Happy reading...
London
Dengan langkah pasti, Amiera masuk ke dalam butik yang dilihatnya tadi. Gadis itu sudah bertekad akan melamar pekerjaan.
Di dalam butik ia diterima dengan senang hati oleh seorang karyawan wanita. Namun ekspresi karyawan itu berubah saat Amiera menanyakan lowongan pekerjaan. Nada bicaranya berubah ketus. Bahkan tanpa bertanya dulu pada atasannya, ia mengatakan tidak ada lowongan.
Sampai disitu, Amiera mencoba bersikap wajar. Ia tidak ingin memperlihatkan ketidaksukaannya akan sikap karyawan tersebut. Amiera pun pamit dan berniat mencari pekerjaan di tempat lain.
"Nona, ada perlu apa?"
Amiera menoleh ke arah suara. Seorang wanita baru saja turun dari tangga. Wanita itu terlihat memperhatikan Amiera dengan seksama.
Karyawan tadi setengah berlari menghampiri wanita itu. Ia bersikap sangat hormat pada wanita itu.
"Maaf, Mrs. Wanita ini sedang mencari pekerjaan." Jelasnya.
"Pekerjaan?" Wanita itu memperhatikan Amiera kembali.
"Kau yakin sedang mencari pekerjaan? Membawa CV?" Tanyanya pada Amiera.
"Aku memang sedang mencari pekerjaan. Tapi saat ini aku tidak membawa CV," sahut Amiera.
Gaya bicara dan raut wajah Amiera yang memang terkesan angkuh membuat karyawan itu semakin tidak suka padanya. Namun lain halnya dengan wanita di hadapannya. Amiera menarik perhatiannya.
"Ikut aku ke atas. Kita bisa membicarakannya lebih lanjut. Dan Kau! Bila Diana sudah tiba, suruh dia ke ruanganku."
Amiera mengikuti langkah wanita itu. Sebelum itu, ia dan karyawan tadi saling mendelik.
"Perkenalkan, namaku Julie. Dan Kau?"
"Amiera," sahut Amiera singkat.
"Baiklah, apa keahlianmu? Bila dilihat dari penampilanmu, kau tidak melamar untuk posisi karyawan biasa kan?" tanya Mrs Julie.
"Kurasa wanita ini bukan orang biasa. Selain cantik, aku tahu betul aksesoris yang dikenakannya semua barang branded," batin Mrs Julie.
"Aku bisa mendesain," sahut Amiera.
Julie tersenyum tipis. Gaya Amiera yang menjawab singkat setiap pertanyaannya membuat sosok Amiera sangat menarik di matanya. Biasanya seorang pelamar akan menjelaskan secara rinci keahliannya agar menarik perhatian dirinya. Tapi tidak dengan wanita ini.
"Aku tertarik merekrutmu. Kau bisa mengirimkan CVmu ke alamat email kami. Kita akan lihat selama satu bulan. Jika memuaskan, maka masa kerjamu akan di perpanjang. Bagaimana?" papar Mrs Julie.
"Aku setuju. Tapi satu hal, aku masih kuliah. Aku akan mencoba mengatur waktuku. Namun jika ada urusan mendesak yang berhubungan dengan pendidikanku, kau harus mamaklumi," sahut Amiera.
Dalam hati, Julie ingin terbahak. Dalam posisi ini siapa majikan dan siapa yang karyawan. Ia semakin tertarik pada kepribadian Desainer barunya ini.
"Permisi, Mrs Julie. Anda memanggil saya?" tanya seorang wanita yang masuk ke dalam ruangan itu.
"Iya. Diana, kenalkan ini Amiera. Dia juga seorang Desainer sepertimu. Jadi untuk kedepannya, kalian akan menjadi rekan kerja."
"Hai! Aku Diana," sapa Diana sambil mengulurkan tangannya.
Amiera menyambut uluran tangan itu sambil menjawab, "Amiera."
Sikap Amiera yang memang belum bisa basa-basi membuat rekan barunya itu tersinggung. Dalam hati Diana bergumam, "Heh, jadi ini pelamar yang kata karyawan di bawah tadi sombong."
"Baiklah. Aku harus pergi. Oh ya Amiera, kau bisa memulainya besok. Aku tidak terlalu sering datang kesini. Dan selama aku tidak ada, tanyakan apapun yang ingin kau ketahui pada Diana. Jangan lupa, aku menunggu CVmu. Oke?"
"Oke," jawab Amiera.
Julie mengulumkan senyumannya. Kemudian wanita itu meninggalkan ruangannya.
Diana tersenyum pada Amiera. Ia kemudian menunjukkan meja kerja Amiera. Diana juga mengatakan bahwa Desainer sebelumnya belum lama berhenti karena pindah ke kota lain mengikuti suaminya.
Selain menjadi ruangan Amiera, ruangan tersebut juga merupakan ruangan Diana. Selain Mrs Julie yang merangkap sebagai pemilik butik, hanya ada dua Desainer di tempat itu.
Amiera tidak menanggapi ucapan Diana yang sedari tadi berceloteh membicarakan banyak hal. Ia hanya tertarik pada beberapa pola yang ia lihat di ruangan tersebut. Saat melihat Amiera menyentuh salah satu pola, dengan bangga Diana mengatakan bahwa itu hasil karyanya.
"Lumayan," ucap Amiera pelan.
"Lumayan katamu? Kau tidak tahu ini salah satu desain terbaik yang dimiliki butik ini. Memangnya kau bisa, heh?" ujar Diana dengan tatapan tidak suka.
Amiera hanya menaikkan sedikit bahunya. Sambil meneruskan melihat-lihat pola yang lain. Sedangkan Diana yang merasa kesal mengepalkan tangannya.
Sementara itu di dalam sebuah mobil, Julie masih saja tersenyum saat mengingat sikap Amiera. Pria di sampingnya yang sedang fokus mengemudi pun bertanya, "Hari ini Kakak senang sekali. Ada sesuatu yang terjadi?"
"Hari ini, aku bertemu seseorang yang berbeda. Dia sangat menarik. Angkuh, tapi juga cantik. Aku sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana cara dia bekerja." Sahutnya.
"Dia karyawanmu?"
"Hmm, iya. Kurasa kau juga akan tertarik padanya. Dia cantik. Kapan-kapan kau harus melihatnya."
"Aku tidak yakin. Karena ada seorang gadis yang sudah menarik perhatianku."
"Benarkah?"
Pria itupun mengangguk pasti sambil tersenyum.
***
Setelah seharian berada di lapangan (tempat proyek), Rendy baru tiba di kantornya. Dengan seorang asisten yang mendampinginya, Rendy hampir menyelesaikan proyek yang dipegangnya saat ini. Sebelum pulang, ia diminta menghadap atasannya.
"Rendy, saya berencana melimpahkan proyek baru perusahaan ini pada anda. Saya percaya, Anda mau dan mampu menanganinya. Saya sangat puas dengan kinerja anda selama ini. Oleh karena itu, saya akan percayakan proyek akan kita jalani ini."
"Terima kasih atas kepercayaan anda, Tuan." Sahutnya.
"Kira-kira perapa lama lagi sampai proses penyerahan pada owner?"
"Kurang lebih satu bulan lagi, Tuan. Kalau boleh saya tahu, proyek apa yang akan saya pegang? Dan, siapa ownernya?" tanya Rendy.
"Masih seperti proyek yang anda pegang kemarin. Namun kali ini lebih istimewa. Pembangunan hotel bertaraf internasional, kurang lebih seperti hotel bintang enam."
Mendengar penjelasan atasannya, Rendy terlihat sangat antusias. Kemudian ia mengulang pertanyaannya tadi.
"Ownernya?"
"Al-Azmi Corp."
"Al-Azmi?" gumam Rendy.
"Iya. Salah satu perusahaan besar milik Tuan Al-Azmi, orang timur tengah. Saya kagum pada perusahaan itu. Mereka memberi kesempatan pada kontraktor dari perusahaan lain untuk menjalankan proyek mereka. Luar biasa. Tuan Al-Azmi tidak salah menempatkan Tuan Mike Anderson sebagai orang kepercayaannya. Anda pernah mendengar tentang perusahaan itu kan?" Tanyanya.
"I-iya, Tuan. Saya pernah mendengarnya," sahut Rendy sedikit gugup.
"Rendy, anda harus buktikan perusahaan kita bisa diandalkan. Saya percaya anda bisa." Pungkasnya.
"Terima kasih atas kepercayaan anda, Tuan. Saya permisi," pamit Rendy.
Rendy meninggalkan ruangan atasannya dengan langkah gontai. Ia tentu tahu perusahaan Al-Azmi Corp. Perusahaan milik ayah Meydina dan juga Amiera. Perusahaan yang selama ini sebisa mungkin dihindarinya.
Saat Rendy dan beberapa temannya berniat mencari pekerjaan, Al-Azmi Corp ada di list teratas teman-temannya. Bekerja disana jadi impian teman-teman Rendy.
Lain halnya dengan Rendy. Ia lebih memilih melamar pekerjaan di perusahaan konstruksi yang biasa. Karena bila bekerja di Al-Azmi Corp, secara tidak langsung ia menjadi karyawan Meydina, sahabatnya. Sedangkan selama ini, ia bertekad menjadi seseorang yang sukses melebihi Maliek, suami Meydina.
Namun semua terjadi di luar kendalinya. Kini takdir membawanya masuk ke perusahaan itu. Satu-satunya tekadnya saat ini, ia tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang diberikan padanya. Dan dengan usaha dan kemampuannya, Rendy berharap Meydina akan bangga padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
bunda syifa
calon Alvin part 2 y Thor 😁😁😁
2022-06-14
0
Mbah Edhok
emang kalo sukses melebihi maliek ... apa tujuan utama rendy...?
2021-08-15
1
Eka Nur Fitriyah
lanjut
2021-03-07
1