Pagi harinya, semua sudah bersiap untuk pergi ke kantor Polisi. Gendis nampak enggan untuk pergi. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah saja. Hal itu disetujui oleh dokter Erna.
" Gendis di rumah aja ya Mak, Pak. Gendis takut ngeliat orang jahat itu...," kata Gendis sambil menundukkan wajahnya.
" Itu lebih baik untuk Gendis. Jika terlalu shock, tak akan baik juga untuk kandungannya nanti...," kata dokter Erna.
" Ya udah, kita aja yang pergi. Patih, Kamu tolong jaga Kakak di rumah ya...," pesan Oyoh pada anaknya.
" Iya Mak, Patih pasti jagain Kakak...," jawab Patih.
Mereka berlima pergi menggunakan mobil Erna yang dikendarai oleh Bagus, suami Jihan.
Bagus dan Oding duduk di depan. Sedangkan Oyoh, Jihan dan dokter Erna duduk di kursi tengah. Mereka tak banyak bicara. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri tentang siapa orang yang telah mencelakai Gendis.
" Nah kita sampe. Ayo turun Bu...," kata dokter Erna pada Oyoh dan Jihan.
Di halaman tampak Rita yang menyambut kedatangan dokter Erna. Mereka bicara sejenak, lalu dokter Erna mengikuti Rita masuk ke dalam. Di sebuah ruangan mereka berlima dipersilakan masuk. Betapa terkejutnya mereka, saat mengetahui siapa tersangka utamanya.
" Kamu...?!" teriak Jihan, Oyoh dan Oding bersamaan.
" Maafkan Saya, Saya khilaf...," kata Yudha lirih.
Ya, tersangka utama itu ternyata Yudha.
Si karyawan teladan, si Anak baik. Oyoh terduduk lemas disamping suaminya. Mereka terdiam tak menyangka sama sekali.
" Gimana mungkin, kenapa Kamu tega sama Gendis, dia masih muda, masih polos...," rintih Oyoh sambil memukuli Yudha.
" Saya ga nyangka Kamu sebe**t itu. Kamu kan udah menikah, istrimu ikut juga saat itu. Kenapa...?!" tanya Jihan emosi.
" Kamu, orang yang keliatannya baik, ternyata...," Oding tak melenjutkan ucapannya. Hanya tinjunya melayang mengenai wajah Yudha yang memang sudah lebam.
" Ampuni Saya, tolong Pak. Kasihani Saya, Istri Saya kan temennya Gendis, dia lagi hamil sekarang. Saya harus di sampingnya saat dia melahirkan Anak Kami nanti. Tolong ampuni Saya Mak, kasian Anak Saya kalo tau Bapaknya masuk penjara...," rengek Yudha menghiba.
" Apa Kau sudah berpikir sejauh ini waktu Kau merencanakan kejahatanmu...?!" bentak Oding marah.
" Padahal Gendis gadis yang baik. Kamu tega menghancurkan masa depannya. Apa yang ada di otak kotormu ini hah...!" kata Jihan sambil menoyor kepala Yudha ddngan ujung kipas yang dibawanya.
" Salah apa Anakku sama Kamu, salah apa...!" teriak Oyoh marah.
Polisi melerai mereka agar tak terus memojokkan Yudha dan memukulinya. Oyoh berteriak histeris dan hampir pingsan, sehingga harus dipindahkan ke ruang sebelah agar tak mengganggu proses penyidikan.
" Saya mau tau alasan Kamu memper**s* anak Saya...!" jerit Oding marah.
" Saya, Saya ga niat begitu. Tapi...," Yudha tak melanjutkan ucapannya dan hanya menundukkan wajahnya karena malu.
" Berapa kali...?" tanya petugas.
" Tiga atau empat kali, Saya lupa Pak...," jawab Yudha.
" Kenapa sampai berkali-kali...?" tanya petugas lagi.
" Saya udah lama ga dapet jatah dari istri Saya Pak, katanya sakit kalo buat 'itu'...," jawab Yudha makin malu.
" Kok bisa. Kamu kan penganten baru, biasanya kan lagi hot-hotnya. Atau Kamu maen kasar sehingga istrimu menolak melayanimu...?!" tanya petugas dengan nada tinggi karena mencurigai adanya KDRT dalam rumah tangganya bersama Efi.
" Saya cinta sama istri Saya Pak, ga mungkin Saya KDRT sama dia...," bantah Yudha.
" Kalo Kamu cinta sama istri Kamu, kenapa Kamu menghianatinya dengan meniduri perempuan lain...?" Yudha diam tak bisa menjawab.
Yudha terbayang wajah istrinya saat ia ditangkap dan dibawa Polisi dengan mobil. Kejadiannya begitu cepat. Saat itu mereka sedang menikmati kebersamaan mereka sambil nonton TV di ruang depan.
" Assalamualaikum, permisi...." sapa petugas polisi.
" Wa alaikumsalam, ya sebentar...," jawab Yudha sambil membuka pintu.
" Kamu Yudha...?" tanya polisi.
" Iya, Saya Pak. Ada apa ini Pak...?" tanya Yudha bingung.
" Kamu ditangkap karena kasus pencabulan, sekarang ikut Kami ke Surabaya, ini surat penangkapanmu...," kata petugas polisi sambil menunjukkan surat penangkapan dan langsung menarik tangan Yudha ke belakang tubuhnya agar tidak bisa lari.
" Ada apa ini Bang, kenapa Kamu ditangkep. Apa salah suami Saya Pak...?" tanya Efi tiba-tiba.
" Saya ga salah Pak, Bapak salah orang...!" sangkal Yudha sambil berusaha berontak.
" Jelaskan nanti di kantor, sekarang ayo ikut, jangan mempersulit jika Kamu ga mau hukumanmu tambah berat...!" kata petugaa polisi dengan tegas dan membawa tubuh Yudha masuk ke dalam mobil.
" Sebentar Pak, kasih Saya waktu ngomong sama istri Saya Pak. Kasian istri Saya lagi hamil...," pinta Yudha.
" Baik, dua menit...," kata petugas galak.
" Maafin Abang, Abang khilaf, maaf...," kata Yudha sambil menggenggam tangan sang istri.
" Apa ini Bang, Kamu, pencabulan, apa sih, Aku ga ngerti...," tangis Efi tak terbendung.
" Aku, memper***a Gendis. Aku khilaf, Aku, tolong jangan benci Aku, jangan tinggalin Aku, maaf...," kata Yudha memohon sambil memegangi kaki Efi dan bersimpuh mohon maaf.
Efi terkejut mendengarnya dan hampir pingsan. Ia tak menyangka orang yang ia cintai akan tega menyakiti hatinya. Apalagi usia pernikahan mereka yang baru seumur jagung dan ia baru saja hamil anak mereka.
" Jahat Kamu Bang ! Aku benci sama Kamu, gimana nasib anak Kita Bang. Kamu...," kata Efi sambil menepis tangan Yudha. Efi pun tak sanggup melanjutkan ucapannya.
" Waktu habis. Ibu bisa lihat isi surat ini. Ada nomor telephon yang bisa dihubungi dan alamatnya juga, jika Ibu mau menjenguknya nanti. Permisi...," kata sang polisi sambil mendorong Yudha masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi ke kantor polisi.
Efi pun menjerit histeris melihat Yudha digelandang oleh polisi. Tak ada yang mampu menghentikan tangisnya.
" Sabar Mbak Efi, inget bayimu. Jangan terlalu dipikirin, tenang ya...," kata tetangga Efi.
" Mungkin ini ada kesalahan Mbak. Bisa aja kan, polisi juga kan manusia yang bisa aja salah tangkep...," kata warga lainnya.
Efi menggeleng keras sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk menghalau tangisnya.
Efi berharap bahwa itu hanya mimpi. Tapi pengakuan Yudha tadi sudah cukup membuat Efi hilang harapan.
Yudha menangis mengingat istrinya yang menangis dan hampir pingsan melihat proses penangkapannya. Ada rasa tak percaya, bingung, sedih, semua jadi satu. Efi masih menjerit saat mobil mulai menjauh, dan Yudha tahu istrinya sedang coba ditenangkan oleh tetangga.
Penangkapan Yudha disaksikan oleh pengurus Rt dan Rw setempat. Jadi Yudha berharap Efi akan datang dengan bantuan mereka. Tapi harapan Yudha tak terwujud. Efi tak menjenguknya hingga hari ini.
" Apa Kamu ga mau lihat Aku Sayang, apa udah ga ada lagi cinta untukku...?" ratap Yudha di balik jeruji besi sambil menangis.
Penyesalan Yudha seolah tak berujung. Namun ia masih berharap anak yang ada dalam kandungan Efi bisa membawanya kembali bersatu bersama Efi sang istri tercinta, walau ia tahu itu sulit.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
pioo
dah gini aja minta dikasihini anjing
2024-10-02
1
Nur Bahagia
jiahh ternyata org ini.. dah jangan di kasihani.. dy aja ga kasian ama Gendis
2024-06-21
1
Ririt Rustya Ningsih
gk nyangka bingiittt
2022-10-27
2