Mendengar ucapan Efi tadi membuat Yudha panik. Ia hampir gila memikirkannya. Ia sangat mencintai Efi, tapi hasrat gilanya yang tak terbendung menyebabkan kehancuran untuk keluarga kecil yang baru saja dibinanya.
Yudha berteriak sambil meremas rambutnya. Teriakannya mengganggu napi lainnya menyebabkan mereka menoleh tak suka.
" Berisik, cari mati Lo...!" teriak seorang napi.
" Maaf, Saya pusing, istri Saya minta cerai...," keluh Yudha.
" Terus Lo maunya gimana...?!" tanya napi lainnya galak.
" Saya ga tau, Saya cinta sama istri Saya. Tapi gara-gara perempuan itu istri Saya ga mau lagi sama Saya...," tangis Yudha sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
" Hah cemen Lo. Pake santet aja, kelar kan urusan. Gitu aja ribut. Diem Lo, mau tidur nih Gue...!" kata napi yang ditahan karena kasus pembunuhan itu.
Sebelum berkas perkaranya lengkap dan sidang di gelar, Yudha ditempatkan dalam sel bersama beberapa orang dengan kasus yang berbeda.
Mendengar saran tak masuk akal itu, membuat Yudha mulai berpikir untuk menyantet Gendis.
" Bener juga. Gara-gara dia Aku terpuruk di sini. Gara-gara dia juga Aku kehilangan Istriku. Kayanya seru kalo Aku santet dia aja...," kata Yudha dalam hati.
\=\=\=\=\=
Sidang perkara pencabu*** yang dilakukan Yudha terhadap Gendis pun digelar secara tertutup, dan digelar beberapa kali.
Yudha sebagai tersangka dan Gendis selaku saksi korban. Beberapa saksi pun dihadirkan. Ada karyawan penginapan, Bu Rumi ( sang pemilik penginapan ), Bu Jihan, Bidan desa, dokter Erna, dokter Zahra juga Efi dan Tomo yang saat itu ikut menginap di penginapan itu.
" Kenapa Abang tega lakuin ini sama Aku Bang...?" tanya Gendis lirih saat dimintai keterangan di muka sidang.
Yudha hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Gendis. Ia mengalihkan pandangannya pada Efi, berharap mendapat sedikit suport melalui tatapannya. Tapi Efi melengos, menghindari tatapannya. Bahkan tampak tatapan kebencian di kedua matanya untuk Yudha.
" Apa salahku Bang...?" tanya Gendis lagi.
Yudha tetap membisu. Wajahnya menunduk saat berhadapan dengan Gendis. Dia kesal harus ada di posisi tersangka di depan sidang itu. Tapi Yudha tak menyadari semua terjadi akibat ulahnya sendiri.
" Berhenti bertanya seperti itu sama dia...," bisik Erna di telinga Gendis saat waktu rehat.
" Aku cuma mau tau alasannya kenapa dia tega sama Aku...," kata Gendis lirih.
" Penjahat kaya dia ga perlu alasan untuk bertindak. Kamu ga liat tadi. Ga ada penyesalan di wajahnya. Itu bikin Aku muak tau ga...," kata Erna marah.
" Maaf kalo Aku bikin dokter marah...," kata Gendis pelan.
" Aku ga marah sama Kamu. Maaf...," kata Erna saat menyadari sikapnya telah membuat Gendis takut tadi.
Erna memeluk Gendis dengan sayang seolah memberi tahu Gendis bahwa ia tak sendiri menghadapi semuanya.
\=\=\=\=\=
Efi bergegas menghampiri Gendis yang akan pergi dengan dokter Erna.
" Gendis...!" panggil Efi.
" Efi...," Gendis menoleh ragu.
Dipandanginya Efi dengan perut yang nampak membuncit karena kehamilannya, sedang berlari kearahnya.
Gendis masih berdiri waspada menunggu Efi mendekatinya.
Tiba-tiba Efi memeluknya sambil menangis.
" Maafin Aku, gara-gara Aku Kamu jadi kaya gini. Kalo Aku ga nikah sama si breng*** itu, Kamu pasti ga harus ngalamin kejadian ini. Gendiss jangan benci Aku yaa...," tangis Efi lirih.
Tampak dua orang wanita hamil yang saling memeluk dan menangis. Semua ikut terbawa keharuan yang menguar dari kedua wanita itu.
" Bukan salah Kamu, ini musibah. Jangan nyalahin diri Kamu sendiri. Aku ikhlas...," kata Gendis sambil membelai perut Efi yang terlihat lebih besar dari miliknya.
" Kamu janji ga marah sama Aku ya, jangan benci Aku, jangan musuhin Aku...," rengek Efi seperti anak kecil.
" Iya...," kata Gendis mengangguk.
Mereka kembali berpelukan. Tertawa bersama, saling cubit, saling dorong. Semua mencair seperti tak ada beban lagi untuk mereka berdua.
Tingkah keduanya membuat orang-orang di sekitar mereka tertawa.
" Jangan banyak pikiran, fokus aja sama anak Kamu...," kata Gendis.
" Ga usah sok ngajarin Aku. Kamu juga tuh, jagain Anak Kamu...," jawab Efi diakhir kalimatnya sambil tersenyum.
Mereka berpisah di halaman pengadilan. Tampak di kejauhan Yudha memandangi keduanya. Ia geram karena Efi lebih memilih menemui Gendis dibandingkan dirinya. Yudha semakin membenci Gendis juga Efi, yang sekarang malah mengabaikannya.
" Kalian tertawa seakan sedang menertawakan Aku. Tunggu aja pembalasanku nanti...," kata Yudha dalam hati sambil menatap tajam kearah dua orang wanita yang kini tengah mengandung anaknya.
\=\=\=\=\=
Hari terakhir sidang adalah jadwal pembacaan keputusan pengadilan tentang berapa lama Yudha harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di dalam hotel prodeo.
Semua saksi memberatkan Yudha.
Pertama, Alibinya tentang tak dilayani istrinya ditolak mentah-mentah atas dasar bukti dari Bidan desa dan istrinya, Efi.
Kedua, kesaksian dari pelayan penginapan yang mengtakan Yudha minta kunci cadangan kamar Gendis dengan alasan mengambil barang yang tertinggal di hari kedua mereka menginap.
Ketiga, menyiapkan cairan kimia untuk membius Gendis yang dibelinya saat mereka jalan-jalan di hari keempat mereka menginap.
Tomo mengatakan bahwa ia diajak Yudha membeli cairan kimia di sebuah toko, ketika para wanita sedang sibuk memilih pakaian di sebuah mall.
Keempat, bukti rekaman CCTV memperlihatkan Yudha yang keluar masuk kamar Gendis di hari H kejadian, dan dua hari sebelum kejadian, menambah panjang deretan bukti di persidangan.
Akhirnya, dengan bermacam pertimbangan dan sikap Yudha yang kooperatif, Hakim memutuskan hukuman enam tahun penjara dipotong masa tahanan. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa yang menuntut sepuluh tahun penjara.
Semua merasa lega mendengar keputusan Hakim. Yudha sudah tak berniat banding lagi. Karena ia merasa percuma bebas cepat jika Efi tak mau lagi bersamanya.
Yudha hanya diam menerima apapun yang dikatakan Hakim. Pikirannya melayang entah kemana. Meski menunduk dan terlihat lemah, tapi sorot mata Yudha menyorotkan dendam.
Efi menghampiri Yudha yang sebentar lagi bakal jadi mantan suaminya. Menatapnya sejenak, kemudian memeluknya.
" Maaf...," kata Yudha lemah.
" Iya Bang, Aku juga minta maaf belom bisa jadi istri yang terbaik buat Kamu. Kalo anak ini lahir, Kamu boleh nemuin dia kapan pun...," kata Efi.
" Apa maksud Kamu, kapanpun, emang Kamu mau kemana, Aku ga bisa tinggal sama Kalian...?" tanya Yudha serak.
" Ga Bang, Aku udah ngurus surat perceraian Kita. Kita pisah aja...," Efi menggeleng lalu melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh.
" Aku udah nerima hukuman Aku. Tapi hukuman dari Kamu ini adalah yang terberat untukku...," gumam Yudha dengan mata berkaca-kaca sambil memandangi kepergian Efi.
Air mata mengalir deras di kedua pipi Efi yang pucat. Ia tak menyangka, nasib pernikahannya akan berakhir tragis seperti ini.
Ia berlari ke pelukan ibunya dan membenamkan wajahnya di bahu ibunya. Suara isaknya pun terdengar jelas.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
😭
2024-06-21
1
Nur Bahagia
wkwkwk error nih orang..yg bener tuh gara2 elu.. malah nyalahin orang.. ampun dehh
2024-06-21
1
Nur Bahagia
makin gila si yudha 🤦♀️
2024-06-21
1