Sejam kemudian, dokter wanita yang diminta bu Jihan datang untuk memeriksa Gendis.
Sang dokter nampak terkejut dan sangat prihatin.
" Ini 100% benar telah terjadi kekerasan dan pele**ha* s**ual pada putri Ibu...," kata sang dokter bernama Erna itu dengan mata berkaca-kaca.
" Jadi Kami harus gimana dok...?" tanya bu Jihan.
" Lapor Polisi...," jawab dokter Erna tegas.
Gendis menangis histeris saat mendengar pernyataan dokter Erna.
Ia bingung dan cemas, bagaimana jika ia hamil, bagaimana hidupnya kelak, bagaimana nasib anaknya yang lahir tanpa ayah kelak. Semua pertanyaan itu membebani pikirannya, ditambah rasa sakit akibat per**sa** itu membuatnya jatuh pingsan.
" Ya Allah Gendis, malang bener nasib Kamu Nak...," rintih bu Jihan.
" Kita harus kuat dan suport dia Bu. Jangan tunjukkan kelemahan Kita. Putri Ibu butuh orang kuat yang akan selalu ada untuknya...," kata dokter Erna menguatkan bu Jihan.
Bu Jihan masih menangis mengasihani Gendis. Sementara itu dokter Erna memasangkan infus untuk Gendis. Sang dokter juga menyuntikkan kan obat pereda nyeri pada tabung infus Gendis.
Bu Jihan masih ngobrol banyak dengan dokter Eena perihal kejadian yang menimpa Gendis.
" Saya ga tau kalo Gendis diper**sa semalam. Pulang dari jalan-jalan semua baik-baik aja kok. Saya juga ga denger apa-apa semalam, padahal kamar Saya ada di sebelah kamar ini...," kata bu Jihan penuh sesal.
" Mungkin orangnya udah hafal kegiatan Gendis selama di sini Bu...," kata dokter Erna.
" Bisa juga. Wong Gendis itu ga pernah sendirian kok di sini...," kata bu Jihan lagi.
" Jangan biarkan pelakunya bebas tanpa hukuman ya Bu...," kata dokter Erna mengingatkan.
" Tapi Saya kawatir dengan masa depan Gendis Bu dokter...," kata bu Jihan sedih.
" Saya bantu untuk menghubungi seorang rekan Saya yang dinas di kepolisian. Beliau biasa menangani kasus seperti ini, jadi sudah tau harus gimana menghadapi korban per**sa**, beliau juga seorang wanita. Jadi Ibu tenang aja...," kata dokter Erna lagi.
" Baiklah jika itu yang terbaik...," kata bu Jihan lagi.
\=\=\=\=\=
Setelah Gendis sadar, bersama dokter Erna, bu Jihan membawa Gendis ke Rumah Sakit untuk divisum. Kemudian dilanjutkan melapor ke kepolisian.
" Tolong identitas korban dirahasiakan ya dok, ini masih kerabat Saya. Biar Saya selesaikan dengan cara Saya...," kata dokter Erna.
" Baiklah dok. Semoga pelakunya segera tertangkap dan dihukum seberat-beratnya. Kasihan gadis muda itu...," kata dokter kenalan dokter Erna turut bersimpati pada nasib Gendis.
" Aamiin. Makasih dok, Saya permisi dulu. Selamat siang...," kata dokter Erna lalu keluar dari ruang pemeriksaan.
" Kita kemana lagi dokter...?" tanya bu Jihan yang duduk di samping Gendis.
" Kita harus ke Kantor Polisi membuat laporan. Apa Kamu kuat Gendis...?" tanya dokter Erna kawatir.
" Saya kuat dokter. Ayo Kita lapor Polisi biar penjahat itu dihukum...," kata Gendis lirih sambil mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
Bu Jihan dan dokter Erna tampak terharu dengan tekad yang dimiliki Gendis. Mereka membawa Gendis dengan hati-hati. Dalam hati mereka menangis melihat keadaan Gendis.
Mobil dokter Erna memasuki halaman kantor Polisi. Mereka turun dan menemui teman dokter Erna yang kebetulan sedang ada di tempat.
" Jadi Kalian tenang aja. Serahkan kasus ini pada Kami. Saya janji ga akan menyebar ke mana-mana. Identitas korban akan Kami rahasiakan...," kata Rita, polisi yang menangani kasus Gendis.
Proses pemeriksaan berjalan cepat. Mungkin karena koneksi dokter Erna yang kuat, mereka tak mengalami kesulitan. Saat di Rumah Sakit dan Kantor Polisi, dokter Erna meminta agar identitas 'korban' di rahasiakan.
Pihak Rumah Sakit dan Kepolisian menyetujui permintaan dokter Erna, sehingga kasus ini tidak menjadi besar.
Sepulangnya dari Kantor Polisi, dokter Erna menawarkan bu Jihan dan Gendis untuk tinggal sementara di rumahnya.
Semula mereka ragu. Tapi saat dokter Erna mengatakan bahwa ia tinggal seorang diri, barulah Gendis dan Bu Jihan setuju untuk ikut dokter Erna ke rumahnya.
" Mari, silakan masuk. Ga usah sungkan, Saya senang Kalian mau ikut Saya ke gubug Saya ini...," kata dokter Erna senang.
" Makasih dokter...," kata Gendis lirih.
" Sama-sama Sayang...," ujar dokter Erna sambil tersenyum tulus.
" Mungkin Kami ga akan lama di sini dokter...," kata Bu Jihan.
" Ga usah dibahas sekarang. Kita semua lelah hari ini. Sebaiknya istirahat dulu, baru besok kita omongin lagi enaknya gimana...," kata dokter Erna sambil memberitahukan kamar untuk Bu Jihan dan Gendis.
Tiba-tiba Gendis memegang tangan bu Jihan seolah ketakutan.
" Ibu, Gendis ga mau tidur sendirian, takut...," kata Gendis dengan tubuh gemetar.
" Ibu akan temani Kamu, jadi Kamu ga usah takut ya...," kata Bu Jihan sambil memeluk Gendis.
Akhirnya malam itu Bu Jihan dan Gendis tidur di kamar yang sama. Sesekali Gendis terbangun dan menangis ketakutan, Bu Jihan menenangkan Gendis dengan perasaan hancur. Bu Jihan sangat sedih, karena ia juga merasa menjadi penyebab petaka yang menimpa Gendis. Andai saja ia tak mengajak Gendis untuk ikut bersamanya ke Surabaya, mungkin hal buruk itu tak kan terjadi.
Trauma yang diderita Gendis sebagai korban per**sa** memang sangat menyakitkan dan memprihatinkan.
Dunia Gendis menjadi gelap seketika, suram tanpa warna.
Entah bagaimana cara Gendis bertahan atau bahkan melanjutkan hidupnya.
\=\=\=\=\=
Kepulangan Yudha, Efi dan Tomo tanpa Bu Jihan dan Gendis, menimbulkan pertanyaan pada diri Oding dan Oyoh.
" Tapi Bu Jihan ngajak Gendis kemana, kok Saya ga dikasih tau...?" tanya Oyoh pada Tomo saat berpapasan di jalan.
" Maaf Mak, Saya juga ga tau. Tapi tunggu aja, bentar lagi juga telephon kok...," kata Tomo mencoba menghibur Oyoh.
" Sudah Mak, sabar aja. Bu Jihan ga bakal bikin macem-macem sama Gendis, dia kan sayang banget sama Gendis...," kata Oding berusaha menenangkan istrinya.
Oyoh dan Oding segera berlalu meninggalkan Tomo yang masih nangkring di atas sepedanya.
Hp di saku Oding bergetar. Oding segera menjawab panggilan itu.
" Hallo, O iya Bu Jihan...," kata Oding senang.
" Maaf baru ngabarin Pak Oding. Gendis Saya ajak ke rumah sodara Saya, lagi ada urusan. Ntar kalo udah selesai Saya ajak Gendis pulang ya Pak, salam buat Bu Oyoh, ga usah kawatir. Gendis aman sama Saya...,"
" Baik Bu, makasih...," jawab Oding menutup telephon.
Oyoh dan Oding merasa sedikit aneh, dan merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bu Jihan. Tapi mereka berusaha percaya dan menyerahkan segalanya pada Allah Swt.
Dalam hatinya Oyoh berdoa untuk keselamatan Gendis.
" Ya Allah, tolong lindungi Anakku Gendis dimanapun dia berada. Tolong jaga dia ya Allah...."
Oyoh memang merasa telah terjadi sesuatu pada Gendis. Mungkin ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak lah yang menyebabkan Oyoh berpikir seperti itu. Padahal jika diingat, Gendis hanyalah anak angkat dan bukan anak kandung.
" Sudah Mak, berpikir positif aja biar Emak tenang...," kata Oding sambil mengusap lembut punggung istrinya itu.
Oyoh pun mengangguk tanpa berucap sepatah kata pun.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Fina Fina
iklan ny kereennn
2023-07-21
1
Kartik Helga
coba waktu itu jadiin aja sama ahmad
2022-12-19
1
NovaLiaa
seperti cerita jaman soeharto yg hotel nya belum ada cctv
2022-02-04
1