Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh

Pagi hari yang kesekian telah tiba. Alan dan Kansha mulai merasa betah di pulau, tentu saja karena sudah sebulan berada disana.

Pagi ini, Alan dan Kansha akan menyelam dan berburu di laut. Mereka tidak bisa selalu mengandalkan perburuan di darat, itu karena mereka tidak berani menjelajah lebih jauh lagi. Mereka tidak tahu ada apa yang ada di dalam kelebatan hutan pulau.

"Jangan sampai ke tengah, kita harus tetap di garis pantai, ombak Laut Banda sedang tinggi." ucap Alan yang diangguki Kansha.

"Kansha, kamu yakin bisa melakukannya? Kita hanya berbekal diri sendiri." tanya Alan lagi. Ketika dia mengusulkan untuk berburu di laut, Kansha mengajukan diri untuk ikut. Awalnya Alan ragu, Kansha tidak terlihat seperti bisa menyelam.

"Kamu masih meragukan aku ternyata. Lihat saja kemampuanku, menyelam adalah hal yang mudah." sahut Kansha percaya diri.

"Ini juga bukan soal menyelam saja, tapi kita harus berburu untuk mendapatkan makanan." timpal Alan.

"Tenang saja, akan kubawakan ikan paling besar atau kalau perlu udang karang bahkan abalone, kalau ada." imbuh Kansha sembari terkekeh.

***

Langit cerah dengan awan berkumpul membentuk gugusan cantik mengiringi perjalanan berburu mereka di laut. Kansha dan Alan masuk ke dalam laut tanpa ragu. Meski dengan seadanya, mereka tetap berani mengambil resiko. Rasa takut akan keberlangsungan hidup yang tak menentu, membuat keberanian mereka membara.

Insting berburu mereka benar-benar sudah seperti mendarah daging. Pasalnya sudah berjam-jam mereka berburu dan mereka tak pernah beristirahat sama sekali. Panas matahari dan deburan ombak malah mendorong semangat mereka.

"Kurasa aku melihat kerang." batin Kansha. Matanya menatap tajam dan awas di antara terumbu karang.

Kansha bergerak secara perlahan ketika dia berhasil menemukan targetnya. Sebuah kerang besar menempel di bebatuan terumbu karang.

Kansha terus bergerak perlahan dan dengan kecepatan kilat, dia menangkap kerang itu.

Kansha naik ke permukaan dan bersorak senang, "Alan, aku dapat kerang!" pekiknya.

Alan yang tak jauh dari tempatnya menoleh dan seketika memekik senang, "Bagus. Tapi satu kerang tentu tidak cukup, kita harus mencari lagi." katanya.

"Oke." angguk Kansha lalu kembali menyelam ke dasar laut.

Kansha menyelam semakin ke bawah. Sulit rasanya untuk tetap membuka mata tanpa kacamata renang. Dia mendekati batu karang yang biasanya selalu ada kerang, ikan atau gastropoda didalamnya. Namun mata Kansha melebar ketika ada seekor kura-kura yang terperangkap jaring. Kaki depannya berdarah karena lilitan jaring yang kuat dengan kura-kura itu terus mencoba melepaskan diri.

Kansha yang merasa kasihan, mencoba melepaskan jaring itu. Agak sulit karena dia juga harus tetap menstabilkan tubuhnya agar tidak terdorong arus ombak laut.

Setelah beberapa lama, Kansha berhasil melepasnya. Kura-kura itupun langsung pergi ke dalam lubang karang. Kansha menghembuskan nafas lega.

"Dasar manusia gila." umpat Kansha begitu dia naik ke permukaan. Dia merasa amat kesal sekali. Jaring itu sudah usang dan nampak seperti sampah. Dan ulah siapa itu kalau bukan manusia yang tidak punya hati membuang sampah sembarangan ke laut?

Alan mendekat pada Kansha yang menampilkan raut kesal. Alan mengernyit bingung, "Kamu kenapa?" tanya Alan. Suaranya agak teredam oleh angin laut yang berhembus kencang.

"Aku akan menceritakannya nanti. Ayo pulang." kata Kansha datar. Dia pun langsung berjalan mendekati bibir pantai diikuti Alan yang membawa beberapa kerang berukuran sedang.

Alan dan Kansha duduk di batang pohon dekat dengan gubuk mereka. Di depan mereka, api unggun tengah memanggang kerang yang mereka tusukkan ke ranting seperti dijadikan satai.

"Jadi ada apa? Kenapa mukamu sedari tadi keruh?" celetuk Alan. Ia membalikkan satai kerang itu dan membiarkan asap menyelimuti daging agar menimbulkan sensasi rasa hangus.

Kansha mendesah, "Kamu tahu apa yang kutemukan di laut tadi?" Alan menggeleng menanggapinya.

"Aku menemukan seekor kura-kura tersangkut sampah seperti jaring. Kaki depannya bahkan terluka. Aku merasa kasihan sekaligus marah." tutur Kansha.

"Benarkah? Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" Alan terkejut.

"Aku mencoba melepaskannya dan setelah terlepas, kura-kura itu berjalan pelan ke dalam lubang terumbu karang, dia nampak kesakitan." jawab Kansha sedih.

"Aku benar-benar kesal dan marah. Bagaimana bisa manusia membuang sampah seperti itu ke laut? Laut penuh dengan makhluk hidup, mereka bisa mati kalau begitu!" lanjut Kansha dengan emosi.

"Itu adalah fakta ironis dan bukan hal aneh lagi. Kamu tahu, sampah seperti plastik tidak akan lebur hingga ratusan juta tahun, sedangkan jumlah sampah kita sangat besar hingga banyak orang yang membuang sampah di aliran air, seperti sungai. Dan sungai kan mengalir ke laut. Dan akibat sampah sampah itu, biota laut menjadi korbannya. Contohnya, baru-baru ini, ada paus yang didalam perutnya ditemukan sampah plastik. " kata Alan.

Kansha mendesah pelan, "Ulah manusia memang kadang membahayakan dan terkesan sadis." timpal Kansha menggeleng pelan.

"Jadi, kurasa solusi terbaik adalah jangan membuang sampah sembarangan ke sungai atau ke laut. Lebih baik mengurangi penggunaan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Dewasa ini, sudah banyak produk yang bisa didaur ulang dan ramah lingkungan."

Kansha mengangguk setuju, "Ya, teknologi semakin maju tanda perabadan makin berkembang. Dan sudah sepatutnya manusia juga melangkah maju, tinggalkan hal-hal yang sudah kuno." komentar Kansha.

"Perkataanmu bagus sekali, Kansha." ucap Alan takjub sambil mengangkat jempolnya.

"Tentu saja. Aku lulusan terbaik di kampus." Kansha tersenyum bangga.

***

"Aku haus." kata Kansha lesu. Sinar matahari kini sangat terik. Kansha merasa dehidrasi seharian ini.

"Ada air tawar yang kemarin kamu susah payah suling. Minum saja itu." balas Alan.

Kansha berdecak, "Ck, airnya bahkan belum sepertiganya. Disini ada banyak pohon kelapa, kenapa tidak kita petik satu?"

Alan menengadah, dia menatap satu pohon kelapa didekatnya yang menjulang tinggi, "Kalau kamu bisa memetiknya, silakan." ucapnya.

Kansha ikut menengadah, "Pohonnya lumayan tinggi, kurasa kamu bisa menjangkaunya, Lan."

Alan menggeleng, "Sudah kubilang tidak bisa. Aku tidak bisa memanjat pohon." tolaknya lagi.

"Bohong sekali kamu. Masa kamu tidak bisa memanjat?" Kansha berujar tidak percaya.

"Aku hidup di kota besar, mana pernah aku belajar memanjat." kata Alan sedikit malu.

"Cih, anak kota." ejek Kansha.

Alan melotot, namun Kansha hanya membalasnya dengan menjulurkan lidahnya.

"Nah, anak kota, coba perhatikan baik-baik kemampuan memanjat seorang Kansha." usai mengatakan itu, Kansha dengan percaya diri mulai memanjat pohon kelapa. Alan terngaga melihatnya.

"Kamu bisa memanjat?" Alan takjub bercampur tidak percaya, "Setinggi itu?"

"Tentu saja, memangnya kamu." ejek kembali Kansha.

Alan mendongak, "Kansha, jangan dulu di--"

Bug

Terlambat, Kansha sudah memelintir kelapa itu hingga menyebabkan kelapa itu jatuh ke tanah. Namun yang menjadi masalahnya adalah..

"Alan!" pekik Kansha terkejut. Dia bergegas turun dan mendekati Alan yang terkapar.

Kansha meringis, "Kepalamu.."

"Kansha, kenapa ada banyak burung di atas kepala ku?" tanya Alan pelan. Dia sungguh pusing. Setelah itu Alan malah jatuh pingsan.

Kansha hanya bisa meringis pelan.

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

gk gegar otak tuh kepala kejatuhan kelapa 😅😅

2022-12-12

1

buk e irul

buk e irul

🤣🤣🤣🤣🤣

2021-12-20

0

Meity Manoppo

Meity Manoppo

Sdh sebulan mrk ga ganti baju ya...wah kebayang daleman/cd di pake sebulan..😆😆😆

2021-08-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Benang Hitam
2 Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3 Bab 3. Kabar Duka
4 Bab 4. Bertahan Hidup
5 Bab. 5 Mencari Cara
6 Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7 Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8 Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9 Bab 9. Titik Terang
10 Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11 Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12 Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13 Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14 Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15 Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16 Bab 16. Kebenaran
17 Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18 Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19 Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Sungguhan Selamat
22 Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23 Bab 23. Kecemasan Alan
24 Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25 Bab 25. Trauma
26 Bab 26. kabar Mengejutkan
27 Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28 Bab 28. Tanpa Pamit
29 Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30 Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31 Bab 31. Gagal
32 Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33 Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34 Bab 34. Tinggal Serumah
35 Bab 35. Paralel Terulang
36 Bab 36. Perang 'Urat'
37 Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38 Bab 38. Kansha dan Aisyah
39 Bab 39. Masokis Cinta
40 BAB 40. Khawatir
41 Bab 41. Mulai Bertindak
42 Bab 42. Tur ARC
43 BAB 43. Dia Memesona
44 Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45 Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46 Bab 46. Cinta Segitiga
47 Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48 Bab 48. Dilema
49 Bab 49. Pengakuan Paksaan
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 KARAKTER
60 Bab 59.
61 Bab 60.
62 Bab 61.
63 Bab 62.
64 Bab 63.
65 Bab 64.
66 Bab 65.
67 Bab 66.
68 Bab 67.
69 Bab 68.
70 Bab 69.
71 Bab 70.
72 BAB 71.
73 Bab 72.
74 Bab 73.
75 Bab 74.
76 Maafkan Aku!
77 Bab 75.
78 Bab 76.
79 Bab 77.
80 Bab 78.
81 Bab 79.
82 Bab 80.
83 Bab 81.
84 Bab 82.
85 Bab 83.
86 Bab 84.
87 Bab 85.
88 Bab 86.
89 Bab 87.
90 Bab 88.
91 Bab 89.
92 Bab 90.
93 Bab 91.
94 Bab 92.
95 Bab 93.
96 Bab 94.
97 Bab 95.
98 Bab 96.
99 Bab 97.
100 Bab 98.
101 Bab 99.
102 Bab 100.
103 Bab 101.
104 Bab 102.
105 Bab 103.
106 Bab 104.
107 Bab 105.
108 Bab 106.
109 Bab 107.
110 Bab 108.
111 Bab 109.
112 Bab 110.
113 Bab 111.
114 Minal Aidzin, Teman-Teman
115 Bab 112.
116 Bab 113.
117 Bab 114.
118 Bab 115.
119 Bab 116.
120 Bab 117.
121 Bab 118.
122 Bab 119.
123 Bab 120.
124 Bab 121.
125 Bab 122.
126 Bab 123.
127 Bab 124.
128 Bab 125.
129 Bab 126.
130 Bab 127.
131 Bab 128.
132 Bab 129.
133 Bab 130.
134 Bab 131.
135 Bab 132.
136 Bab 133.
137 Bab 134.
138 Bab 135.
139 Bab 136.
140 Bab 137.
141 Bab 138.
142 Bab 139.
143 Bab 140. END
144 Seakhir Kata
145 Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146 Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147 Announcement!
148 Karya Baruuuu!!
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Benang Hitam
2
Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3
Bab 3. Kabar Duka
4
Bab 4. Bertahan Hidup
5
Bab. 5 Mencari Cara
6
Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7
Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8
Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9
Bab 9. Titik Terang
10
Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11
Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12
Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13
Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14
Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15
Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16
Bab 16. Kebenaran
17
Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18
Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19
Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Sungguhan Selamat
22
Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23
Bab 23. Kecemasan Alan
24
Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25
Bab 25. Trauma
26
Bab 26. kabar Mengejutkan
27
Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28
Bab 28. Tanpa Pamit
29
Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30
Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31
Bab 31. Gagal
32
Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33
Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34
Bab 34. Tinggal Serumah
35
Bab 35. Paralel Terulang
36
Bab 36. Perang 'Urat'
37
Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38
Bab 38. Kansha dan Aisyah
39
Bab 39. Masokis Cinta
40
BAB 40. Khawatir
41
Bab 41. Mulai Bertindak
42
Bab 42. Tur ARC
43
BAB 43. Dia Memesona
44
Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45
Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46
Bab 46. Cinta Segitiga
47
Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48
Bab 48. Dilema
49
Bab 49. Pengakuan Paksaan
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
KARAKTER
60
Bab 59.
61
Bab 60.
62
Bab 61.
63
Bab 62.
64
Bab 63.
65
Bab 64.
66
Bab 65.
67
Bab 66.
68
Bab 67.
69
Bab 68.
70
Bab 69.
71
Bab 70.
72
BAB 71.
73
Bab 72.
74
Bab 73.
75
Bab 74.
76
Maafkan Aku!
77
Bab 75.
78
Bab 76.
79
Bab 77.
80
Bab 78.
81
Bab 79.
82
Bab 80.
83
Bab 81.
84
Bab 82.
85
Bab 83.
86
Bab 84.
87
Bab 85.
88
Bab 86.
89
Bab 87.
90
Bab 88.
91
Bab 89.
92
Bab 90.
93
Bab 91.
94
Bab 92.
95
Bab 93.
96
Bab 94.
97
Bab 95.
98
Bab 96.
99
Bab 97.
100
Bab 98.
101
Bab 99.
102
Bab 100.
103
Bab 101.
104
Bab 102.
105
Bab 103.
106
Bab 104.
107
Bab 105.
108
Bab 106.
109
Bab 107.
110
Bab 108.
111
Bab 109.
112
Bab 110.
113
Bab 111.
114
Minal Aidzin, Teman-Teman
115
Bab 112.
116
Bab 113.
117
Bab 114.
118
Bab 115.
119
Bab 116.
120
Bab 117.
121
Bab 118.
122
Bab 119.
123
Bab 120.
124
Bab 121.
125
Bab 122.
126
Bab 123.
127
Bab 124.
128
Bab 125.
129
Bab 126.
130
Bab 127.
131
Bab 128.
132
Bab 129.
133
Bab 130.
134
Bab 131.
135
Bab 132.
136
Bab 133.
137
Bab 134.
138
Bab 135.
139
Bab 136.
140
Bab 137.
141
Bab 138.
142
Bab 139.
143
Bab 140. END
144
Seakhir Kata
145
Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146
Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147
Announcement!
148
Karya Baruuuu!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!