Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu

Andrian dan Grace duduk berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang masih cantik parasnya. Namanya Bu Sari, orang yang sudah menolong Kansha 10 tahun yang lalu.

“Ceritakan pada kami bagaimana Kansha 10 tahun yang lalu.” Ucap Andrian.

“Kalian benar orang tuanya?” selidik Bu Sari. Ia terkejut ketika kedua orang dihadapannya ini mengaku sebagai orang tua Kansha. Pasalnya Kansha pernah bilang bahwa ia hidup sebatang kara namun siapa sangka ternyata Kansha masih memiliki orang tua lengkap yang kaya raya pula.

Andrian mengangguk. “Saya akan menceritakannya. Namun sebelum itu, ceritakan dulu bagaimana hidup Kansha dulu.” Ujar Andrian.

Bu Sari terdiam cukup lama. Lalu mulai bercerita, “Jadi awal kami pertama bertemu adalah saat hujan.”

10 tahun yang lalu..

Hujan deras membasahi kota Jakarta. Mengiringi langkah kecil seorang gadis berusia 15 tahun yang membawa tas besar. Jaketnya sudah basah kuyup dan kakinya sudah lemas. Ia kelelahan.

Gadis itu Kansha. Tepat di hari kelulusannya sekaligus hari ulang tahunnya, ia diusir oleh kedua orang tuanya. Kansha hanya membawa tas besar berisi baju-baju dan perlengkapan sekolahnya. Ia hanya memiliki uang sebesar satu juta yang diberi oleh papanya.

Kansha kemudian melihat sebuah cafe. Ia memutuskan untuk singgah sekedar berteduh. Ia lalu berdiri di depan pintu cafe. Bermaksud menunggu sampai hujannya reda. Semoga saja pemilik cafe tidak mengusirku, harap Kansha dalam hati.

Kansha terus berdiri dengan terus mengusap-usap tangannya yang dingin. Hujan terus turun dengan deras. Banyak pasang mata yang memperhatikannya ketika masuk ke cafe. Tapi Kansha tidak peduli. Ia hanya ingin hujan segera berhenti agar ia bisa secepatnya mencari tempat tinggal. Ia juga kelaparan saat ini.

Kansha lalu berjongkok sambil memeluk erat tasnya, mencoba menghalau rasa dingin. Bibirnya sudah biru karena suhu dingin terus memeluknya. Jemari tangannya bahkan sudah mengerut.Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya menghampirinya.

“Hai, nak.” Sapa wanita itu.

Kansha mendongak. Ia mulai takut dan khawatir. Apa jangan-jangan ia akan mengusirku? Cemasnya dalam hati.

“Maaf bu. Saya izin menumpang berteduh sampai hujan reda.” Ujar Kansha menunduk takut.

Wanita itu tersenyum lalu mengangguk, “Kenapa diluar? Ayo masuk, berteduhnya di dalam saja. Nanti kamu bisa kedinginan.” Ajak Wanita itu. Ia terenyuh dengan penampilan gadis itu. Bajunya basah kuyup dan membawa tas besar yang tengah dipeluk erat.

Kansha mendongak, “Tidak apa-apa bu saya disini saja.” Tolak Kansha sungkan.

“Tidak apa-apa. Ayo didalam saja.” Ajak wanita itu lagi. Kansha akhirnya mengangguk lalu mengikuti wanita itu sampai ke dalam cafe.

Wanita itu mengajak Kansha duduk di salah satu kursi cafe. Setelah itu ia meminta salah satu pelayan untuk mengambil selimut dan membawakan segelas teh hangat untuk Kansha yang sudah sangat pucat. Setelah dibawakan oleh pelayannya, Bu Sari memakaikan selimut pada Kansha dan menyuruh Kansha minum teh hangat. Kansha menerimanya dengan sungkan.

“Nama saya Sari. Kamu bisa panggil saya Bu Sari.” Ucap Bu Sari memperkenalkan diri.

“Saya Kansha.” Ucap Kansha sungkan.

“Kansha kamu mau kemana hujan-hujan begini? Dan kenapa kamu bawa tas besar?" tanya Bu Sari penasaran.

Kansha menunduk, “Saya mau cari tempat tinggal bu.” Jawab Kansha.

Bu Sari mengerutkan kening, “Maksudnya?”

“Saya tidak punya rumah.” Lagi tambahnya dalam hati.

“Apa? Orang tua kamu kemana?” kaget Bu Sari.

Kansha tidak tahu harus berkata apa. Ia bingung apakah ia harus jujur atau tidak. Sedangkan bu Sari adalah orang asing. Ia tidak mungkin sembarangan menceritakan pada Bu Sari.

“Saya sebatang kara bu.” Hanya itu yang bisa dijawab Kansha.

Bu Sari nampak terkejut, “Orang tua kamu sudah meninggal?”

Kansha hanya menunduk, tak berani menjawab. Bu Sari mengerti. “Jadi sekarang kamu mau kemana?” tanya Bu Sari lembut.

Kansha menggeleng. Ia tidak tahu harus kemana. Yang ia tahu, ia harus segera mencari tempat tinggal atau kalau tidak, bisa-bisa ia tidur di jalanan.

“Mau tinggal bersama ibu saja?” tawar Bu Sari. Ia kasihan pada Kansha. Gadis seusia itu tidak punya tempat tinggal. Bagaimana bila ia diculik atau lebih parahnya menjadi korban kekerasan seksual atau perdagangan manusia? Bu Sari tidak sanggup membayangkannya.

Kansha menatap Bu Sari. Apa tadi ia tidak salah dengar?

“Ibu bilang apa barusan?” tanya Kansha memastikan.

“Mau tinggal bersama ibu saja?” ulang Bu Sari.

Kansha terkejut. Ia hampir menangis ketika ada yang mau menawarinya tempat berteduh. Namun cepat-cepat Kansha menggeleng. Ia tidak mau merepotkan orang lain. Ia tidak mau menjadi beban siapapun lagi. Cukup orang tuanya saja.

Bu Sari mengerut kening melihat Kansha yang menggeleng dengan bibir pucat yang menganga. “Kenapa Nak, kamu tidak mau?”

Kansha menggeleng, “Saya tidak mau merepoti ibu. Saya bisa cari tempat tinggal lain.” Tolak Kansha sopan.

“Kamu mau cari kemana dengan keadaan hampir malam ini? hujan pun masih deras.”

“Kemana saja bu.” Jawab Kansha seadanya.

“Kansha, saya tidak tega melihat kamu seorang diri membawa tas besar harus berkeliaran di jalanan mencari tempat tinggal. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan kamu? Ibu tidak bisa membayangkannya.” Ujar Bu Sari berkaca-kaca. Kansha terlihat menyedihkan dimatanya.

Kansha tersenyum sebisanya, “Saya tidak apa-apa bu. Jangan khawatir.” Ujar Kansha serak. Ia hampir saja tidak bisa menahan air matanya.

“Kansha.” Panggil Bu Sari lembut. “Saya pernah punya anak seusia kamu. Suatu hari dia berjalan sendiri dan akhirnya tersesat. Saya mencarinya kemana-mana tapi dia tidak ditemukan. Menurut kabar dari kepolisian, dia menjadi salah satu korban perdagangan organ manusia.” Ucap Bu Sari berkaca-kaca.

“Saya sangat menyesal dan bersedih. Dan melihat kamu seusia anak saya berkeliaran tak tentu arah, saya takut hal yang sama terjadi sama kamu. Saya tidak mau mengulang dosa yang sama.” Lanjut Bu Sari.

Kansha menunduk. Ia tidak sanggup menahan laju air matanya. Ia menangis tersedu-sedu. Dalam hatinya, ia bersyukur ada orang yang mengkhawatirkannya. Bu Sari menarik Kansha ke pelukannya, Kansha menumpahkan segala kesedihannya. Menumpahkan segala beban yang tak seharusnya ditanggung oleh anak berusia 15 tahun terlebih itu bukan murni kesalahannya.

“Tinggal sama ibu ya, Nak.” Ucap Bu Sari. Kansha mengangguk kuat-kuat. Dalam hati ia berterima kasih pada Tuhan yang masih memberinya kesempatan bertemu orang baik seperti Bu Sari.

***

Kansha akhirnya menyetujui untuk tinggal bersama Bu Sari. Ternyata cafe Bu Sari ini memiliki 3 tingkat. 2 tingkat untuk cafenya dan satu tingkat untuk tempat tinggalnya. Dan Kansha juga ikut menghuninya. Kansha tentu tidak menerima dengan sukarela. Ia bilang ia akan membayar uang sewa dengan cara menjadi pelayan di cafe Bu Sari. Awalnya Bu Sari tidak setuju, namun karena Kansha memaksa dengan dalih tidak enak akhirnya Bu Sari mengizinkannya.

Kini adalah waktu yang membingungkan untuk Kansha. Sebentar lagi ajaran baru dimulai. Namun Kansha bingung apakah ia harus melanjutkan sekolahnya atau tidak. Sedangkan ia tidak punya biaya sama sekali. Satu-satunya uang yang ia miliki adalah satu juta yang papanya beri. Itupun ia bermaksud akan memberikannya pada Bu Sari sebagai uang sewanya.

Bu Sari menyadari kebingungan dan kegelisahan Kansha. Maka dari itu setelah cafe tutup, Bu Sari mengajak Kansha berbincang. Bu Sari bermaksud menanyakan apa yang membuat Kansha gelisah.

“Saya bingung harus lanjutkan sekolah apa tidak.” Jawab Kansha saat itu.

Bu Sari ber-oh. “Jadi itu yang menganggu fikiran kamu. Kenapa kamu bingung? Tentu saja kamu harus sekolah.”

“Kansha tidak punya biayanya bu.” Ujar Kansha.

Bu Sari mendesah, “Tidak usah memikirkan biaya. Biar itu jadi urusan ibu.” Ucap Bu Sari.

Kansha terkejut dengan penuturan Bu Sari, “Jangan bu. Saya sudah banyak merepotkan ibu.” Tolak Kansha cepat.

“Kansha. Kamu itu ya!” seru Bu Sari marah. “Saya sudah anggap kamu sebagai anak saya. Tidak usah menolak, saya akan mendaftarkan kamu ke SMA yang bagus.” Ujar Bu Sari. Ia yakin Kansha akan diterima dimana saja, mengingat nilai Kansha sangat bagus ketika melihatnya di sertifikat kelulusan.

“Ibu serius?” tanya Kansha tidak percaya.

“Tentu. Kamu itu anak yang pintar, sayang kalau tidak dilanjutkan.” Sahut Bu Sari tersenyum.

Kansha tersenyum sumringah. Ia langsung memeluk Bu Sari dengan erat. “Terima kasih bu.” Bisik Kansha bahagia.

Setelah pendaftaran sudah diurus dan Kansha dinyatakan lulus pendaftaran, Kansha akhirnya bisa bersekolah. Sebenarnya impian Kansha adalah bersekolah di luar negeri. Namun kini tak apa, sudah bisa melanjutkan SMA saja sudah syukur. Kansha diterima di salah satu SMA negeri di Jakarta.

Kansha juga mencurahkan kebahagiaannya melalui surat yang akan ia kirim pada orang tuanya. Meski ia tak yakin, apakah orang tuanya akan membaca.

Terpopuler

Comments

Dewi Astuty

Dewi Astuty

kyaknya nana sodaranya kah?

2021-05-07

2

Ida Zubedd

Ida Zubedd

semangaat thor

2021-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Benang Hitam
2 Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3 Bab 3. Kabar Duka
4 Bab 4. Bertahan Hidup
5 Bab. 5 Mencari Cara
6 Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7 Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8 Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9 Bab 9. Titik Terang
10 Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11 Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12 Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13 Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14 Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15 Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16 Bab 16. Kebenaran
17 Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18 Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19 Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Sungguhan Selamat
22 Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23 Bab 23. Kecemasan Alan
24 Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25 Bab 25. Trauma
26 Bab 26. kabar Mengejutkan
27 Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28 Bab 28. Tanpa Pamit
29 Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30 Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31 Bab 31. Gagal
32 Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33 Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34 Bab 34. Tinggal Serumah
35 Bab 35. Paralel Terulang
36 Bab 36. Perang 'Urat'
37 Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38 Bab 38. Kansha dan Aisyah
39 Bab 39. Masokis Cinta
40 BAB 40. Khawatir
41 Bab 41. Mulai Bertindak
42 Bab 42. Tur ARC
43 BAB 43. Dia Memesona
44 Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45 Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46 Bab 46. Cinta Segitiga
47 Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48 Bab 48. Dilema
49 Bab 49. Pengakuan Paksaan
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 KARAKTER
60 Bab 59.
61 Bab 60.
62 Bab 61.
63 Bab 62.
64 Bab 63.
65 Bab 64.
66 Bab 65.
67 Bab 66.
68 Bab 67.
69 Bab 68.
70 Bab 69.
71 Bab 70.
72 BAB 71.
73 Bab 72.
74 Bab 73.
75 Bab 74.
76 Maafkan Aku!
77 Bab 75.
78 Bab 76.
79 Bab 77.
80 Bab 78.
81 Bab 79.
82 Bab 80.
83 Bab 81.
84 Bab 82.
85 Bab 83.
86 Bab 84.
87 Bab 85.
88 Bab 86.
89 Bab 87.
90 Bab 88.
91 Bab 89.
92 Bab 90.
93 Bab 91.
94 Bab 92.
95 Bab 93.
96 Bab 94.
97 Bab 95.
98 Bab 96.
99 Bab 97.
100 Bab 98.
101 Bab 99.
102 Bab 100.
103 Bab 101.
104 Bab 102.
105 Bab 103.
106 Bab 104.
107 Bab 105.
108 Bab 106.
109 Bab 107.
110 Bab 108.
111 Bab 109.
112 Bab 110.
113 Bab 111.
114 Minal Aidzin, Teman-Teman
115 Bab 112.
116 Bab 113.
117 Bab 114.
118 Bab 115.
119 Bab 116.
120 Bab 117.
121 Bab 118.
122 Bab 119.
123 Bab 120.
124 Bab 121.
125 Bab 122.
126 Bab 123.
127 Bab 124.
128 Bab 125.
129 Bab 126.
130 Bab 127.
131 Bab 128.
132 Bab 129.
133 Bab 130.
134 Bab 131.
135 Bab 132.
136 Bab 133.
137 Bab 134.
138 Bab 135.
139 Bab 136.
140 Bab 137.
141 Bab 138.
142 Bab 139.
143 Bab 140. END
144 Seakhir Kata
145 Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146 Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147 Announcement!
148 Karya Baruuuu!!
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Benang Hitam
2
Bab 2. Tragedi Pesawat Jatuh
3
Bab 3. Kabar Duka
4
Bab 4. Bertahan Hidup
5
Bab. 5 Mencari Cara
6
Bab 6. Satu Lagi yang Bersedih
7
Bab 7. Pelengkap Hati dan Teman Pemberi Pisau Lipat
8
Bab 8. Ulah Manusia dan Kelapa Jatuh
9
Bab 9. Titik Terang
10
Bab 10. Jawaban Satu Pertanyaan
11
Bab 11. Aisyah Zakariyanissa
12
Bab 12. Kansha 10 Tahun yang Lalu
13
Bab 13. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 2
14
Bab 14. Kansha 10 Tahun yang Lalu pt 3
15
Bab 15. Titik Cahaya Kecil
16
Bab 16. Kebenaran
17
Bab 17. Rahasia dibalik Tabir
18
Bab 18. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
19
Bab 19. Penyelamatan di Tengah Krisis
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Sungguhan Selamat
22
Bab 22. Percobaan Bunuh Diri
23
Bab 23. Kecemasan Alan
24
Bab 24. Berbincang dengan Adik Alan
25
Bab 25. Trauma
26
Bab 26. kabar Mengejutkan
27
Bab 27. Retak yang Tak lagi Retak
28
Bab 28. Tanpa Pamit
29
Bab 29. Nyaris Punya Jejak
30
Bab 30. Gelang Nene dan Lamaran
31
Bab 31. Gagal
32
Bab 32. Algoritma Takdir tak Pernah Terbaca
33
Bab 33. Kisah Romantis Selalu Tak Ada Kelanjutannya
34
Bab 34. Tinggal Serumah
35
Bab 35. Paralel Terulang
36
Bab 36. Perang 'Urat'
37
Bab 37. Posisi di Hati Harus Dimenangkan Dahulu
38
Bab 38. Kansha dan Aisyah
39
Bab 39. Masokis Cinta
40
BAB 40. Khawatir
41
Bab 41. Mulai Bertindak
42
Bab 42. Tur ARC
43
BAB 43. Dia Memesona
44
Bab 44. Reuni Berujung Petaka
45
Bab 45. Semut Kecil Pemberani dan Angsa Hitam Pendendam
46
Bab 46. Cinta Segitiga
47
Bab 47. 4 Ciri Orang Jatuh Cinta
48
Bab 48. Dilema
49
Bab 49. Pengakuan Paksaan
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
KARAKTER
60
Bab 59.
61
Bab 60.
62
Bab 61.
63
Bab 62.
64
Bab 63.
65
Bab 64.
66
Bab 65.
67
Bab 66.
68
Bab 67.
69
Bab 68.
70
Bab 69.
71
Bab 70.
72
BAB 71.
73
Bab 72.
74
Bab 73.
75
Bab 74.
76
Maafkan Aku!
77
Bab 75.
78
Bab 76.
79
Bab 77.
80
Bab 78.
81
Bab 79.
82
Bab 80.
83
Bab 81.
84
Bab 82.
85
Bab 83.
86
Bab 84.
87
Bab 85.
88
Bab 86.
89
Bab 87.
90
Bab 88.
91
Bab 89.
92
Bab 90.
93
Bab 91.
94
Bab 92.
95
Bab 93.
96
Bab 94.
97
Bab 95.
98
Bab 96.
99
Bab 97.
100
Bab 98.
101
Bab 99.
102
Bab 100.
103
Bab 101.
104
Bab 102.
105
Bab 103.
106
Bab 104.
107
Bab 105.
108
Bab 106.
109
Bab 107.
110
Bab 108.
111
Bab 109.
112
Bab 110.
113
Bab 111.
114
Minal Aidzin, Teman-Teman
115
Bab 112.
116
Bab 113.
117
Bab 114.
118
Bab 115.
119
Bab 116.
120
Bab 117.
121
Bab 118.
122
Bab 119.
123
Bab 120.
124
Bab 121.
125
Bab 122.
126
Bab 123.
127
Bab 124.
128
Bab 125.
129
Bab 126.
130
Bab 127.
131
Bab 128.
132
Bab 129.
133
Bab 130.
134
Bab 131.
135
Bab 132.
136
Bab 133.
137
Bab 134.
138
Bab 135.
139
Bab 136.
140
Bab 137.
141
Bab 138.
142
Bab 139.
143
Bab 140. END
144
Seakhir Kata
145
Bonus Chap : Selamat Datang di Neraka
146
Bonus Chap : Alfin's Initial Story
147
Announcement!
148
Karya Baruuuu!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!