Aku masih saja mematung di depan pintu, Tanpa ku sadari sepasang mata telah memperhatikan ku dari jauh.
" Al , kamu ngapain bengong di situ." Mbak Siva menepuk bahu ku, membuat jantung ku copot dan jatuh sampai ke mata kaki.
" Mbak Siva ngagetin aja." ucap ku sambil mengelus dada tepos ku.
" Kenapa kamu, nih bapak sama ibu, nitipin kunci, mereka lagi keluar."
ucapnya sambil menyerahkan kunci rumah ku, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega, jantung ku seperti merangkak naik ke tempat semula dengan sendirinya.
" Gak apa apa mbak, memang ibu sama bapak kemana?"
" Ke kampung sebelah, ada undangan, katanya akan ada calon bupati ke sana, mbak sama abang juga mau ke sana liat ceramah ustadz Al.Kamu di sini aja yah, jangan kemana mana nanti bapak marah."
Duuuaaaarrrr....
Bagai tersamber petir di siang bolong. Seperti seekor anak burung yang baru bisa terbang namun di jatuhkan dan setelah itu diinjak, seperti itu lah perasaan ku saat ini.
Baru saja bisa bernafas lega, namun sekarang harus menerima pernyataan pahit, ternyata bapak ku ada di tempat dimana tadi aku pergi.
Aku pun semakin cemas, keringat dingin mulai menetes membasahi seluruh tubuh ku. Dengan langkah gontai ku buka pintu rumah ku, dan langsung masuk menuju kamar ku.
Ku hempas kan tubuh ku di atas kasur, tak terasa air mata ku terjatuh membasahi pipi mulus ku, meratapi bagaimana nasib ku nanti.
" Mati lah gue.." batin ku
Ku dengar suara ketukan pintu dari luar, seketika itu juga wajah putih ku berubah menjadi pucat.Seperti mayat yang di awetkan.Atau lebih tepatnya seperti ayam tiren.
mendengar ketukan pintu yang semakin kencang,Aku pun branjak dari tidur berniat untuk membukakan pintu.
ku lihat dari jendela siapa yang datang, lagi dan lagi jantung ku bisa bekerja kembali normal.
" Lu tidur Al." tanya Citra, saat pintu terbuka.
" Gak " jawab ku dengan singkat, dan kami pun duduk di sofa ruang keluarga.
" Lu kenapa Al, sakit apa kecapean ?"
" Tamat lah riyawat gue, kayaknya ini pertemuan kita yang terakhir Cit." ucap ku dengan sedih.
" Lu ngomong apa sih Al?" tanya Citra saranya menghampiri ku.
" Bapak gue lagi di kampung sebelah, gimana kalo tadi bapak gue liat kita." ujar ku dengan mata yang sudah berkaca kaca.
" Waaahhh,, gimana nih, duh gue juga jadi takut." ucapnya dengan bingung.
Akupun semakin panik dan saat itu juga ku dengar ibu ku datang dengan di antar tukang ojek langganannya.
Citra pun merangkul ku, seolah tau apa yang ku rasa kan.
" Udah lu santai ja, jangan keliatan tegang gitu, entar Uwa curiga." bisiknya
" Assalamu Assalamu'alaikum. " ucap Ibu saat membuka pintu, kami pun sontak menjawabnya.
" Eh kalian, udah pada makan belum, maaf ya Neng ibu pulangnya telat, di sana seru banget, kamu kok gak nyusul sama Bang Fatur ." ucap Ibu terlihat seperti biasa.
" Alvi cape bu." ucap ku seperti biasa juga. " lagian emang bapak bakal ngijinin kalau aku main ke sana."
" Ya ngijinin lah, kan perginya bareng bareng, terus di sana juga denger ceramah bukan maen maen gak jelas."
" Ngapain denger ceramah musti jauh jauh kesana, di sini juga udah sering dapat ceramah." ketus ku.
" Issshhh,, kamu ini , ya beda lah, di sana kan yang ceramah ganteng gak kaya di sini." ucap Ibu sambil terkekeh.
" Mau ganteng apa jelek, tetep ja malesin." aku pun masuk ke kamar kemudian di susul Citra.
" Al ! kayak nya ibu lu gak tau lu ke sono." bisik nya.
" Mudah mudahan ja."
" Terus bapak lu kemana,kok gak pulang bareng sama ibu lu."
" Mana gue tau."
Aku pun memilih untuk tidur, sementara Citra ikut berbaring di sampingku sambil memainkan ponselnya.
Setelah cukup lama tertidur, ku dengar suara bapak ku di ruang tengah, aku pun terkejut saat bapak menanyakan aku pada ibu.
" Si Neng mana?" tanya nya pada ibu
" Ada di kamarnya."
" Panggil sini."
Di kamar, aku semakin gemeteran lebih parah 10x lipat dari yang ku rasa tadi, posisi ku seperti tersangka yang akan mendapatkan hukuman mati.
" Neng ! di panggil bapak tuh." ujar ibu saat membuka pintu kamar ku.
Akupun menghampirinya dengan ketakutan yang luar biasa, jika di suruh uji nyali , aku pasti akan lebih memilih uji nyali tujuh hari tujuh malam dari pada harus berhadapan dengan bapak.
" Al sini duduk!" ajak bapak
Aku perhatikan sikap bapak terlihat biasa saja.
Aku pun menurutinya.
Tak lama Citra menyusulku keluar dari kamar.
" Al ! gue balik dulu yah."
"Eh,, entar dulu Uwa mau ngomong juga sama kamu, sono duduk bareng Alvi." ucap bapak ku pada Citra, ku lihat wajah Citra pun sedikit pucat.
" Ngapain tadi kamu di kampung sebelah." ucap bapak dengan tatapan membunuhnya, namun tatapanya bukan pada ku melainkan pada Citra.
"A- aku ya sama kaya Uwa, pengen liat Ustad Al." ucap Citra dengan lantangnya.
" Kamu ikut Neng?" kini tatapan matanya tertuju pada Ku.
" Eng- enggak Pak." jawab ku tanpa melihat pada Bapak.
" Sial,, bego banget gue, kenapa malah bohong, kalau bapak tau, bisa kena hukuman 2 kali, abis di bunuh terus di cincang." batin ku seraya merutuki kebodohan ku.
" Kamu ngapain tadi ngobrol sama Ustadz Al?" pertanyaan nya kembali pada Citra.
" Kan tadi udah Citra bilang, Citra kesono cuma pengen ketemu Ustadz Al." jawabnya,
Citra memang sedikit berani pada bapak ku, karena dia tau se galak galak nya Bapak, dia tidak akan berani memarahi anak orang lain , walaupun itu anak dari adiknya sendiri, karena bapak Fikir dia hanya bisa mengingatkan dan tidak punya hak untuk menghakimi anak yang bukan dari darah dagingnya, berbeda jika pada ku.
" Kamu bener Neng gak ikut ke sana?" Bapak menatap ku kembali.
Dan aku pun hanya mengangguk.
" Kalau bapak liat Citra ngobrol sama Unta Arab itu, berati mereka juga ketemu dong, apa unta Arab itu gak cerita sama bapak." lirih ku dalam hati.
" Tadi Ustad Al bilang katanya kamu yang nolongin dia di tengah tengah penonton."
" Siapa, dia salah orang kali pak.Ngapain Al nolongin Unta Arab itu." ucap ku.
" Ahh...Kenapa gue malah bohong lagi, memang bener jika sudah satu kali berbohong pasti seterus nya akan berbohong lagi. untuk menutupi kebohongan yang pertama." lirih ku dan tentunya dalam hati.
" Oh bapak kira bener, kalau bener bapak akan merasa senang, soalnya dia ngucapin terima kasih buat kamu, kirim salam pula,terus katanya lain kali pengen ketemu sama kamu lagi." ujar Bapak seraya menyenderkan punggungnya ke punggung sofa.
Huuuhh...Ku kira bapak akan marah, hari ini benar benar mempermainkan dan menguji kekuatan jantungku, aku seperti menaiki roller coaster yang di angkat lalu di hempas Kan begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
😀😀😀😀
2022-08-26
0
Uuhsayidi Uchie
wkwkwkwk
2021-06-15
0
Ni'matul Jannah
Aduh Al..kok gak jujur saja sich....
Belum belum sdh su'udzon.
Dimana mana jujur itu lebih baik.
Lain kali jangan bohong lagi ya Al..😉
2021-01-30
4