Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh

Alan mengambil buku tentang sejarah islam di dalam ranselnya lalu memasukkan ransel kecilnya ke dalam bagasi. Setelah itu ia duduk di kursi bisnis yang dipesannya. Kebiasaan Alan saat naik pesawat adalah membaca buku atau mendengarkan murotal. Ponselnya pun sudah dalam mode pesawat dengan earphone yang sudah terpasang sambungannya.

Alan adalah seorang pilot, namun kali ini yang mengemudikan pesawatnya adalah salah satu rekannya. Alan adalah pilot yang berkompeten dengan jam terbang tinggi. Namun hari ini, ia mengambil cuti karena ingin menemui calon istrinya sekaligus menjenguk ayah dari calon istrinya yang tengah jatuh sakit.

***

Pesawat sudah lepas landas. Kansha yang punya hobi tidur ketika naik pesawat bahkan sudah tertidur pulas. Ia tidak tidur dengan baik tadi malam, karena harus mempersiapkan segala hal untuk peliputan ilegalnya di Maluku.

Katakan brengsek pada Benny, yang sudah membuatnya seperti ini. Sampai sekarang Kansha masih kesal dengan atasannya itu. Mengambil keuntungan dengan melanggar privasi, jelas bukan prinsip seorang jurnalis.

Namun beberapa menit kemudian, Kansha terbangun karena merasa ada guncangan yang besar. Kansha menoleh sekeliling, para penumpang masih duduk dengan tenang di kursinya masing-masing, nampaknya tidak terpengaruh dengan guncangan tadi. Kansha lalu melirik ke arah jendela, awan- awan terlihat cerah dan putih. Kansha selalu suka melihat ke jendela seperti ini dan menemukan hamparan awan yang seolah menyelimutinya.

Tiba-tiba Kansha merasakan guncangan lagi. Kali ini lebih besar bahkan sampai membuat jantungnya bertalu dan tubuhnya sampai oleng. Lalu ia merasakan sesak nafas, seakan seluruh pasokan udara telah habis. Nafasnya makin berat, paru-parunya pun sama. Dadanya terasa tertekan, jantungnya terus berdetak cepat. Kepalanya terasa pusing serasa ingin pecah.

Kansha kira tengah ada turbulensi, namun ini jauh lebih parah dan menakutkan. Hingga Kansha berteriak. Tidak, bukan hanya dia—tapi seluruh penumpang berteriak.

Kansha ketakutan, adrenalinnya seolah terpacu. Namun ia mencoba tidak panik, firasatnya akan ada sesuatu yang terjadi sebentar lagi, entah buruk ataupun baik. Kansha dengan gemetar segera mengeluarkan rompi pelampung yang selalu setia tersimpan di tas doraemonnya dan memakainya secepat kilat.

Pesawat kembali berguncang dan tiba-tiba ia tidak merasakan apa-apa lagi seiring dengan nada peringatan pesawat dan suara pilot dari kotpit. Matanya memejam.

***

Alan yang sedang asik memejamkan mata sambil mendengarkan murotal, seketika terkejut dengan guncangan yang besar. Ia kira hanya turbulensi, namun guncangan terus semakin besar. Alan merasa ada yang salah pada pesawat, mungkin kesalahan mesin. Dugaannya benar, ketika ia merasakan pesawat seperti menukik turun. Jantungnya mulai berdetak cepat kontras dengan nafasnya yang semakin berat.

Alan mencoba tidak panik, Ia mengeluarkan rompi pelampung yang selalu ia simpan di tas kecilnya dan memakainya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, maka sebagai pilot ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia terus melafalkan ayat suci didalam hatinya, meminta perlindungan dan keselamatan dari Sang Kuasa.

Alan tidak bisa lagi berfikir jernih, kepalanya makin berat hingga ia menyerah. Matanya memejam dan tubuhnya terkulai.

***

Kansha membuka matanya. Kepalanya terasa pusing dan seluruh badannya remuk. Kansha mencoba bangun dengan susah payah. Ia merasakan tulang kakinya retak. Seluruh tubuhnya juga luka-luka. Rambutnya berantakan dan bajunya sedikit terkoyak dan lembab.

“Sssh.” Kansha meringis.

Kansha terduduk lemas, ia melihat dengan samar-samar ada laut dengan gelombang tinggi didepannya. Debur ombak saling menggempur. Lalu setelah itu, laut kembali tenang.

“Ini dimana? Apa aku sudah mati? Apakah ini adalah surga?” gumam Kansha panik.

Lalu dia teringat dengan insiden tragis beberapa saat lalu. Pesawat itu tenggelam ke dasar laut. Beruntung, Kansha sudah mengikuti pelatihan keselamatan di air. Ia melepas safety belt nya tepat ketika pesawat jatuh dan langsung berenang keluar dengan perlahan. Rupanya, sang pilot sempat membuka pintu pesawat sebelum terlambat. Setelah itu yang ia ingat ia hanya terus berenang dan berenang hingga ia kelelahan dan jatuh tak sadarkan diri. Sepertinya, tubuhnya mengapung di atas air dan terdorong oleh ombak hingga ia berada di tepian.

Lalu ia menoleh ke samping kirinya dan menemukan seseorang yang tergeletak dengan badan penuh luka.

Kansha menutup mulutnya. “Apa dia sudah meninggal?” gumam Kansha ketakutan. Lalu sedikit demi sedikit ia bangun dan menyeret kakinya menghampiri lelaki itu.

“Ha—lo.” Ucap Kansha takut. Namun tak ada tanggapan apapun dari laki-laki itu. Kansha pun mencoba menggoyangkan kaki laki-laki itu dengan kakinya yang terasa ngilu dan lemas. Namun lagi-lagi ia tidak mendapat balasan apapun.

“Kurasa dia sudah meninggal. Bagaimana ini?” ujar Kansha cemas dan takut.

“TOLONG! ADA MAYAT DISINI!” tidak ada cara lain, Kansha berteriak minta tolong. Namun pulau itu sunyi—terlalu sunyi.

“Siapa yang kamu sebut mayat?” ucap laki-laki itu lirih. Ia sadar ketika mendengar teriakan cempreng dari seorang wanita.

Kansha menoleh terkejut, “Kamu masih hidup?” pekik Kansha.

Laki-laki itu mencoba bangun sambil meringis. Ia duduk dengan susah payah. Laki-laki itu adalah Alan. “Tentu saja aku masih hidup.” Ucap Alan lirih. Ia merasa sakit luar biasa pada seluruh tubuhnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Guncangan itu--?” tanya Kansha tidak meneruskan ucapannya. Ia masih terlalu ngeri dengan kejadian yang baru saja hampir merenggutkan nyawanya.

“Kurasa, ada kesalahan mesin pada pesawat hingga pesawat berguncang dan jatuh.” Jawab Alan menjawab sebisanya.

Alan menoleh pada Kansha lalu beralih pada rompi yang dipakai Kansha. Rupanya Kansha memiliki rencana penyelamatan sama dengannya.”Pernah ikut pelatihan keselamatan diri?” tanya Alan sambil menatap rompi pelampung yang dipakai Kansha.

Kansha menunduk, menatap rompinya yang sudah setengah kering sekarang. Kansha lalu mengangguk, “Iya, baru beberapa bulan yang lalu. Rompi ini dikasih oleh temanku, karena tahu aku selalu bepergian hingga ke luar pulau.” Jawab Kansha.

“Kamu juga--” Tunjuk Kansha pada rompi yang dipakai Alan.

“Aku seorang pilot, tentu saja aku tahu apa yang harus kulakukan bila ada di situasi seperti itu.” Jelas Alan.

Mata Kansha membola, “Jadi—“ tunjuk Kansha pada Alan, membuat Alan bingung. “Kamu yang sudah bikin pesawat jatuh?” tuduh Kansha.

Kening Alan mengernyit, “Apa?” tanya Alan bingung.

“Kamu bilang, kamu pilot, otomatis—“

“Aku memang seorang pilot tapi bukan aku yang mengendalikan pesawat itu. Kamu tidak lihat, apakah aku memakai seragam atau tidak?”

Kansha menatap pakaian Alan, hanya kaus, jaket dan celana jeans hitam. Jelas bukan ciri seragam seorang pilot.

“Aku sedang mengambil cuti. Niatnya aku mau ke Maluku karena ingin menemui calon istriku.” Jelas Alan.

Mata Kansha melunak, nadanya juga kembali biasa. “Begitu toh. Maaf ya.” Ucap Kansha malu.

“Kamu sendiri, ke Maluku untuk apa?” tanya Alan.

Kansha menghela nafas pelan. Ia tanpa sadar merasa lega. “Disuruh seorang atasan yang tidak peduli hukum untuk meliput berita dengan melanggar privasi orang. Untung saja tidak terjadi, Tuhan sepertinya tahu kalau itu bukan niat yang baik.” Jelas Kansha. Entah kenapa ia menghembuskan nafas lega.

“Ya, dan sebagai gantinya kita terdampar di pulau ini.” timpal Alan. Kansha berganti mendesah.

Alan memerhatikan ke sekeliling. Pulau itu memiliki pasir putih yang halus. Ombaknya juga tidak terlalu besar dan suhunya lumayan terik. Ada hutan di arah selatan dengan tempat tinggi seperti puncak bukit di arah utara. Dan Alan bisa melihat deretan pohon kelapa berjajar tinggi. Namun menurut perkiraannya, pulau ini termasuk pulau terpencil dengan jalur laut yang jarang dilalui perahu nelayan sekalipun.

“Omong-omong kita dimana?” tanya Kansha sambil melihat ke sekeliling.

“Kurasa di salah satu pulau terpencil di sekitar Laut Banda.” Jawab Alan tidak yakin.

Kansha mendesah, “Mimpi apa aku semalam? Hampir menjadi korban pesawat jatuh dan kini terdampar di pulau terpencil.” Pekik Kansha frustasi.

Alan hanya diam. Ia juga serasa tidak percaya. “Omong-omong siapa namamu?” tanya Alan mengalihkan topik.

Kansha menoleh. Benar mereka belum sempat berkenalan. “Kansha.” Ujar Kansha lalu mengulurkan tangannya bermaksud berjabat tangan.

“Alandra.” Ucap Alan menangkupkan tangannya di dada. Melihat Alan yang tidak membalas jabatan tangannya, kansha pun menurunkan tangannya. Setelah itu ia kembali melihat ke arah laut yang kini berombak tenang dengan canggung.

Lama mereka terdiam. Merenungi yang sudah terjadi pada mereka berdua. Alan akui, ia sempat marah dalam hati pada Allah. Namun Alan segera berucap memohon ampun. Seharusnya ia bersyukur, dirinya masih diberi kesempatan bernafas sekali lagi.

Kansha juga ikut termenung. Ia sebenarnya tidak menyesali kejadian ini sama sekali. Ia sudah pasrah, bila memang itu adalah akhir waktunya, ia tidak masalah. Ia sudah sangat lelah dengan beban penderitaan yang ia tanggung selama sewindu hidupnya.

Kruyukk

Terdengar bunyi kruyuk pertanda lapar dari perut Kansha. Alan menoleh pada Kansha yang memegang perutnya.

“Aku lapar.” Keluh Kansha mencebik.

Alan terdiam. Ia juga sama laparnya. Namun tak ada yang bisa dimakan untuk saat ini. Tas kecilnya rupanya tidak terbawa juga ketika menyelamatkan diri. Dan ia juga masih terlalu lemas kalau harus mencari makanan sekarang. Lalu matanya terpaut pada tas pinggang Kansha.

“Apa yang ada di dalam tasmu?” tanya Alan.

Kansha terkejut, baru teringat dengan tas Doraemon yang selalu melingkar di pinggangnya. Kansha lalu menunduk menatap tasnya dan membuka tas pinggangnya, seketika matanya berbinar senang. Ia lalu mengeluarkan dua buah roti gandum yang selalu menjadi teman penunda laparnya tiap ia bepergian.

“Ternyata benar ya. Kalau orang lagi sial, minum air dingin saja bisa menyangkut di gigi. Tapi kalau sedang beruntung, selembar kertas bekas juga bisa dijadikan uang.” Gumam Kansha sambil menatap dua roti gandum yang sudah hancur di tangannya.

“Peribahasa darimana itu?” ujar Alan mengernyit.

“Aku melihatnya di drama China.” Jawab Kansha acuh. “ Nih untukmu.” Kansha lalu memberikan satu roti pada Alan.

Alan menerimanya dengan senang dan penuh rasa syukur, “Terima kasih.” Ucap Alan tersenyum pada Kansha.

“Sama-sama.” Kata Kansha.

“Kini aku tahu, kenapa Nana sampai menjuluki tasku sebagai kantung doraemon.” Lanjut Kansha sambil mengunyah.

“Siapa Nana?” tanya Alan.

“Nana--” Kansha menghentikan kunyahannya. Lalu ia menyadari sesuatu, “Astaga Nana!” teriak Kansha mengagetkan Alan.

“Astagfirullah. Ada apa? Kenapa tiba-tiba berteriak?” seru Alan. Ia sampai tersedak.

“Apa yang akan terjadi pada keluarga kita setelah tahu pesawat yang kita tumpangi jatuh?” ucapan Kansha membuat Alan mematung.

Terpopuler

Comments

amyrizannor edora

amyrizannor edora

kayak seru

2021-08-24

0

ayudisa

ayudisa

padahl tegang la kok khanza teriak teriak buat shok aja

2021-08-22

0

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

ga bisa bayangin aku yg brada didlm pesawat itu...merindingggg...
walaupun aku ga prnh naek pesawat..krna apa2 udh parno dluan..naek kreta api aja blm prnh krna udh sering dnger berita mngerikan tentang kreta api😓😓

2021-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Benang Hitam
2 Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3 Bab 3. Kabar Duka
4 Bab 4. Bertahan Hidup
5 Bab. 5 Mencari Cara
6 Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7 Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8 Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9 Bab 9. Titik Terang
10 Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11 Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12 Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13 Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14 Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15 Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16 Bab 16. Kebenaran
17 Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18 Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19 Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Sungguhan Selamat
22 Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23 Bab 23. Kecemasan Alan
24 Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25 Bab 25. Trauma
26 Bab 26. kabar Mengejutkan
27 Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28 Bab 28. Tanpa Pamit
29 Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30 Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31 Bab 31. Gagal
32 Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33 Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34 Bab 34. Tinggal Serumah
35 Bab 35. Paralel Terulang
36 Bab 36. Perang 'Urat'
37 Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38 Bab 38. Kansha dan Aisyah
39 Bab 39. Masokis Cinta
40 BAB 40. Khawatir
41 Bab 41. Mulai Bertindak
42 Bab 42. Tur ARC
43 BAB 43. Dia Memesona
44 Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45 Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46 Bab 46. Cinta Segitiga
47 Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48 Bab 48. Dilema
49 Bab 49. Pengakuan Paksaan
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 KARAKTER
60 Bab 59.
61 Bab 60.
62 Bab 61.
63 Bab 62.
64 Bab 63.
65 Bab 64.
66 Bab 65.
67 Bab 66.
68 Bab 67.
69 Bab 68.
70 Bab 69.
71 Bab 70.
72 BAB 71.
73 Bab 72.
74 Bab 73.
75 Bab 74.
76 Maafkan Aku!
77 Bab 75.
78 Bab 76.
79 Bab 77.
80 Bab 78.
81 Bab 79.
82 Bab 80.
83 Bab 81.
84 Bab 82.
85 Bab 83.
86 Bab 84.
87 Bab 85.
88 Bab 86.
89 Bab 87.
90 Bab 88.
91 Bab 89.
92 Bab 90.
93 Bab 91.
94 Bab 92.
95 Bab 93.
96 Bab 94.
97 Bab 95.
98 Bab 96.
99 Bab 97.
100 Bab 98.
101 Bab 99.
102 Bab 100.
103 Bab 101.
104 Bab 102.
105 Bab 103.
106 Bab 104.
107 Bab 105.
108 Bab 106.
109 Bab 107.
110 Bab 108.
111 Bab 109.
112 Bab 110.
113 Bab 111.
114 Minal Aidzin, Teman-Teman
115 Bab 112.
116 Bab 113.
117 Bab 114.
118 Bab 115.
119 Bab 116.
120 Bab 117.
121 Bab 118.
122 Bab 119.
123 Bab 120.
124 Bab 121.
125 Bab 122.
126 Bab 123.
127 Bab 124.
128 Bab 125.
129 Bab 126.
130 Bab 127.
131 Bab 128.
132 Bab 129.
133 Bab 130.
134 Bab 131.
135 Bab 132.
136 Bab 133.
137 Bab 134.
138 Bab 135.
139 Bab 136.
140 Bab 137.
141 Bab 138.
142 Bab 139.
143 Bab 140. END
144 Seakhir Kata
145 Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146 Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147 Announcement!
148 Karya Baruuuu!!
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Benang Hitam
2
Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3
Bab 3. Kabar Duka
4
Bab 4. Bertahan Hidup
5
Bab. 5 Mencari Cara
6
Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7
Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8
Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9
Bab 9. Titik Terang
10
Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11
Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12
Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13
Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14
Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15
Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16
Bab 16. Kebenaran
17
Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18
Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19
Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Sungguhan Selamat
22
Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23
Bab 23. Kecemasan Alan
24
Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25
Bab 25. Trauma
26
Bab 26. kabar Mengejutkan
27
Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28
Bab 28. Tanpa Pamit
29
Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30
Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31
Bab 31. Gagal
32
Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33
Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34
Bab 34. Tinggal Serumah
35
Bab 35. Paralel Terulang
36
Bab 36. Perang 'Urat'
37
Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38
Bab 38. Kansha dan Aisyah
39
Bab 39. Masokis Cinta
40
BAB 40. Khawatir
41
Bab 41. Mulai Bertindak
42
Bab 42. Tur ARC
43
BAB 43. Dia Memesona
44
Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45
Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46
Bab 46. Cinta Segitiga
47
Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48
Bab 48. Dilema
49
Bab 49. Pengakuan Paksaan
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
KARAKTER
60
Bab 59.
61
Bab 60.
62
Bab 61.
63
Bab 62.
64
Bab 63.
65
Bab 64.
66
Bab 65.
67
Bab 66.
68
Bab 67.
69
Bab 68.
70
Bab 69.
71
Bab 70.
72
BAB 71.
73
Bab 72.
74
Bab 73.
75
Bab 74.
76
Maafkan Aku!
77
Bab 75.
78
Bab 76.
79
Bab 77.
80
Bab 78.
81
Bab 79.
82
Bab 80.
83
Bab 81.
84
Bab 82.
85
Bab 83.
86
Bab 84.
87
Bab 85.
88
Bab 86.
89
Bab 87.
90
Bab 88.
91
Bab 89.
92
Bab 90.
93
Bab 91.
94
Bab 92.
95
Bab 93.
96
Bab 94.
97
Bab 95.
98
Bab 96.
99
Bab 97.
100
Bab 98.
101
Bab 99.
102
Bab 100.
103
Bab 101.
104
Bab 102.
105
Bab 103.
106
Bab 104.
107
Bab 105.
108
Bab 106.
109
Bab 107.
110
Bab 108.
111
Bab 109.
112
Bab 110.
113
Bab 111.
114
Minal Aidzin, Teman-Teman
115
Bab 112.
116
Bab 113.
117
Bab 114.
118
Bab 115.
119
Bab 116.
120
Bab 117.
121
Bab 118.
122
Bab 119.
123
Bab 120.
124
Bab 121.
125
Bab 122.
126
Bab 123.
127
Bab 124.
128
Bab 125.
129
Bab 126.
130
Bab 127.
131
Bab 128.
132
Bab 129.
133
Bab 130.
134
Bab 131.
135
Bab 132.
136
Bab 133.
137
Bab 134.
138
Bab 135.
139
Bab 136.
140
Bab 137.
141
Bab 138.
142
Bab 139.
143
Bab 140. END
144
Seakhir Kata
145
Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146
Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147
Announcement!
148
Karya Baruuuu!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!