
0
Tia Kristiana
tour jangan gitu lagu lah masa calon istri ustad bar bar banget
2022-03-16
0
cherry
well, ABG labil siy yaaa, pantes sikapnya kyak gitu, kekecewaan yg menumpuk, terlalu dikekang dan gagal mlnjutkan pendidikan, mnjadikannya gelap mata dan menolak lamaran dgn kasar
2021-03-31
3