"Ibu, seperti yang sudah Kansha bilang, Kansha izin untuk hidup mandiri. Kansha sudah diterima di salah satu PTN dengan beasiswa.” Ucap Kansha pelan.
Bu Sari yang duduk dihadapannya hanya menghela nafas pelan. Ia merasa sedih bila harus ditinggal Kansha, namun kembali lagi, itu adalah hak Kansha. Ia tidak berhak mencampurinya.
“Sebenarnya ibu tidak mau kamu pindah. Ibu berharap kamu tinggal disini selamanya. Tapi itu adalah hak kamu, ibu tidak bisa ikut campur. Ibu hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk kamu. Jangan lupa main-main ya.” Kata Bu Sari.
Kansha tersenyum haru dan mengangguk, “Pasti bu. Kansha akan sering main-main kesini. Kansha janji.” Ucap Kansha sambil mengkat dua jarinya.
Bu Sari bangkit lalu merentangkan tangannya. Kansha juga ikut bangkit dan menghambur ke pelukan wanita yang kini sudah dipenghujung tiga puluh itu.
“Ibu sehat-sehat ya. Kabarin Kansha bila ada apa-apa.” Bisik Kansha.
Bu Sari mengelus rambut Kansha dengan sayang, “Kamu juga ya, Nak. Jangan sungkan bila kamu membutuhkan bantuan. Ingat, makan yang teratur dan rajin belajar ya. Agar kamu bisa mencapai impian kamu.” Balas Bu Sari.
“Bu, maafkan Kansha atas 3 tahun ini. bila Kansha ada salah sama ibu, tolong maafkan Kansha. Kansha juga sudah banyak merepotkan ibu. Terima kasih bu.”
Bu Sari melepaskan pelukannya dan menatap Kansha yang menunduk dengan penuh kasih sayang, “Bagi ibu, kamu adalah hadiah luar biasa yang diberi oleh Tuhan sebagai pelipur lara Ibu.” Ucap Bu Sari lembut.
***
^^^Jakarta, 2011^^^
Hari ini adalah hari kelulusan Kansha dan Kansha lulus dengan nilai terbaik!
Setelah tiga tahun Kansha berjuang akhirnya Kansha bisa punya ijazah SMA. Hari kelulusan saat ini juga merupakan hari paling terbaik dalam hidup Kansha. Untuk pertama kalinya, Kansha ada yang menemani di hari kelulusan Kansha.
Bu Sari mau menemani Kansha menjadi wali dalam kelulusan Kansha. Akhirnya Kansha bisa merasakan berdiri di panggung dengan seseorang yang sudah menganggap Kansha anaknya. Kansha senang sekali!
Namun Kansha juga sedih. Seharusnya yang menemani Kansha adalah orang tua Kansha. Namun Kansha tahu bahwa sekarang Kansha tidak punya orang tua lagi. Tapi Kansha akan tetap menganggap kalian sebagai orang tua Kansha. Bahkan di pidato kelulusan pun Kansha memanggil nama kalian.
Selama 3 tahun itu, Kansha berusaha mengejar prestasi agar bisa mendapatkan beasiswa. Kansha tahu, tidak boleh terus bergantung pada Bu Sari. Akhir-akhir ini usaha Bu Sari sedang turun. Kansha bahkan sempat ingin mengajukan diri untuk putus sekolah. Namun Bu Sari marah dan malah mengunci diri di kamar. Kansha jadi merasa bersalah.
Tapi setelah semua itu, Kansha akhirnya bisa lulus. Dan kabar baiknya, Kansha mendapat beasiswa di salah satu universitas negeri. Kansha berencana mengambil jurusan ilmu komunikasi. Kansha masih bercita-cita menjadi reporter, hehe.
Kansha juga sudah mulai mencicil hutang Kansha pada Bu Sari. Kansha juga mulai mencari kost-kostan terdekat dengan harga murah. Kansha tidak ingin merepotkan Bu Sari terus menerus.
Mungkin itu saja yang bisa Kansha ceritakan. Kansha mau mengepak barang karena akan pindahan. Doakan Kansha ya.
-*Kansha Andara*
“Ini adalah surat terakhir.” Kata Kansha mendesah. Ia lalu melipat kertas itu dan memasukkannya ke amplop. Ia berjanji bahwa asurat itu adalah surat terakhirnya yang akan ia berikan pada kedua orang tuanya. Ia tidak boleh terus menganggu hidup kedua orang tuanya lagi. Ia harus sadar bahwa ia sudah tidak punya hubungan apapun lagi dengan kedua orang tuanya itu.
“Semoga kalian selalu bahagia, ma, pa.” Do’a Kansha dalam keremangan malam. Besok adalah babak barunya. Babak yang mengharuskannya bertempur sendiri tanpa bayang-bayang Bu Sari bahkan Andrian Williams dan Grace Wiliiams. Ia sendiri yang akan menentukan nasibnya.
Flash Back Off
“Sejak saat itu, Kansha hanya mengunjungi saya seminggu sekali. Ia juga terkadang membantu pekerjaan saya di cafe padahal saya sudah melarangnya. Dan mengenai uang satu juta yang diberi Kansha, apakah itu uang yang kalian beri?”
Andrian mengangguk, “Iya, itu uang yang saya beri sebagai bekal hidupnya. Saya tidak setega itu membiarkannya luntang lantung tanpa uang sepeser pun.” Jawab Andrian.
Bu Sari mengangguk lalu mengambil sebuah cek dalam tasnya dan menuliskan nominal sebesar satu juta rupiah. Setelah itu ia menyodorkannya pada Andrian Williams.
“Saya tidak berhak mengambilnya, jadi saya kembalikan.” Kata Bu Sari.
Andrian menggeleng, “Anggap saja sebagai kompensasi karena sudah merawat Kansha.”
Bu Sari menatap pada Andrian, “Saya ikhlas merawatnya tanpa imbalan apapun. Bagi saya, Kansha sudah saya anggap menjadi anak saya sendiri. Saya tidak mungkin berharap pamrih pada putri saya sendiri.”
“Dan maaf bila ini terkesan tidak sopan, tapi apa kalian sungguh orang tua? Perilaku kalian bahkan tidak mencerminkan sifat manusia sama sekali.” Lanjut Bu Sari tajam.
“Apa maksud Anda?” tanya Andrian.
“Anda mengusir putri kalian sendiri lalu membiarkannya luntang lantung di jalanan saat dia baru berusia 15 tahun? Apa kalian tidak punya otak sama sekali? Kalian gila?” seru bu Sari marah.
“Katakan, apa alasan kalian berlaku kejam pada Kansha!”
Andrian mendesah. Ketika hendak mengeluarkan suara, Grace menyela, “Biar saya yang menjelaskannya.” Ucap Grace. Ia menoleh pada Andrian. Andrian mengangguk.
Lalu Grace melanjutkan sembari menatap Bu Sari, “Semuanya bermula dari 13 tahun yang lalu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments