Suara ombak masih menggelora dengan pelan. Laut Banda kini terlihat bersahabat. Angin laut berhembus membawa kesejukan pagi hari. Suara burung camar masih menggaung.
Alan menoleh dengan terkejut ketika mendengar pengakuan Kansha. Alan melihat Kansha masih dalam posisi sama.
“Maksudmu, kamu memiliki hubungan buruk dengan kedua orang tuamu, hingga mereka mengusirmu? Begitukah?” tanya Alan.
“Kurasa lebih dari sekedar hubungan buruk. Sejak awal, aku memang seharusnya tidak ada ditengah-tengah keluarga mereka.” Tukas Kansha.
“Aku tidak mengerti.” Tandas Alan dengan raut bingung.
Kansha terkekeh lalu mengalihkan pandangannya pada hamparan Laut Banda didepannya, “Tidak usah mengerti. Jangankan kamu, aku saja yang mengalaminya juga tidak terlalu mengerti. Namun dua tahun yang lalu, aku mengerti sepenuhnya.”
“Kalau kamu mau menjadi tong sampah, aku akan menceritakannya.” Ujar Kansha menatap Alan.
Alan mengangguk, “Aku tipe orang yang lebih suka mendengarkan. Jadi tentu tidak keberatan.” Ucap Alan terkekeh pelan.
Kansa tersenyum lalu ia menunduk. Ia mengedarkan sekeliling, ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah kerangka kerang laut.
“Semuanya berawal karena ini.” ucap Kansha memegang kerang laut itu.
Flashback On
13 tahun yang lalu...
Keluarga Williams kini sedang berlibur di sebuah pantai di salah satu pulau yang mereka sewa di Korea Selatan. Kania kecil dan Kansha kecil, dua bersaudari itu sangat menyukai pantai. Jadilah ketika Kansha lulus playgroup dan Kania yang akan naik ke kelas 3 SD, Andrian dan Grace memutuskan mengajak kedua putrinya itu berlibur.
Kansha kecil sangat suka dengan kerang laut. Ia terus mengumpulkan kerang yang berada di pesisir pantai. Tanpa disadari, Kansha sudah terlalu jauh dari tempat kedua orangtuanya dan kakaknya bermain. kansha terus saja asik memungut kerang laut itu yang ia simpan di keranjang kecil miliknya.
Di tempat Andrian dan Grace, mereka sedang asik menemani Kania bermain istana pasir. Mereka tidak menyadari Kansha yang sudah pergi terlalu jauh. Lalu Andrian merasakan sesuatu. Ia menatap ombak yang kini terasa besar dan kencang.
“Ma, ombaknya sudah terlalu besar. Hari juga sudah sore. Kita bawa anak-anak kembali ke penginapan.” Ucap Andrian.
Grace lalu mengedarkan kesekeliling, di tempat itu hanya ada Kania. Tidak ada Kansha—putri keduanya, Grace mulai panik, begitupun Andrian. Sedang Kania yang belum mengerti situasi, hanya menatap polos kedua orang tuanya yang kini berteriak memanggil nama adiknya.
“Kansha!” teriak Andrian.
“Kansha! Kamu dimana?” Grace juga ikut berteriak.
“Pa, bagaimana ini? Kansha---“ Grace panik. Ia sangat cemas dengan putri keduanya yang kini menghilang.
“Ini semua salahku. Seharusnya aku juga memerhatikan Kansha, bukannya terlalu fokus pada Kania. Kansha jauh lebih aktif dibanding Kania” kini Grace menyalahkan dirinya.
“Andrian memeluk Grace, “Sudah, bukan hanya kamu yang salah, aku juga salah. Sekarang yang terpenting, kita harus menemukan keberadaan Kansha. Ma, kamu bawa Kania masuk ke penginapan lagi. Papa akan mencari Kania dengan Kevin.” Titah Andrian yang langsung diangguki Grace.
Grace lalu menuntun Kania kembali. Di tengah perjalanan, Kania kecil menoleh pada ibunya yang masih beraut gusar. “Ma, adik Kansha dimana?” tanya Kania.
Grace menoleh pada Kania lalu mensejajarkan dirinya dengan sang putri, “Adik Kansha masih pergi bermain. papa lagi nyusul adik Kansha, biar sudahan mainnya.” Jawab Grace lembut. Kania kecil hanya mengangguk polos.
“Adik Kansha nakal sekali, masih bermain. kania tidak diajak.” Ujar Kania cemberut.
Grace mengelus surai lembut putri kecilnya itu, “Adik Kansha tidak nakal. Adik Kansha hanya terlalu senang bermain. lagipula nanti kalian akan bermain bersama kan. Kania bawa boneka barbienya?” kania mengangguk.
“Nah, nanti habis mandi. Kania dan adik Kansha main sama-sama ya!” ujar Grace lembut. Kania kembali mengangguk.
“Anak pintar.” Ucap Grace tersenyum. Namun ia tidak sepenuhnya tersenyum, hatinya masih gundah akan keberadaan putri keduanya yang kini menghilang.
***
Kansha terus mencari kerang. Keranjangnya sudah penuh, namun Kansha masih ingin terus mengambil kerang.
“Kerangnya masih banyak. Tapi keranjangnya sudah penuh. Sudahlah aku akan kembali ke penginapan dan membawa keranjang lagi. Nanti aku ajak kak Kania deh.” Gumam Kansha.
Kansha pun kembali ke penginapan. Ia adalah anak yang cerdas, ia bisa menghafal segalanya dalam waktu singkat dan hanya sekali lihat. Terbukti ia sudah sampai ke penginapan tanpa tersesat.
Kania masuk melalui pintu samping. Ia lalu bertemu dengan Kania yang sedang bermain boneka. Kansha mendekat pada kakaknya. Ia menaruh keranjang yang penuh dengan kerang laut.
“Kak, lihat, Kansha dapat apa?” tanya Kansha.
Kania menghentikan permainannya, lalu menoleh pada keranjang Kansha. Mata Kania membola, ia takjub dengan keranjang Kansha yang penuh dengan kerang laut.
“Adik, kamu tidak ajak-ajak.” Seru Kania cemberut.
“Makanya dari itu, Kansha mau ambil kerang lagi tapi keranjangnya sudah penuh. Kak Kania mau ikut? Ada banyak loh tadi.” Ajak Kansha.
Kania mengangguk lalu bangkit mengikuti Kansha yang kini sudah mengambil dua keranjang kecil. Satu keranjang ia serahkan pada kakaknya.
“Ayo, kak.”
***
Dua bersaudari itu terus memunguti kerang yang memang benar kata Kansha sangat banyak itu. Kania terkekeh senang. Begitupun Kansha. Mereka terus asik memungut kerang tanpa dirasa malam datang disambut ombak yang kini bergemuruh besar.
Ombak semakin besar. Pasang surut laut pun makin cepat. Ketika surut, Kansha semakin mendekati bibir pantai. Kansha berseru senang, kerangnya makin banyak.
Lalu ada laut pasang menghantam Kansha. Kansha terkejut. Ia berteriak histeris. Kania mendengar teriakan Kansha lalu berlari menyelamatkan sang adik.
Kania naik ke bebatuan dan mengulurkan tangan pada Kansha yang sedang memegangi batu karang. Kansha berusaha menggapai lengan kakaknya, namun ombak makin terasa menyeretnya. Butuh upaya keras hingga Kansha berhasil menggapai lengan sang kakak. Namun naas, Kania malah ikut tertarik Kansha. Mereka tenggelam ke dalam laut.
Kejadian itu dilihat oleh Andrian dan Grace yang menyusul suaminya. Grace berteriak, Andrian dan Kevin berlari mendekati Kansha dan Kania yang kini sedang melambaikan tangan meminta tolong.
“Tolong! Uhuk tolong!” teriak Kansha. Nafasnya makin berat, ia bahkan sudah menangis.
Beruntung, Kevin langsung menarik tubuh Kansha dan memeluk erat. Kansha menangis dan batuk-batuk. Kevin berenang mendekati bibir pantai.
Namun naas, Andrian tidak berhasil menggapai Kania yang sudah terseret jauh oleh ombak. Grace berteriak pilu ketika tak melihat keberadaan Kania. Kevin menyusul Andrian yang sudah terlalu jauh berenang. Ombak sangat besar saat ini, Andrian bisa ikut terseret ombak bila memaksa berenang lebih jauh lagi.
Kevin menarik kerah direkturnya itu lalu sekuat tenaga membawanya ke tepian. Andrian sempat menolak, namun Kevin tetap memaksa menarik tubuh Andrian yang terkulai lemas.
Grace sudah berjongkok di tepi pantai dengan air mata berlinang. Kansha yang duduk disampingnya tidak mengerti apa yang terjadi. Yang ia tahu, sang kakak tidak nampak batang hidungnya.
Malam itu, Andrian memerintahkan orang-orangnya untuk menyisir laut itu untuk menemukan keberadaan putrinya. Namun hingga sebulan pencarian, putrinya masih tak kunjung ditemukan.
Kehilangan Kania, menjadi pukulan keras untuk Andrian terlebih Grace. Dan sejak saat itulah, hidup Andrian dan Grace berubah. Hidup Kansha pun ikut berubah.
Flash back Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Yunita😊
brarti ada kemungkinan Kania msih hdup nih
2021-02-07
0
Autimatic
full of flashback kak, tapi bagus sih buat Story Knowledge tapi jadi jenuh. gpp Bagus kak Lanjutin
2021-01-28
6
Uvie El Feyza
👍👍👍
2021-01-27
0