"Kamu tidak apa-apa?"
Setelah kejadian dimana Alan pingsan karena tertimpa kelapa jatuh, Kansha membawa Alan dengan susah payah ke gubuk mereka.
"Aku masih sedikit pusing." ringis Alan. Dia memijat dahinya pelan.
"Maaf ya Alan." sesal Kansha.
"Tidak apa-apa. Aku saja yang terlalu lemah." balas Alan.
"Iya, terlepas dari kesalahanku, kamu juga terlalu lemah. Masa hanya karena kelapa yang bahkan beratnya tidak mencapai 3 kilo, kamu bisa terkapar tidak berdaya?" dengus Kansha.
"Nona, coba kamu bayangkan ada benda keras yang dijatuhkan di atas kepalamu setinggi 15 meter, kamu fikir kepalamu itu kepala besi apa?" Alan kesal. Dia jadi menyesal merendahkan dirinya tadi.
Kansha berdecak, "Ya sudah, maafkan aku." kata Kansha. Alan mendesah pelan, dia tidak menanggapi dan terus memijat kepalanya yang masih berdenyut sakit.
***
“Jadi mereka sudah mengkonfirmasi bahwa pesawat memang terjatuh ke parairan?” tanya Nana memastikan.
Ruben mengangguk, “Keberadaan pesawat terakhir kali terlihat di Laut Banda, sepertinya memang pesawat terjatuh dan tenggelam.”
Nana terhenyak di sandaran kursi cafe. Di satu sisi ia merasa lega bahwa ada perkembangan terkini tentang keberadaan pesawat setelah satu bulan pencarian. Namun di sisi lain, fakta bahwa pesawat jatuh ke laut, membuat Nana bertambah khawatir pada Kansha. Apakah Kansha bisa selamat?
“Apa ada perkembangan lain?” tanya Nana. Ruben mengangguk.
“Mereka akan mulai menyisir Laut Banda dengan kapal laut. Di sekitar Laut Banda ada beberapa pulau berbatu dan terpencil. Mungkin bisa jadi sebenarnya pesawat jatuh di salah satu pulau itu. Jadi solusi terbaik, mereka juga akan mencari menggunakan helikopter. Asal mereka menemukan satu petunjuk saja soal keberadaan pesawat, petunjuk mengenai para korban juga bisa menemui titik terang.” Penjelasan Ruben membuat Nana sedikit lega.
“Setahuku Kansha bisa berenang. Dia juga pernah mengikuti pelatihan keselamatan di air. Semoga saja dia selamat.” Nana mengaminkan dalam hati perkataan Ruben.
Hanya satu pinta Nana pada Tuhan, selamatkanlah Kansha.
***
“Pencarian sudah menemukan titik terang. Pesawat dipastikan jatuh ke Laut Banda. Kini tim pencarian tengah menyisir laut Banda menggunakan kapal laut dan helikopter. Di sekitar Laut Banda juga ada beberapa pulau tak berpenghuni, mereka juga akan menyisirnya.” Jelas Kevin, sekretaris pribadi Andrian Williams.
Andrian mengangguk. Hatinya sudah sedikit lega meski ia masih sangat kalut. Satu hal yang hanya ia mau, ia ingin Kansha kembali meski sudah tak bernyawa.
“Berikan bantuan logistik. Beri tahu pada orang-orang kita untuk ikut membantu pencarian. Laporkan perkembangan sekecil apapun.” Titah Andrian tegas. Kevin mengangguk patuh lalu undur diri.
Andria bersandar di kursi ruang kerjanya. Ia memijat pangkal hidungnya. Kehilangan Kansha membuat suasana makin suram. Grace bahkan terus mengurung diri di kamar Kansha sejak mendengar insiden tragis itu.
Andrian keluar dari ruang kerjanya lalu melangkah pada kamar Kansha. Di bukanya pintu kamar, ia melihat istrinya sedang meringkuk di kasur dengan memeluk surat dari Kansha.
Andrian mendekat lalu mengusap bahu yang kini terlihat ringkih itu. Tak ada lagi Grace yang berhati dingin dan angkuh. Di hadapannya kini hanya ada seorang ibu yang menyesal dan bersedih. Andrian menatap surat yang dipegang Grace. Ia menarik lembut surat itu. Ia membacanya dalam hati. Seketika air matanya meluncur turun.
^^^Jakarta, 2009^^^
^^^Hai mama dan papa^^^
Apa kabar?
Sebenarnya Kansha sudah tidak punya hak untuk memanggil kalian dengan sebutan mama dan papa. Tapi saat ini Kansha sedang bahagia. Kansha diterima di salah satu SMA negeri!
Awalnya Kansha tidak tahu apakah harus melanjutkan sekolah atau tidak. Kansha bahkan tidak punya uang yang cukup. Tapi waktu itu Kansha mendapat pekerjaan menjadi pelayan di salah satu cafe. Dan tebak, apa yang terjadi?
Pemilik cafe itu namanya Bu Sari menyuruh Kansha untuk lanjut SMA. Beliau dengan sukarela mau menjadi wali Kansha. Kansha senang sekali. Tapi Kansha menolak karena saat itu Kansha tidak punya uang. Untuk tidur pun Kansha harus menumpang di cafe bu Sari.
Tapi Bu Sari sungguh baik. Selain menawarkan tempat tinggal dan pekerjaan, Bu Sari juga mau membantu biaya sekolah Kansha. Kansha bilang, Kansha hanya akan meminjam. Dan Bu Sari menyetujuinya.
Lusa nanti, Kansha mulai bersekolah. Do’akan Kansha ya. Dan juga Kansha minta maaf atas kesalahan Kansha. Kansha tidak pernah bermaksud mengorbankan kak Kania. Kansha sayang dengan kak Kania. Begitupun Kansha sayang pada kalian.
Sudah itu saja yang Kansha bilang. Kansha tidak mau menangis lagi. Hidup yang baik ya papa dan mama. Oh ya satu lagi, Kansha sudah mengubah nama Kansha, kini tak ada nama Williams dibelakangnya. Semoga kalian selalu bahagia.
^^^Kansha Andara.^^^
Andrian menangis sejadinya tanpa suara. Membayangkan gadis berusia 15 tahun harus berjuang sendiri demi kelangsungan hidupnya. Kansha bahkan menjadi pelayan cafe dan menumpang tidur di cafe. Mengetahui hal itu, Andrian merasa gagal menjadi ayah.
Andrian lalu menoleh pada meja belajar Kansha. Ada beberapa surat lagi. Menurut Bi Ningsih, dalam beberapa tahun ini, Kansha memang selalu rutin mengirim surat. Namun Grace menolak menerimanya dan malah menyuruh untuk dibakar. Namun ternyata Bi Ningsih menaruhnya di kamar Kansha.
Andrian mengambil salah satu surat. Surat itu ditempeli sebuah print kertas kecil seperti gambar ijazah sekolah.
^^^Jakarta, 2011^^^
Hari ini adalah hari kelulusan Kansha dan Kansha lulus dengan nilai terbaik!
Setelah tiga tahun Kansha berjuang akhirnya Kansha bisa punya ijazah SMA. Hari kelulusan saat ini juga merupakan hari paling terbaik dalam hidup Kansha. Untuk pertama kalinya, Kansha ada yang menemani di hari kelulusan Kansha.
Bu Sari mau menemani Kansha menjadi wali dalam kelulusan Kansha. Akhirnya Kansha bisa merasakan berdiri di panggung dengan seseorang yang sudah menganggap Kansha anaknya. Kansha senang sekali!
Namun Kansha juga sedih. Seharusnya yang menemani Kansha adalah orang tua Kansha. Namun Kansha tahu bahwa sekarang Kansha tidak punya orang tua lagi. Tapi Kansha akan tetap menganggap kalian sebagai orang tua Kansha. Bahkan di pidato kelulusan pun Kansha menyebut nama kalian.
Selama 3 tahun itu, Kansha berusaha mengejar prestasi agar bisa mendapatkan beasiswa. Kansha tahu, tidak boleh terus bergantung pada Bu Sari. Akhir-akhir ini usaha Bu Sari sedang turun. Kansha bahkan sempat ingin mengajukan diri untuk putus sekolah. Namun Bu Sari marah dan malah mengunci diri di kamar. Kansha jadi merasa bersalah.
Tapi setelah semua itu, Kansha akhirnya bisa lulus. Dan kabar baiknya, Kansha mendapat beasiswa di salah satu universitas negeri. Kansha berencana mengambil jurusan ilmu komunikasi. Kansha masih bercita-cita menjadi reporter, hehe.
Kansha juga sudah mulai mencicil hutang Kansha pada Bu Sari. Kansha juga mulai mencari kost-kostan terdekat dengan harga murah. Kansha tidak ingin merepotkan Bu Sari terus menerus.
Mungkin itu saja yang bisa Kansha ceritakan. Kansha mau mengepak barang karena akan pindahan. Doakan Kansha ya.
^^^Kansha Andara^^^
Andrian masih menangis. Hidup anaknya sangat berat semenjak meninggalkan rumah. Ia harus berjuang dengan sangat keras demi bisa mencecap bangku sekolah. Bagaimana bisa dulu ia dan Grace memiliki pemikiran untuk mengusir Kansha dan memutuskan hubungan mereka.
Andrian lalu keluar dari kamar Kansha. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang, “Cari informasi tentang Bu Sari. Dia pemilik salah satu cafe di jakarta. Dia memiliki hubungan dengan putriku.” Ucap Andrian setelah itu memutuskan sambungan telfonnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ida Blado
apa setelah hilang baru ada rasa sesal,,,, entahlah pada dasarnya rasa sesal memang datang belakangan
2022-12-12
0
Yanti Mulyanti
Asli nyesek thor 😭😭.. kok ada ortu yg seperti itu.. Naudzubillah Min dzalik
2022-08-03
0
Murniati Budi Utami
emang ada ortu kaya gitu ya. mudah2 an hanya dalam dongeng. he... he... jadi anak indonesia semua bahagia.
2022-01-23
0