Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama dalam canda tawa dan bahagia, setiap tetes air mata yang tertumpah hari ini akan menjadi saksi atas jalinan erat yang selama ini kita simpul se erat eratnya.
Kelulusan adalah akhir dari pengetahuan teoritis dan awal dari kehidupan praktis.
Hari ini hari kelulusan sekaligus perpisahan bagi kami, isak tangis haru terasa begitu nyata di ruang kelas ku.
Tak terkecuali dengan ku, tiga tahun begitu terasa singkat, ku rasa baru kemarin kami sering bolos,tanpa ku sadari kini saat nya ku lanjutkan hidup ku.
Masa depan memberi penghargaan bagi mereka yang terus maju,aku tidak punya banyak waktu untuk mengasihani diri ku sendiri.Aku tidak punya waktu untuk mengeluh.
Sudah banyak fakultas yang masuk daftar list ku.Aku tidak ingin menyia nyiakan waktu ku lagi, masa putih abu abu sudah cukup bagi ku untuk bermain main.
" Al ! lu mau lanjut kuliah ke mana?" tanya Dimas seraya mendaratkan bokongnya di kursi sebelah ku yang kebetulan kosong.
" Belum tau, rencana sih ada tapi belum di obrolin lagi sama orang tua gue." jawab ku.
" Hmmm.." Dimas pun menganggukan kepalanya.
Tiba tiba suara gaduh dengan penuh suka cita tertengar menggema di ruang kelas ku, dengan membawa sebuah cat warna mereka menyemprotkan nya ke seluruh pakaian putih abu abu yang kami pakai saat itu. perpisahan yang di akhiri dengan saling memberi warna dan keceriaan. Setelah itu kita pun melakukan konvoi menusuri jalanan yang tak ada ujungnya tanpa tujuan, membuat kegaduhan dan jalanan menjadi rusuh tak beraturan. Seolah merayakan keberhasilan, walaupun kita tau itu semua bukan keberhasilan, melainkan awal dari perjuangan.
Tanpa terasa sore pun tiba ,mentari sudah mulai mengakhiri tugasnya.Aku dan Citra pun memutuskan untuk pulang dan tidak melanjutkan perjalanan konvoi kami.
Namun saat dalam perjalanan pulang motor ku mendadak bermasalah.Sedangkan hujan mulai turun dengan deras.
Akhirnya Aku dan Citra memutuskan untuk berteduh di depan gerbang sebuah bangunan megah, dengan pakaian yang sudah basah kuyup. Ku dengar suara indah adzan magrib menggema begitu jelas di telinga ku.
" Loh kalian ngapain di sini?" ucap seseorang dari belakang kami sambil membawa payung.
" Eh pak ustadz ngapain di sini?" tanya balik Citra. Dan aku memilih untuk tidak menghiraukan nya.
" Mau shalat magrib." jawabnya sambil menunjuk sesuatu.
seketika itu juga aku melihat ke arah yang di tunjuknya, lalu memperhatikan lebih jelas dari setiap bangunan yang ada di dalam sana.
Sebuah mesjid megah dengan gaya arsitektur menyerupai bangunan di timur tengah, serta bangunan bangunan lain yang tak kalah megah dan cantiknya.Membuat semua orang yang melihat akan merasa takjub.Aku pun sempat terhipnotis oleh keindahannya.
" Ayo ,mau ikut shalat?" ajaknya pada kami.
Aku dan Citra pun saling melirik, bagaimana bisa shalat dengan pakaian basah dan kotor seperti ini.
" Ayo masuk, entar aku pinjem baju ke salah satu santriwati di sini."
Dan aku baru menyadari bahwa tempat ku berdiri saat ini adalah sebuah pondok pesantren. " apa ini pesantren miliknya, sial banget gue, kenapa motor gue malah mogok di tempat ni." lirih ku dalam hati.
Unta Arab itu pun terlihat menemui seseorang yang terus memandangnya dengan tatapan intens dan bibir yang terus menyunggingkan senyumnya. Namun saat orang itu melirik kami, pandangan dan sikapnya menjadi kecut, seolah tidak suka.
Tidak lama unta Arab itu kembali menghampiri kami dengan membawa dua buah pakaian.
" Nih , pake ini dulu, kalian ganti di toilet mesjid saja." ucapnya.
Dan mau tidak mau kami pun menerimanya.
" Gimana sih, minjemin baju tapi gak menjamin CD sama BH, CD sama BH kita juga kan basah." protes Citra.
" Emang lu mau pake CD bekas orang, gue sih ogah." ujar ku sambil memakai gamis tersebut.
" Gak salah nih gue pake gamis kaya gini." protes ku sambil membolak balik kan badan ku di depan kaca di toilet itu.
Itu kali pertama ku memakai gamis syar'i seperti ini, walaupun memang dari dulu aku sudah berhijab, namun aku lebih suka mencocokannya dengan pakaian casual.
" Udah lah pake aja, daripada kita masuk angin, yuk keluar !"
Kami pun keluar dari toilet itu dan ternyata unta Arab itu masih menunggu kami di luar.
" Kok pak ustadz masih di sini?" tanya Citra.
" Gak apa apa, yuk keburu waktu shalat nya abis."
Dan kami pun mengikutinya
Shalat magrib selesai, hujan pun sudah mulai reda, aku dan Citra kembali ke luar menghampiri motor yang masih terparkir di sana, beberapa kali ku starter namun kali ini motor ku benar benar tidak bersahabat.
" Motor nya kenapa?" Suara seseorang yang ku kenal kembali menghampiri kami.
" Gak tau kayaknya mogok." lagi dan lagi Citra yang menjawab.
" Boleh aku bantu?" tawarnya dan mau tidak mau Aku pun mengizinkannya.
Setelah beberapa jam kami menunggu .
" Kayaknya harus di bawa ke bengkel, tapi kalau jam segini bengkel udah pada tutup."
ucapnya Saat sudah memeriksa pada bagian body motor ku.
Aku melirik jam di pergelangan tangan ku, jam 20.00 wib " Gawat bapak pasti marah."
Saat itu juga ponsel ku bergetar, wajahku menjadi pucat setelah ku lihat nama yang tertera di ponsel ku.
" Alvi,, kamu di mana, gak inget ini jam berapa?"
" Maaf pak, motor Alvi mogok." lirih ku dengan panik dan mata yang sudah berkaca kaca.
" Kamu di mana, bapak jemput kamu sekarang."
" Gak usah pak, ini Alvi udah mau pulang." bohong ku, bisa gawat kalau bapak tau aku barada di mana sekarang.
Baru mendengar suaranya saja nyali ku sudah menciut.
Melihat aku yang seperti ini mungkin membuat unta Arab itu sedikit prihatin, Akhirnya dia pun menawarkan diri untuk mengantarkan kami pulang.Tidak ada pilihan lain untuk ku selain menyetujuinya.Yang penting sekarang aku bisa pulang, urusan yang lain biar ku pikirkan nanti,fikir ku.
Unta Arab itu terlihat menghubungi seseorang, dan tidak lama sebuah mobil keluar dari gerbang pondok pesantren dan menghampiri kami.
" Ayo bang Bro." ucap seseorang dari balik kemudi.
Dan kami pun masuk ke dalam mobil tersebut.
Di dalam mobil ku liat Unta arab itu beberapa kali melirik ku lewat kaca spion depan.
"Emang kalian abis dari mana?" tanya nya, dengan mata yang masib menatap ku melalu kaca spion.
" ikut konvoi pak Ustadz." jawab Citra. karena aku sendiri enggan untuk menjawab, dan malah sibuk mencari alesan yang tepat untuk aku jawab saat nanti bapak ku bertanya.
" Oh,, baru lulus ya?"
" Iya, kok pak ustadz tau?"
" Kan tadi aku liat pakaian kalian di corat coret." ustad itu kembali melirik ku, namun aku lebih memilih diam dan pura pura tidak tau.
" Kalau dah lulus bararti dah pada punya SIM dong?" orang yang sedang mengemudipun ikut berbicara
" Harusnya sih udah.tapi kami belum sempet ngurus ke kantor polisinya." jawab Citra.
" Ngapain ke kantor polisi, SIM yang abang maksud kan Surat izin menikah." ujar orang itu dengan terkekeh.
" Duh, bang Fais bisa ja." ujar Citra dengan sedikit malu malu dan menundukan kepalanya.
Ya , orang itu adalah Fais yang sempat berkenalan dengan Citra saat di acara penyambutan calon bupati beberapa waktu lalu.
Aku sama sekali tidak tertarik dengan obrolan receh mereka.
hidup ku memang sangat datar, dingin dan kaku, bahkan untuk tertawa dan bercanda pun cukup jarang.
Hanya Citra yang bisa membuatku tertawa dan itu pun tidak terlalu sering.
Tak terasa mobil pun sampai di depan gang sempit dekat rumahku.
Karena rumahku berada di dalam gang sempit yang tidak dapat di masuki mobil.Aku pun memutuskan untuk turun di pinggir jalan.
Aku dan Citra pun turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
Namun tak ku duga unta Arab dan temanya itu malah ikut juga.
" Loh, pak ustadz ngapain ikut turun."karena rasa penasaran ku, kali ini aku yang bertanya.
" Gak apa apa, cuma pengen ketemu bapak kamu aja." jawabnya.
" Waduh bisa gawat kalau bapak tau aku di antar pulang sama si unta Arab." gumam ku dalam hati.
Karena tidak bisa melarang, dengan berat hati aku pun mengizinkannya.
Ku lihat bapak ku sudah berada di depan pintu seakan siap menerkam ku hidup hidup.
" Assalamu'alaikum. "
Dengan ragu aku menghampiri dan menyalimi tangan bapak.
" Wah alaikum salam Kok bisa pulang sama pak ustadz?" tanya nya dengan berkacak pinggang.
Aku menunduk tak mampu menatap mata bapak yang berada dekat di depan ku.
" Maaf pak, tadi motornya mogok di depan pondok."
" Kok bisa, tadi pagi kamu pergi sekolah kan,kenapa bisa nyasar sampe ke pondoknya pak Ustadz, itu kan jauh." mata bapak terus menatapku dengan tatapan yang tajam.
" Maaf pak, tadi Alvi ikut konvoi." ucap ku dengan ragu, namun kali ini aku tidak ingin berbohong, apalagi di depan unta Arab itu, bisa bisa aku dapat ceramah darinya.
" Masuk kamu !" wajah bapak semakin terlihat garang.
Akupun langsung masuk ke kamar ku, sementara bapak mempersilahkan unta Arab itu untuk masuk.
Ku intip dari sela pintu kamar ku,ku perhatikan wajah bapak seakan berubah seperti sedia kala, eeettsss wajahnya memang masih sama tapi sikapnya yang berbeda tidak seperti saat tadi berbicara pada ku.
karena jarak dari kamar ku ke ruang tengah tidak terlalu dekat aku pun tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.hanya saja Beberapa kali ku lihat bapak ku tersenyum saat mendengar ucapan dari si unta Arab. Entah apa yang mereka bicara kan, namun aku cukup yakin pembicaraan mereka tak akan jauh dari ajaran ajaran agama sesuai dengan provesi mereka.Membuatku males untuk mengupingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
gitu dong jujur
2022-08-26
0
Queentsany
thor kenaap panggilan namanya sama
2021-03-25
1
Ni'matul Jannah
Nah..gitu dong..jujur..
kan aman..😀
2021-01-30
5