Happy reading...
Perjalanan panjang sekitar enam belas jam lebih akhirnya berakhir di bandara Heathrow, kota London. Amiera dan tiga anggota keluarga Atmadja terlihat lega karena telah sampai di tujuan mereka.
"Nona Amiera!" seru seseorang.
"Ya," sahut Amiera yang menoleh pada asal suara.
Seorang wanita berambut pirang sebahu dengan postur tubuh cukup tinggi. Ia mengenakan celana jeans panjang yang sobek di bagian paha dan lututnya.
Keempat orang yang ada di hadapannya terlihat saling menatap heran. Tak lama kemudian Amiera bertanya, "Bella?"
"Yes, it's me." Sahutnya.
Wanita itu terlihat manis saat tersenyum dengan lesung pipit di kedua pipinya. Ia kemudian memperkenalkan diri pada keempat orang tersebut.
"Mike memintaku menemanimu untuk beberapa waktu kedepan," ujar Bella.
"Baiklah, Nona. Kemana kita harus pergi sekarang?" tanya Wira.
"Jangan memanggilku seperti itu, Tuan."
"Kau Bella Anderson, kan? Adik Mike Anderson. Salah satu pengusaha yang cukup disegani disini," ujar Wira.
"Anda berlebihan, Tuan," sahut Bella yang tersenyum kikuk.
"Kita pergi sekarang?" tanya Bella.
"Tentu," sahut Amiera datar.
Selama perjalanan, Bella lebih banyak diam. Wira yang duduk di sampingnya sesekali melirik kearah gadis itu. Di bagian belakang, Alena berceloteh riang yang sesekali ditanggapi ringan oleh Amiera. Sedangkan Nura, wanita itu sedang menelepon putranya.
"Berapa usiamu, Bella?" tanya Wira.
"Yang jelas lebih cocok menjadi putrimu, Tuan." Sahutnya santai.
Wira terlihat bingung, namun kemudian pria itu tertawa pelan.
"Aku tidak sedang menggodamu, Nona. Aku serius bertanya, kerena sepertinya kau seusia dengan putriku, Alya."
"Mungkin saja," jawab Bella singkat.
Wira hanya menyunggingkan senyum di wajahnya. Nampaknya, wanita muda ini tidak terlalu suka diajak bicara.
"Kemana aku harus membawa kalian?" tanya Bella.
"Ke apartemenku saja. Iya kan, Tante?"
"Gimana, Pa? Kita menunggu di apartemen Amiera, atau langsung ke apartemen Rendy? Rendy sedang ada di kampusnya. Mungkin nanti siang baru selesai," ujar Nura pada suaminya.
"Kita menunggu di tempat Amiera saja. Tidak apa-apakan?" tanya Wira pada Amiera.
"Tentu tidak apa-apa, Om. Akan lebih baik jika kalian juga menginap di tempatku," sahut Amiera.
Tentu saja Alena yang paling antusias mendengar hal itu.
Bella memarkirkan mobil yang dibawanya di sebuah gedung apartemen. Ia kemudian mempersilahkan Amiera dan yang lainnya mengikutinya. Lift yang membawa mereka berhenti di lantai paling atas gedung tersebut.
""Waah Kak Amie, bagus sekali!" pekik Alena menatap kagum bagian dalam tempat tinggal Amiera.
"Tante juga bakalan betah kalau begini," timpal Nura.
Amiera hanya tersenyum tipis. Ia merasa kurang nyaman dengan semua yang ia dapatkan. Apalagi tempat tinggal yang disiapkan oleh Salman untuknya adalah sebuah penthouse yang cukup luas dengan fasilitasnya yang mewah.
Amiera merasa semua yang diterimanya ini terlalu berlebihan. Karena selain penthouse, Bella juga akan jadi asisten pribadinya. Belum lagi beberapa pelayan tentunya. Padahal ia berharap bisa hidup mandiri dengan kemampuannya sendiri. Dan kalaupun harus membantu, Amiera ingin Daddynya membantu seperlunya saja.
Selama yang lain beristirahat, Bella dengan senang hati menjelaskan semuanya pada Amiera. Termasuk jarak kampus Amiera dari tempat tinggalnya saat ini.
***
Di tempat lain, Rendy yang baru saja selesai mengurus semua urusannya di kampus berniat untuk segera pulang. Selama berada di sana, ia memang terbiasa menggunakan kendaraan umum. Selain lebih hemat, juga lebih leluasa mengenal negara tempat tinggalnya saat ini.
Bus double-decker merah merupakan salah satu ikon kota itu. Terkadang saat menaikinya, Rendy membayangkan betapa menyenangkan jika Meydina ada bersamanya.
"Ren, Rendy, tunggu! Bagaimana kalau pulang bersamaku?" tawar seorang gadis.
"Kita tidak satu arah, apa kau lupa?" sahut Rendy.
"Kebetulan aku akan melewati apartementmu. Bukankah kau bilang orang tuamu akan datang hari ini?"
"Iya. Lalu?"
"Akan lebih cepat bila kau ikut bersamaku, daripada harus menunggu bis."
Sejenak Rendy berpikir, kemudian menyanggupinya. Sophia, nama gadis itu. Ia terlihat senang saat Rendy menerima tawarannya. Sophia merupakan salah satu teman kuliah Rendy yang berasal dari Asia.
"Inikan apartemenku," gumam Rendy. Ia sedang membuka pesan dari Mamanya yang memberitahukan alamat apartemen Amiera.
"Ada apa?" tanya Sophia.
"Tidak ada apa-apa," kilah Rendy.
"Apa kebetulan Amiera tinggal di gedung yang sama denganku?" batin Rendy.
"Rendy, selama disini aku tidak pernah melihatmu dekat dengan wanita?"
"Itu tidak harus kan?"
"Ya, tapi setidaknya kau bisa bersenang-senang. Kencan atau pergi ke club, mungkin.."
"Tidak, terima kasih. Banyak yang harus aku lakukan. Aku tidak punya banyak waktu luang," jawab Rendy.
Club, terakhir kali ia pergi ke tempat seperti itu bersama Meydina. Berbuat yang tak seharusnya dan berakhir dengan mendapat pukulan dari Maliek, pria yang kini menjadi suami Meydina.
Ah, Meydina. Semua yang terjadi dalam hidupnya selalu saja terkait dengannya. Sedekat itukah mereka dahulu, sampai-sampai hal sepelepun akan mengingatkan Rendy padanya.
"Terima kasih, Sophia!"
"Kau tidak ingin aku mampir? Mengenalkan pada orang tuamu, mungkin?"
"Lain kali saja, bye!"
"Bye, akan ku tunggu lain kali itu." Sahutnya.
Rendy berjalan sambil menatap layar ponselnya. Berkali-kali ia meyakinkan bahwa alamat yang tertera di ponselnya itu sama dengan alamat apartemennya.
Agar lebih yakin, Rendy bertanya pada meja petugas yang ada di situ. Petugas itu tentu mengenali Rendy sebagai salah satu penghuni apartemen di sana.
"Permisi, apakah alamat ini ada?"
"Tentu. Itu di lantai paling atas. Dan kudengar pemiliknya hari ini tiba. Dia juga orang Asia sepertimu. Kau mengenalnya?"
"Ya, dia adik temanku. Dan orang tuaku juga bersamanya," sahut Rendy.
"Benarkah?"
Rendy mengangguk pasti. Kemudian petugas itu mengarahkan Rendy pada lift khusus menuju kesana. Saat berada dalam lift, ia tak habis pikir bagaimana bisa Amiera satu gedung dengannya. Apakah ini hanya suatu kebetulan?
Walau bernaung di gedung yang sama, bukan berarti besar tempat tinggal mereka juga sama. Nyatanya Amiera tetaplah Amiera. Ia tinggal di bagian paling atas gedung itu. Dan Rendy tahu itu sebuah penthouse. Sangat jauh berbeda dengan apartemen studio miliknya yang berada di lantai tujuh.
"Kak Rendy!" seru Alena saat melihat wajah Rendy di layar monitor. Ia mengikuti langkah Bella yang hendak membukakan pintu.
"Hai, Len!" Sapanya.
"Kak Rendy." Alena bergelayut manja di lengan saudaranya itu.
"Sayang! Kok kamu agak kurus sekarang?" ujar Nura dan langsung memeluk putranya.
"Rendy sibuk, Ma. Pa, apa kabar?"
"Baik, Nak. Bagaimana kabarmu?"
"Baik juga, Pa." Rendy memeluk erat Papanya. Dia sangat merindukan pria yang selalu menjadi panutannya itu.
"Hai, Amiera. Aku tidak menyangka kita akan tinggal di gedung yang sama."
"Benarkah?" tanya Amiera.
"Iya."
"Jadi Kak Rendy juga tinggal di sini? Kebetulan sekali," ucap Alena.
"Di lantai berapa, Ren?" tanya Amiera dengan raut bahagia yang tak bisa disembunyikannya.
"Di lantai tujuh," sahut Rendy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Mbah Edhok
kuikuti alurmu dg tenang khusu' mbacana thor .. aq tdk brspekulasi ...
2021-08-14
0
✨Cinderella✨
Lanjuuut kak el ❤❤😘
2021-01-18
0
Mita Purwanti
qw gak tau klo ada kelanjutan x seosen 2,
ee pas qw coba ketik nama autor,pengen coba bc krya yg laen,ktemu sama judul ini,langsung dehh cuss bc,maksi ya torr,semalem smpek gak rela klo crta ini end
2020-12-18
2