Gendis mengelus perutnya sambil membaca sholawat Nabi dengan suara bergumam. Seolah sedang menina bobokan bayi dalam kandungannya.
Jauh di dalam rahimnya, sang bayi pun tersenyum senang mendengar suara merdu sang ibu.
" Mama..., Aku suka suara Mama..., Aku sayang sama Mama...," bisik sang bayi.
\=\=\=\=\=
Hari itu Gendis pergi keluar untuk membeli susu ibu hamil di mini market dekat rumah dokter Erna.
Semula dokter Erna tak mengijinkan Gendis keluar sendiri. Tapi Gendis bersikeras.
" Kan kata dokter Aku harus sering gerak, jalan kaki kan supaya peredaran darah lancar dan gampang melahirkan...," rengek Gendis.
" Hmm, Kamu paling bisa ngebalikin omongan Saya. Ya udah, tapi jangan kelamaan. Langsung pulang kalo udah dapet belanjaannya...," kata dokter Erna galak.
" Siap Bos...!" jawab Gendis dengan memperlihatkan sikap sempurna ala tentara.
Dokter Erna tertawa, setelah memberi uang untuk Gendis, dokter Erna kembali melanjutkan pekerjaannya.
Gendis berjalan kaki menuju mini market. Sambil bersenandung kecil Gendis pun masuk ke dalam mini market. Mencari susu dan beberapa cemilan, lalu ke kasir untuk membayar belanjaannya.
Lalu Gendis keluar dari Mini market itu. Saat berjalan kaki untuk kembali ke rumah, tiba-tiba Gendis dihadang beberapa orang dengan mobil. Mereka langsung membekap mulutnya dan menariknya masuk ke dalam mobil.
Gendis mencoba berontak dan menjerit minta tolong, tapi sia-sia.
Gendis memandangi wajah-wajah tak bersahabat di dalam mobil. Gendis gemetar ketakutan dan mulai menangis.
" Suruh diam, Gue ga bisa konsen nyetir nih...," kata sang supir.
" Diam, atau Lo mau mati...?!" bentak sang penculik.
Gendis menggeleng dan menghentikan tangisnya.
Tak lama mereka berhenti di sebuah rumah kosong. Mereka menarik Gendis masuk ke dalam rumah. Hanya sebentar. Setelah berhasil mencekoki Gendis dengan sesuatu, mereka membawa Gendis lagi dan meninggalkannya di pinggir jalan.
Gendis tak tahu apa yang dimasukkan ke dalam mulutnya tadi. Setelah ditinggalkan di pinggir jalan, Gendis bangun lalu menepuk pakaiannya yang kotor dan mulai melangkah.
Tapi tiba-tiba Gendis merasa perutnya sakit, sangat sakit.
Gendis bersandar sejenak di sebuah pohon besar untuk menghalau sakitnya. Tak lama kemudian Gendis merasa ada sesuatu mengalir di pahanya.
Saat melihat ke bawah, Gendis terkejut karena ada darah yang mengalir keluar dari jalan lahir miliknya.
Gendis panik, menjerit dan mulai menangis. Jeritan Gendis mengundang perhatian orang-orang yang lewat.
" Eh kenapa anak ini...?" tanya seorang perempuan muda.
" Lho ada darah tuh di bawahnya...," kata yang lain.
" Wahh bahaya ini, kayanya pendarahan. Kamu hamil ya...?" yanya seorang ibu berbadan gemuk.
" Cih, masih kecil kok udah hamil...," seru yang lain.
" Pacaran kelewat bebas, gitu deh jadinya...,"
" To, tolong, Saya, aahh, tolong...," rintih Gendis.
Orang-orang terus berkomentar melihat keadaan Gendis. Mereka tidak langsung membantu dan hanya berdiri menonton.
Darah semakin banyak keluar, meresap cepat ke dalam tanah di sekitar pohon besar itu. Gendis tak sanggup lagi berdiri lalu ambruk ke tanah sambil memegangi perutnya. Dia menangis keras tanpa ingat malu lagi.
Tiba-tiba seorang pria merangsek maju dan segera membelah kerumunan orang yang hanya berdiri menonton.
Lalu dengan sigap ia menggendong Gendis dengan kedua tangannya. Darah mengaliri tangan dan baju sang pria yang langsung membawanya pergi ke Rumah Sakit terdekat.
" Dimana hati nurani Kalian, masa liat orang sakit dan sekarat malah diem aja...!" bentak sang pria kasar sambil menatap tajam kearah kerumunan orang-orang itu sebelum mobilnya melaju meninggalkan tempat itu.
Orang-orang itu pun hanya terdiam malu. Lalu satu per satu mereka membubarkan diri dari tempat itu.
Di dalam perjalanan, sang pria penyelamat itu menyuruh supirnya agar lebih cepat mengendarai mobil.
" Lebih cepet To. Kita harus cepet, biar cewek ini cepet dapet pertolongan...," kata sang pria cemas.
" Baik Pak...," jawab sang supir.
Gendis sudah lemas karena pendarahan yang dialaminya. Tak lama kemudian Gendis jatuh pingsan.
" Dik, bangun Dik. Apa ada Sodara yang bisa dihubungi...? tanya sang pria sambil menepuk pipi Gendis perlahan.
" Pingsan kayanya Pak...," lirik sang supir dari kaca spion.
" Iya To. Wajar lah kalo pingsan. Darahnya banyak banget yang keluar...," kata pria itu lagi.
Tiba di Rumah Sakit, sang pria langsung membawa ke ruangan UGD dan segera mendapat perawatan dari perawat di sana.
" Maaf Pak, Kami minta data gadis ini...," ujar seorang perawat.
" Saya ga tau Sus, Saya menemukannya di pinggir jalan tadi. Tapi Saya yang akan bertanggung jawab...," kata pria itu.
" Baik, kalo begitu Kami minta data Bapak saja sebagai penanggung jawab...," kata sang perawat lagi.
Pria penyelamat itu memberikan KTPnya, dan sang perawat mulai mencatat data yang diperlukan.
Pria bernama Adam itu nampak masih menunggui Gendis di luar ruang UGD.
Sesekali ia mengecek menanyakan pada perawat apakah Gendis bisa diajak bicara.
Tapi perawat hanya menggeleng.
Supir Adam datang membawakan tas kresek berisi baju ganti untuk Adam.
" Kamu tunggu disini, Saya ganti baju dulu sebentar di toilet...," kata Adam lalu bergegas pergi ke toilet.
Supir Adam, Tito pun duduk menunggu menggantikan tuannya.
Tak berapa lama Adam sudah mengganti baju dan celana panjangnya lalu membuang baju penuh noda darah Gendis tadi ke tong sampah.
" Belum ada kabar apapun...?" tanya Adam.
" Belum Pak. Apa Bapak ga ingin makan dulu, biar Saya belikan untuk Bapak...," tawar Tito.
" Mmm, boleh lah. Tolong belikan makanan juga untuk gadis itu...," kata Adam sambil duduk.
Tito pun melangkah menjauh untuk pergi ke kantin Rumah Sakit dan membeli makanan untuk Gendis dan tuannya.
Sementara di rumah, dokter Erna nampak cemas. Sejak sore hingga malam belum ada kabar dari Gendis. Ia pun mengambil kunci mobil dan memutuskan mencari Gendis.
Perlahan ia mencari Gendis di sepanjang jalan menuju mini market yang disebutkan Gendis tadi. Tak ada apa-apa.
Erna tiba di mini market dan bertanya pada karyawan mini market tentang Gendis.
" Tadi sore gadis ini langsung keluar setelah membayar Bu...," kata Kasir mini market itu saat Erna memperlihatkan foto Gendis di HPnya.
" Dia jalan kesana...," kata tukang parkir sambil menunjukkan arah jalan pulang ke rumah saat Erna bertanya padanya.
Erna segera bergegas menuju mobilnya. Tapi sayup-sayup ia mendengar percakapan beberapa orang di warung kopi dekat parkiran.
" Iya, cewek, masih muda, banyak darahnya...," kata seorang perempuan.
" Terus dibawa sama cowok kemana ga tau ,paling ke Rumah Sakit...," kata pemilik warung kopi.
" Apa gadis ini Pak...?" tanya Erna cemas sambil memperlihatkan foto Gendis.
" Seumuran kayanya Mbak. Tapi Saya ga tau pasti kalo itu dia atau bukan...," kata pemilik warung kopi ragu.
Mendengar itu, Erna langsung melajukan mobilnya menuju ke Rumah Sakit terdekat.
Dia berharap jika gadis itu Gendis, semoga tak terjadi apa-apa pada Gendis dan bayi dalam kandungannya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
pioo
ada ada ajaya musibah lo ndiss😭
2024-10-03
1
Alfina Damayanti
geram banget sama emak2,,,,bukanya nolongin malah gosip ,sempet2 nya 🤦🤯
2023-06-12
2
Enok Wahyu.S GM Surabaya
Apakah Adam anaknya Bu Jihan yg hilang ...entahlah .
2023-01-20
0