Sudah dua puluh menit namun Kansha tidak bangun sama sekali. Nafasnya makin pelan. Alan menumpukan dahinya pada kepala Kansha yang berada di pangkuannya. Tak terasa, ia menitikkan air mata.
“Kumohon bertahanlah, Kansha.” Bisik Alan didepan dahi Kansha.
Lalu hujan deras mulai reda. Langit kelabu kini mulai tergantikan dengan langit cerah dan bersih. Alan menghela nafas lega. Lalu Hendra, sang pilot memberitahukan bahwa sepuluh menit lagi mereka akan tiba di landasan Halim Perdana Kusuma.
Sepuluh menit kemudian, helikopter mendarat dengan mulus di landasan. Alan dan Kansha keluar terlebih dahulu dengan Alan yang membopong Kansha. Di luar sudah menunggu tim medis. Kansha lalu diletakkan di atas brangkar dan diangkat kedalam ambulans. Alan mengikutinya dan duduk disamping Kansha.
Selama perjalanan, Alan memegang erat tangan Kansha yang masih dingin. Kansha sudah diberi infusan dan dokter mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja meski belum stabil. Alan menghela nafas lega.
Lalu mereka sampai di rumah sakit. Kansha langsung dibawa ke UGD dan Alan menunggu di depan ruang tunggu. Alan duduk dengan gusar. Lalu datang seorang dokter bersama pilot tadi.
“Alan, sebaiknya kamu juga diperiksa dulu.” Kata Hendra. Alan mengangguk lalu mengikuti dokter itu.
Hendra duduk di kursi tunggu. Lalu ponselnya bergetar. Dilihatnya berasal dari Kevin, sekretaris bosnya.
“Kami berhasil membawa dua korban pesawat jatuh itu. Kini kami sedang di rumah sakit.”
“......”
“Benar, korban selamat itu, Nona Kansha dan laki-laki bernama Alan.”
“.....”
“Baik, pak.” Setelah itu Hendra menutup telfonnya.
Tak berapa lama tiga orang dewasa menghampiri Hendra yang masih duduk di ruang tunggu. Mereka adalah Grace, Andrian dan Kevin.
“Dimana Kansha? Dia selamat kan? Dia tidak luka apapun kan? Dimana dia?” tanya Grace beruntun panik. Nadanya masih gusar.
Andrian mengusap bahu sang istri agar tenang. Lalu matanya beralih pada Hendra yang nampak bingung mendengar rentetan pertanyaan Grace.
“Dimana Kansha?” tanya Andrian.
“Nona Kansha masih diperiksa dokter, tuan. Namun kondisi terakhir ketika kami menemukannya, kondisinya tidak baik-baik saja. Nona jatuh sakit dan suhunya sangat tinggi.” Jawab Hendra.
Mendengar jawaban Hendra, Grace terduduk lemas di lantai. Andrian berjongkok dan memeluk Grace yang kini menangis. Grace khawatir. Ia takut terjadi apa-apa pada putrinya itu.
Lalu pintu terbuka dan keluar seorang dokter. Andrian langsung membantu sang istri berdiri dan menghadap dokter.
“Siapa keluarga dari pasien?” tanya dokter itu.
“Kami orang tuanya.” Jawab Andrian.
“Pasien mengalami demam tinggi karena gejala tifus. Namun kini kondisinya sudah stabil. Meski begitu pasien harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.” Jelas dokter. Grace dan Andrian menghela nafas lega.
“Kami juga banyak menemukan luka yang sudah mengering dan menjadi bekas. Di kaki sebelah kanannya juga mengalami keretakan namun tidak terlalu parah. Meski begitu karena retak kakinya tidak ditangani dengan baik dan kakinya sering dipaksakan, lebih baik untuk sementara waktu memakai kruk karena kalau tidak, kita tidak tahu apakah luka akibat retak itu akan kambuh di masa depan.” Lanjut dokter itu.
“Lakukan yang terbaik dok.” Kata Andrian.
Dokter mengangguk, “Kalian bisa menjenguknya ketika sudah dipindahkan ke ruang perawatan.” Andrian mengangguk.
“Oh ya, saya ucapkan selamat atas kembalinya putri kalian. Saya tahu bahwa putri kalian merupakan korban pesawat jatuh dan puji syukur putri kalian masih dilindungi oleh Tuhan.” Ucap dokter itu tersenyum.
“Terima kasih dokter.” Balas Andrian. Dokter itu mengangguk lalu pamit undur diri.
Selepas itu Grace memeluk erat sang suami yang dibalas erat oleh Andrian. Grace dan Andrian bahkan menangis terisak ketika mendengar bahwa putrinya selamat. Kevin dan Hendra yang menyaksikan pun ikut terharu. Terlebih Kevin, ia beberapa kali mengusap air matanya. Nona kecilnya, nona kecilnya yang cerdas dan nakal itu pulang dengan selamat.
***
Dua korban pesawat Key Asia J 202 yang jatuh ke Laut Banda kini ditemukan selamat. Dua korban selamat itu adalah Kansha Andara, putri pasangan pengusaha Williams Corps dan Alandra Kenandra, seorang pilot dari maskapai yang sama. Mereka ditemukan oleh tim pencari ketika menyisir Laut Banda kemarin malam.
Kejadian berawal tim pencari menemukan semacam titik cahaya kecil yang diduga api di salah satu pulau tak berpenghuni. Namun mereka tidak bisa mendarat untuk memastikan kerena bahan bakar yang nyaris habis kemarin malam.
Keesokan paginya mereka kembali mendatangi pulau itu dan bertemu dengan dua orang yang mengaku korban pesawat jatuh.
Saat ini kedua korban selamat berada di Rumah Sakit Pelita untuk mendapatkan perawatan itensif.
Alan menonton berita itu dengan tatapan kosong. Saat ini ia tengah berbaring di salah satu kamar rawat VIP. Ia belum tahu sama sekali tentang keadaan Kansha bagaimana karena ketika sudah diperiksa dokter, dokter tidak memperbolehkan ia pergi kemana-mana.
Lalu pintu kamar inapnya terbuka. Alan menoleh ke arah pintu dan terkejut ketika keluarganya datang. Bunda berlari dan langsung memeluk dirinya erat. Alan meringis, bundanya menekan bekas lukanya yang belum sembuh benar.
Mendengar Alan meringis, bunda langsung melepaskan pelukannya. “Kenapa nak? Ada yang sakit? Yang mana? Mana dokternya? Kamu—“
“Bun, Alan baik-baik aja.” Alan menyela dengan nada lembut.
“Terus tadi kenapa kamu meringis? Kamu pasti terluka parah kan, Nak?” kata bunda sambil menangis.
Alan tersenyum melihat kekhawatiran bundanya, “Bunda, Alan tidak apa-apa. Luka Alan ternyata belum terlalu sembuh akibat kejadian itu.” Kata Alan.
Bunda mendesah pelan, “Syukurlah, kamu masih selamat, Nak.” Ucap bunda haru. bunda memeluk Alan kembali. Ia menumpukan semua beban kekhawatiran, kegelisahan, kegusaran, ketakutannnya di pundak Alan.
Terima kasih ya Allah batin bunda. Sudah tak terhitung berapa kali ia mengucap syukur pada sang Pemberi Kehidupan hingga rasanya ia masih tak cukup untuk sekedar mengucap syukur.
Alan memeluk erat sang bunda. Ia juga menangis terisak. Satu bulan jauh dari sang bunda membuat Alan merasakan perasaan rindu yang membucah. Ditambah ketika ia teringat dengan cerita Kansha. Sampai saat ini ia selalu mengucap syukur ketika hidupnya terasa beruntung karena ia dilahirkan ditengah keluarga yang mencintainya dengan setulus hati.
Setelah berpelukan cukup lama, bunda melepas pelukannya dan mengusap surai Alan yang sudah memanjang. Setelah itu mengecup dahi sang putra dengan mata yang masih menitikkan air mata. Lalu bunda tersenyum dan menoleh pada ayah yang setia berdiri dengan air mata berlinang.
“Ayah, anaknya sudah pulang. Kok gak dipeluk?” kata bunda.
Ayah mengusap air matanya lalu bergegas menghampiri sang putra kebanggannya. Ayah memeluk erat Alan yang langsung dibalas erat oleh Alan. Alan menangis hebat dipelukkan idola hidupnya. Yang membuat Alan terharu adalah dia dan sang ayah tidak terlalu dekat layaknya anak dan ayah. Mereka jarang mengobrol apalagi berpelukkan seperti ini. sikap dingin dan wibawa sang ayah membuat Alan segan pada ayahnya. Ayahnya adalah sosok lelaki hebat. dia tidak pernah menghakimi anaknya sendiri dan selalu mengusahakan solusi terbaik bagi setiap permasalahan. Meski tidak terlalu dekat layaknya ia dan sang bunda, namun Alan tahu bahwa ayahnya sangat sayang padanya.
Sejak kecil, Alan sudah menyukai fisika dan ilmu penerbangan. Ia sudah bercita-cita menjadi pilot seperti ayahnya. Baginya pekerjaan sang ayah adalah pekerjaan yang luar bisa dengan tanggung jawab tinggi. Namun bunda melarang impian Alan membuat Alan sedih. Namun Alan tidak mampu melawan kehendak bundanya. Ia menghormati bundanya lebih dari apapun. Alasan bunda tak ingin Alan menjadi pilot adalah Alan akan semakin jauh darinya dan jarang pulang. Cukup bunda merasa kesepian ditinggal ayah dan bila Alan juga, bunda akan semakin kesepian lebih dan lebih lagi. Alan mengerti itu.
Namun sang ayah tanpa sepengetahuan Alan dan bunda, mendaftarkan Alan sekolah penerbangan. Dia bahkan sudah mendatangani sebagai orang tua siswa. Bunda yang mengetahuinya marah dan terlibat perang dingin dengan ayah seminggu.
Alan awalnya senang mengetahui bahwa ayahnya mendukung mimpinya. Namun ia juga sedih ketika ayah dan bundanya bertengkar karena itu. Sehari sebelumnya, Alan sudah berniat untuk membatalkan pendaftarannya dengan tidak akan mengikuti ujian masuk. Namun saatitu bunda mengatakan akan menyetujui dan mendukung mimpi Alan.
Waktu itu bundanya bilang, “Kamu adalah anak beruntung yang sudah menemukan impian kamu sendiri. Bunda tidak mau menjadi orang tua egois dan tak berhati menentang mimpi anaknya sendiri. Namun ketika kamu memutuskan mengejar mimpimu, jangan berhenti di tengah jalan karena tidak ada kesempatan kedua lagi.”
Ketika Alan bertanya apa yang membuat bundanya itu berubah fikiran, Ayah hanya menjawab, “Ayah tidak meyakinkan bundamu. Bunda sudah dewasa, mampu berfikir dewasa dan kritis. Satu pesan ayah, jalani prosesnya dengan setulus hati.”
Sejak saat itulah, Alan berjanji akan bekerja keras agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah berjuang untuknya.
“Mas Alan.” Ucap Aisyah pelan. Alan menoleh pada Aisyah yang berdiri tak jauh dari ranjangnya. Di wajahnya seukir senyuman dengan isak kecil menghantarkan Alan melihat sosok gadis yang sudah tak ditemuinya sebulan ini.
“Aisyah.” Kata Alan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Gina Kenanga
ditunggu kelanjutan nya kak😍
2021-01-11
3
Rere Kurniasari
tgl 8 malam aku baca novel ini, besoknya ada berita SJ182 jatuh 😭😭, yg paling sedih salah satu korban dalam pesawat org yg ku kenal🥺😭, Al-fatihah buat kak syifamila & Kak Rufa. semoga ada keajaiban ,semoga Allah melindungi kalian , semoga kalian ditemukan dalam keadaan Sehat dan selamat seperti kisah kansha dan Alan 🤲🥺😭 Aamiin
2021-01-10
30