Bab 11. Aisyah Zakariyanissa

Aisyah Zakariyanissa, seorang gadis berhijab yang memiliki akhlak bagus dan tingkah laku baik. Aisyah lebih muda 2 tahun dari Alan. Mereka merupakan teman sedari kecil lalu beranjak dewasa, mereka berpisah karena Aisyah harus ikut abinya ke Maluku.

Pertama kali bertemu Alan lagi adalah saat ia bertandang ke rumah neneknya yang berada di Manado yang merupakan kampung halaman Alan. Aisyah sejak kecil ikut sang abi pergi ke Maluku. Jadilah ia dan sang abi akan pergi menjenguk sang nenek sebulan sekali.

Alan saat itu berusia 15 tahun. Ia sudah terpesona dengan teman kecilnya dahulu yang kini telah beranjak dewasa itu. Wajahnya putih, bersih dan bercahaya. Nilai kecantikannya bertambah karena Aisyah sudah mengenakan hijab. Lalu diusianya yang ke-19 tahun, sang abi memberitahukan bahwa keluarga Alan datang untuk mengkhitbah Aisyah.

Untuk kali pertama Aisyah merasakan ketertarikan pada lawan jenis adalah pada Alan. Ia tidak pernah mengenal cinta sebelumnya karena sang abi selalu menjaga pergaulan Aisyah.

Aisyah kini sedang berada di kamar Alan. Ia mendesah pelan, betapa ia merindukan pemilik kamar ini.

Bunda Alena datang ke kamar Alan. Dilihatnya Aisyah sedang termenung menatap ke luar. Masih terlihat jelas kesedihan pada raut Aisyah. Meski pun sudah ada perkembangan terbaru, beban kesedihan masih tak berkurang dalam hatinya.

Bunda duduk di tepi ranjang sang putra yang sudah tak ditempati pemiliknya hampir satu bulan. Bunda Alena mengusap lembut seprai yang masih sama sejak satu bulan yang lalu itu. Aroma khas Alan pun masih tercium di inderanya. Oh Allah, betapa bunda merindukan putra lelakinya.

“Aisyah.” Panggil Bunda. Aisyah terlihat tersentak kaget lalu menoleh ke sumber suara.

“Bunda.” Sahut Aisyah lirih.

“Kemari, nak.” Bunda menyuruh Aisyah mendekat. Aisyah menurut lalu duduk disamping bunda.

Bunda mengusap kepala Aisyah yang tertutup hijab. Betapa cantik paras Aisyah yang terjaga baik auratnya. Bunda lalu memegang tangan aisyah, menumpunya pada telapak tangannya sendiri dan menatap Aisyah penuh sayang.

“Aisyah, bunda sayang sekali pada Aisyah.” Ucap bunda tulus.

Aisyah menatap bunda dengan berkaca-kaca, “Aisyah juga sayang dengan bunda.” Jawab Aisyah tersenyum. Baginya bunda sudah seperti uminya. Ia yang telah kehilangan sang umi karena sudah dipanggil oleh sang Pencipta, diganti sayangnya dengan bunda Alena.

“Bunda ikhlas bila kamu ingin melepaskan Alan.” Ujar Bunda. Aisyah terpaku, perkataan bunda selanjutnya seolah petir yang menyambar hatinya. Demi Allah, Aisyah tak pernah ada niat sekalipun meninggalkan Alan.

“Bunda, Aisyah tidak akan meninggalkan Mas Alan.” Ucap Aisyah tegas.

“Nak, kami sekeluarga sudah ikhlas. Apapun yang terjadi pada Alan, kami ikhlas. Bunda harap kamu juga demikian. Kasihan Alan, nak.” Ucap Bunda sedikit terisak.

Aisyah menggeleng kuat, air matanya sudah turun deras. Tidak, ia yakin Alan belum meninggal. Ia yakin Alan akan kembali.

“Tidak, Bunda. Aisyah yakin Mas Alan masih hidup. Aisyah yakin, Bunda.” Tegas Aisyah.

Bunda memeluk Aisyah erat. Bukan hanya Aisyah yang berharap demikian, namun bunda pun juga berharap bahwa putra sulungnya itu masih hidup. Namun Bunda tak ingin egois, Aisyah berhak bahagia meski bukan dengan Alan.

“Aisyah harus kejar kebahagiaan Aisyah. Cari bahagiamu, Nak, meski bukan dengan Alan.” Ucap Bunda.

“Mas Alan adalah kebahagiaan Aisyah, Bun. Bagaimana bisa bunda bilang begitu?” Aisyah menggeleng tidak terima.

“Namun Alan sampai saat ini belum ditemukan. Bunda hanya takut bila suatu saat nanti kamu terus menunggu dan ternyata Alan pulang dalam keadaan tak bernyawa.” Sahut Bunda getir.

Aisyah melepaskan pelukannya, lalu menatap bunda yang sedari tadi berkaca-kaca. Dengan berlinang air mata, Aisyah berkata getir, “Bunda, beri waktu buat Aisyah. Bila dalam satu bulan, Mas Alan belum ditemukan, Aisyah ikhlas melepaskan Mas Alan.”

***

“Alan, kamu benar-benar serius ternyata.” Geleng Kansha tidak percaya. Pasalnya dua minggu sebelumnya, Alan bilang mereka tidak bisa terus menerus mengandalkan mencari buah-buahan atau umbi-umbian karena mereka tidak tahu apa yang ada dalam hutan. Karena semakin masuk ke dalam hutan, hutan makin lebat dan gelap. Jadi Alan tidak ingin mengambil resiko.

Sejak 2 minggu lalu mereka memang menanam kembali pohon singkong di sekitar tepi hutan. Namun bila menunggu tumbuh pasti akan lama. Jadilah Alan bilang, dia akan membuat alat untuk menangkap ikan. Alan bilang ia bisa membuat tombak dari kayu.

Awalnya Kansha tak yakin. Karena satu-satunya alat tajam yang mereka punya hanyalah pisau lipat milik Kansha yang kini bahkan hampir berkarat. Namun Alan tak main-main. Ia mencari batang pohon yang panjang dan ringan lalu diruncingkan salah satu ujungnya. Tentu saja proses peruncingan itu membutuhkan waktu lama. Jadilah alat itu selesai ketika sudah dua minggu.

"Kita bisa cari kerang seperti kemarin." Sanggah Kansha. Ia merasa ide Alan tidak terlalu bagus.

"Kita tidak bisa mengandalkan itu juga, Kansha. Kita butuh protein dan yang bisa kita makan ya ikan atau udang. Dan kalau kita beruntung, di air surut juga ada kepiting." tukas Alan.

kansha mendesah pasrah, perkataan Alan ada benarnya juga. Tapi mencari ikan jauh lebih sulit dibanding dengan mencari kerang. Ditambah mereka tidak memiliki peralatan memadai. Namun Kansha memilih mempercayai Alan.

"Jadi caranya bagaimana?" tanya Kansha.

“Kita bisa gunakan ini untuk menangkap ikan atau udang. Tidak perlu umpan, cukup kesabaran dan kegesitan saja saat menancapkannya.” Ujar Alan lalu menyerahkan satu tombak kayu pada Kansha.

“Kamu pantas jadi pilot.” kata Kansha.

Alan terkekeh mendengar nada skeptis dari mulut Kansha, “Apa hubungannya dengan ini?” tanya Alan geli.

“Apa saja.” Ucap Kansha acuh. “Jadi kita mulai darimana?” lanjutnya.

Alan menunjuk cekungan laut di sebelah utara ia berdiri. “Aku sudah mengamati tempat itu jauh-jauh hari. Sedikit jauh dari tempat kita mencari kerang.” Jelas Alan.

Kansha mengangguk, “Mari. Kita berburu, ketua suku.” Ajak Kansha bercanda. Alan tertawa.

***

Malam tiba dan Alan serta Kansha siap beraksi berburu ikan. Kansha dan Alan harus mengandalkan cahaya bulan dan mata terbuka untuk mengambil buruan.

Alan dan Kansha dengan serius mulai berburu ikan dengan alat buatan Alan. Kansha melihat salah satu ikan yang cukup besar bersembunyi di antara terumbu karang. Kansha lalu mulai mengangkat tombaknya dan menancapkannya pada ikan itu dengan cepat. Berhasil, ikan itu tertancap ujung tombaknya.

Kansha bersorak senang mengundang rasa penasaran Alan. Alan pun mendekat dan bertepuk tangan takjub dengan keberhasilan Kansha.

“Kerja bagus, nona pemburu.” Puji Alan.

“Tentu saja.” Sahut Kansha bangga. Alan pun lanjut mencari mangsa.

Tapi—

“Alan, bagaimana cara melepaskan ikan ini?” tanya Kansha.

Alan menoleh pada Kansha yang tampak kebingungan, “Tinggal kamu cabut saja.” Jawab Alan enteng.

Kansha terkejut, “Maksud kamu, tinggal cabut ikannya begitu saja?” seru Kansha tidak percaya.

“Tentu. Memang harus bagaimana lagi?” tanya Alan tidak mengerti.

Kansha menatap Alan dengan mata menyolot marah. Alan mengangkat alisnya, ia bingung dengan reaksi Kansha.

“Kamu kejam.” Desis Kansha marah.

“Kejam? Kejam maksudnya?” tanya Alan bingung.

“Alan, ikan ini juga kan makhluk hidup. Dia pasti bakal kesakitan.” Sahut Kansha sedih.

Alan tak mampu menahan tawa. “Kansha kamu lucu sekali. Apa menurutmu saat kamu menancapkan ujung runcing ke ikan itu, dia tidak kesakitan?”

Mata Kansha membola, “Kamu benar. Alan, apa aku sudah jadi pembunuh?” tanya Kansha panik.

“Tentu saja tidak. Kita hanya berusaha untuk mempertahankan hidup kita. Kalaupun kita tidak jadi membunuhnya, yang ada kita membunuh diri sendiri karena kelaparan.” Jawab Alan.

“Kamu benar juga. Tapi-“ Kansha terdiam. “Ah Alan, ini semua gara-gara kamu!” pekik Kansha.

Alan makin tak paham. “Kenapa jadi tiba-tiba salahkan aku?”

“Andai kamu tidak membuat alat kejam seperti ini. aku tidak akan berdosa karena sudah membuat ikan ini kesakitan.” Seru Kansha tajam.

Alan mendesah frustasi. Hidup bersama Kansha membuatnya memahami sedikit demi sedikit sikap dan perilaku Kansha. Kansha adalah tipe gadis polos dan agresif.

“Kalau aku tidak membuat alat yang kamu bilang kejam itu. Bagaimana cara kita mendapatkan makanan? kamu mau ambil ikan itu dengan tangan kosong? Lagipula, ini hanya terbuat dari kayu yang bahkan tidak seruncing dengan besi.”

Kansha terdiam dan berfikir, iya juga ya. Kalau tidak menggunakan alat, masa ia harus menangkap sendiri dengan tangan kosong. Tentu saja akan butuh waktu lama. Belum lagi kalau ia salah tangkap, bisa-bisa yang seharusnya ia tangkap udang malah lobster yang akan mencapitnya. Kansha menggeleng ngeri.

Alan memerhatikan reaksi Kansha.Ia tersenyum kecil. Kansha terlihat menggemaskan bila sedang frustasi seperti itu. Lalu ia tersadar, cepat-cepat ia mengusap wajahnya. Astagfirullah, gumam Alan.

“Tapi tetap saja. Itu terlalu kejam.” Rengek Kansha pelan.

“Jadi maumu apa?” tanya Alan sabar.

Kansha lagi-lagi terdiam, “Ini saja deh. Maaf ya ikan, aku sudah menyakiti kamu.” Ujar Kansha sedih sembari menatap ikan itu. Alan menggeleng geli.

Terpopuler

Comments

Ari Wardani

Ari Wardani

bgus kak cmn q jdi baperan bgt bcanya... next kak.. smngat nulisnya ya

2021-06-10

3

گسنيتي

گسنيتي

lucu tp menarik hehe.

2021-05-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Benang Hitam
2 Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3 Bab 3. Kabar Duka
4 Bab 4. Bertahan Hidup
5 Bab. 5 Mencari Cara
6 Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7 Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8 Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9 Bab 9. Titik Terang
10 Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11 Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12 Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13 Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14 Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15 Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16 Bab 16. Kebenaran
17 Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18 Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19 Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Sungguhan Selamat
22 Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23 Bab 23. Kecemasan Alan
24 Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25 Bab 25. Trauma
26 Bab 26. kabar Mengejutkan
27 Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28 Bab 28. Tanpa Pamit
29 Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30 Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31 Bab 31. Gagal
32 Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33 Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34 Bab 34. Tinggal Serumah
35 Bab 35. Paralel Terulang
36 Bab 36. Perang 'Urat'
37 Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38 Bab 38. Kansha dan Aisyah
39 Bab 39. Masokis Cinta
40 BAB 40. Khawatir
41 Bab 41. Mulai Bertindak
42 Bab 42. Tur ARC
43 BAB 43. Dia Memesona
44 Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45 Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46 Bab 46. Cinta Segitiga
47 Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48 Bab 48. Dilema
49 Bab 49. Pengakuan Paksaan
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 KARAKTER
60 Bab 59.
61 Bab 60.
62 Bab 61.
63 Bab 62.
64 Bab 63.
65 Bab 64.
66 Bab 65.
67 Bab 66.
68 Bab 67.
69 Bab 68.
70 Bab 69.
71 Bab 70.
72 BAB 71.
73 Bab 72.
74 Bab 73.
75 Bab 74.
76 Maafkan Aku!
77 Bab 75.
78 Bab 76.
79 Bab 77.
80 Bab 78.
81 Bab 79.
82 Bab 80.
83 Bab 81.
84 Bab 82.
85 Bab 83.
86 Bab 84.
87 Bab 85.
88 Bab 86.
89 Bab 87.
90 Bab 88.
91 Bab 89.
92 Bab 90.
93 Bab 91.
94 Bab 92.
95 Bab 93.
96 Bab 94.
97 Bab 95.
98 Bab 96.
99 Bab 97.
100 Bab 98.
101 Bab 99.
102 Bab 100.
103 Bab 101.
104 Bab 102.
105 Bab 103.
106 Bab 104.
107 Bab 105.
108 Bab 106.
109 Bab 107.
110 Bab 108.
111 Bab 109.
112 Bab 110.
113 Bab 111.
114 Minal Aidzin, Teman-Teman
115 Bab 112.
116 Bab 113.
117 Bab 114.
118 Bab 115.
119 Bab 116.
120 Bab 117.
121 Bab 118.
122 Bab 119.
123 Bab 120.
124 Bab 121.
125 Bab 122.
126 Bab 123.
127 Bab 124.
128 Bab 125.
129 Bab 126.
130 Bab 127.
131 Bab 128.
132 Bab 129.
133 Bab 130.
134 Bab 131.
135 Bab 132.
136 Bab 133.
137 Bab 134.
138 Bab 135.
139 Bab 136.
140 Bab 137.
141 Bab 138.
142 Bab 139.
143 Bab 140. END
144 Seakhir Kata
145 Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146 Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147 Announcement!
148 Karya Baruuuu!!
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Benang Hitam
2
Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3
Bab 3. Kabar Duka
4
Bab 4. Bertahan Hidup
5
Bab. 5 Mencari Cara
6
Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7
Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8
Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9
Bab 9. Titik Terang
10
Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11
Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12
Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13
Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14
Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15
Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16
Bab 16. Kebenaran
17
Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18
Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19
Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Sungguhan Selamat
22
Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23
Bab 23. Kecemasan Alan
24
Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25
Bab 25. Trauma
26
Bab 26. kabar Mengejutkan
27
Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28
Bab 28. Tanpa Pamit
29
Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30
Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31
Bab 31. Gagal
32
Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33
Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34
Bab 34. Tinggal Serumah
35
Bab 35. Paralel Terulang
36
Bab 36. Perang 'Urat'
37
Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38
Bab 38. Kansha dan Aisyah
39
Bab 39. Masokis Cinta
40
BAB 40. Khawatir
41
Bab 41. Mulai Bertindak
42
Bab 42. Tur ARC
43
BAB 43. Dia Memesona
44
Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45
Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46
Bab 46. Cinta Segitiga
47
Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48
Bab 48. Dilema
49
Bab 49. Pengakuan Paksaan
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
KARAKTER
60
Bab 59.
61
Bab 60.
62
Bab 61.
63
Bab 62.
64
Bab 63.
65
Bab 64.
66
Bab 65.
67
Bab 66.
68
Bab 67.
69
Bab 68.
70
Bab 69.
71
Bab 70.
72
BAB 71.
73
Bab 72.
74
Bab 73.
75
Bab 74.
76
Maafkan Aku!
77
Bab 75.
78
Bab 76.
79
Bab 77.
80
Bab 78.
81
Bab 79.
82
Bab 80.
83
Bab 81.
84
Bab 82.
85
Bab 83.
86
Bab 84.
87
Bab 85.
88
Bab 86.
89
Bab 87.
90
Bab 88.
91
Bab 89.
92
Bab 90.
93
Bab 91.
94
Bab 92.
95
Bab 93.
96
Bab 94.
97
Bab 95.
98
Bab 96.
99
Bab 97.
100
Bab 98.
101
Bab 99.
102
Bab 100.
103
Bab 101.
104
Bab 102.
105
Bab 103.
106
Bab 104.
107
Bab 105.
108
Bab 106.
109
Bab 107.
110
Bab 108.
111
Bab 109.
112
Bab 110.
113
Bab 111.
114
Minal Aidzin, Teman-Teman
115
Bab 112.
116
Bab 113.
117
Bab 114.
118
Bab 115.
119
Bab 116.
120
Bab 117.
121
Bab 118.
122
Bab 119.
123
Bab 120.
124
Bab 121.
125
Bab 122.
126
Bab 123.
127
Bab 124.
128
Bab 125.
129
Bab 126.
130
Bab 127.
131
Bab 128.
132
Bab 129.
133
Bab 130.
134
Bab 131.
135
Bab 132.
136
Bab 133.
137
Bab 134.
138
Bab 135.
139
Bab 136.
140
Bab 137.
141
Bab 138.
142
Bab 139.
143
Bab 140. END
144
Seakhir Kata
145
Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146
Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147
Announcement!
148
Karya Baruuuu!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!